Ketidakbahagiaan

Ketidakbahagiaan

“Tentang tertawa aku berkata: “Itu bodoh!”, dan mengenai kegirangan: “Apa gunanya?” (Pengkhotbah 2 : 2)

 

Hal yang paling menyedihkan dalam hidup manusia adalah jika kerja kerasnya tidak memiliki arti atau berakhir dengan sia-sia. Banyak orang yang telah mencapai puncak sukses namun berakhir dengan ironi: mereka tidak mendapatkan kebahagiaan bahkan sebaliknya hidupnya terasa hampa dan sia-sia.  Mengapa demikian?

¨ Karena segala usahanya bersumber dari kekuatan sendiri.

“Aku berkata dalam hati: “Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan!” (ay 1).  Ia berpikir bahwa akan dapat menggapai kebahagiaan dari usahanya sendiri.  Pencapaian hidupnya dihasilkan dari apa yang bisa ia lakukan dengan kekuatannya sendiri. Memang ia akhirnya mendapatkan apa yang diusahakan, tetapi pada akhirnya ia pun berkata bahwa semuanya sia-sia dan usaha menjaring angin.

¨ Karena orientasi usahanya hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Penulis kitab ini hanya mencari sesuatu yang memiliki keuntungan bagi dirinya sendiri (ay 8-9), sehingga tidak mustahil untuk memenuhinya pun dia akan melakukan apa saja untuk mencapainya. Memang hasilnya melimpah dan sampai ia berkata: “aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku”, tetapi semuanya itu tidak membuat dia bahagia namun justru menjadi beban yang membuat dia menjadi penat sehingga dia berkata” “kesia-siaan dan usaha menjaring angin”.

¨ Karena tujuan usahanya adalah bagi kepuasan dirinya sendiri.

Penulis kitab ini bekerja dengan orientasi bagi pemuasan hasrat diri sendiri sehingga apapun dikerjakan hanya untuk pemuasan diri sendiri sekalipun itu adalah yang melanggar kekudusan Allah.  Mungkin hatinya bergembira dengan apa yang ia lakukan, tetapi sesungguhnya ia menjerit karena dasar hatinya kosong dan kesepian sehingga ia pun berkata: “kesia-siaan dan usaha menjaring angin”.

Di akhir perenungannya dalam kitab ini, ia menyadari bahwa hidupnya tidak akan sia-sia jika saja dia: Mengingat Penciptanya selagi muda (12:1).  Artinya, hidup akan memiliki arti jika kita melibatkan Allah dalam hidup kita sejak dini dalam setiap aktifitas kita sehari-hari. Dan juga tidak lupa menjalani hidup ini dengan takut akan Tuhan dan menaati perintah-Nya (12:3)

 

Hidup yang berarti hanya dapat kita miliki jika kita mempersilahkan Tuhan untuk menuntun, mengarahkan dan memimpin hidup kita.

 

Artikel oleh: April 30, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Ecclesiastes (Renungan Alkitabiah dari Kitab Pengkhotbah)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda