MENDATANGKAN BERKAT BAGI KELUARGA

IMG_3097

2  Samuel 6:1-23

Prof Nick Stinnett dari University of Nebraska di Amerika mengerjakan sebuah proyek riset tentang “Family Strength” atau “Keluarga Yang Kuat”. Risetnya tidak terbatas pada keluarga-keluarga di Amerika Serikat, tetapi juga meliputi keluarga-keluarga di negara-negara Amerika Latin, Swiss, Austria, German, sampai ke Afrika Selatan. Keluarga-keluarga yang dipilih untuk masuk dalam sample harus memenuhi 2 kriteria, yaitu keluarga itu mengakui bahwa mereka adalah keluarga yang bahagia dan memiliki hubungan yang baik antara orang-tua dan anak-anak.

Dari 3.000 keluarga yang menjadi sample, diperoleh kesimpulan adanya 6 elemen yang membuat sebuah keluarga menjadi kuat:

  1. Mempunyai komitmen terhadap keluarga
  2. Mengisi waktu bersama-sama
  3. Mempunyai komunikasi yang baik dalam keluarga
  4. Saling menghargai satu sama lain
  5. Mempunyai komitmen rohani
  6. Mampu mengatasi krisis.

Hasil riset ini sangat menarik buat saya, karena salah satu elemen yang membuat sebuah keluarga menjadi kuat adalah  bahwa keluarga itu mempunyai komitmen rohani.

Saya berpendapat bahwa  komitmen rohani itu bahkan merupakan faktor yang paling penting untuk membangun sebuah keluarga yang kuat.

Dr.M.R DeHaan, seorang penulis dan pengajar Alkitab terkenal menulis demikian: “Sesuatu hal di muka bumi ini yang paling dekat dengan surga adalah keluarga Kristen dan keluarga dimana suami dan istri serta orangtua dan anak hidup dalam kasih dan damai sejahtera satu sama lain bersama Tuhan. Sebaliknya, sesuatu hal di muka bumi ini yang paling dekat dengan neraka adalah keluarga yang tidak saleh, keluarga yang pecah karena dosa, perceraian dan tidak bermoral, serta anak-anak yang dilepaskan kepada iblis dan bebas dalam semua bentuk kejahatan.”

Keluarga yang mempunyai komitmen rohani adalah keluarga yang memelihara hadirat Tuhan di tengah-tengah keluarga mereka. Apabila hadirat Tuhan ada di tengah keluarga, sudah pasti berkat-berkat Tuhan mengalir melimpahi keluarga itu.

IMG_2708

Bapak/Ibu yang dikasihi Tuhan, dari perikop yang kita baca pagi ini, kita mendapatkan 3 pelajaran tentang bagaimana kita dapat mendatangkan berkat bagi keluarga.

  1. 1.       Tuhan memberkati keluarga yang dipenuhi oleh hadirat Tuhan

Pelajaran pertama diperoleh dari ayat 11: “Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.”

Bapa/Ibu, perikop yang kita baca pagi ini berjudul “Tabut dipindahkan ke Yerusalem”.

Mari kita periksa, dimana Tabut Tuhan berada ketika akan dipindahkan ke Yerusalem.

Salah satu hari yang paling kelam dalam sejarah Israel adalah ketika Tabut Tuhan dirampas oleh bangsa Filistin. Kita membaca dalam 1 Sam 4:21 bahwa menantu imam Eli melahirkan seorang anak laki-laki pada hari Tabut Tuhan itu dirampas dan ia menamai anak itu Ikabod, karena kemuliaan Allah telah lenyap dari Israel se-iring dengan hilangnya Tabut Tuhan dari Israel.

Tabut Tuhan melambangkan kehadiran Tuhan di muka bumi ini.  Menantu imam Eli tahu, bahwa ketika Tabut Tuhan diambil dari Yerusalem, maka kemuliaan Allah telah lenyap dari Israel.

Dalam 1 Sam 5 dikisahkan bahwa Tabut Tuhan dibawa oleh orang Filistin dari Eben-Haezer ke Asdod dan disimpan di kuil Dagon, berhala mereka.  Selanjutnya tangan TUHAN mendatangkan kegemparan yang sangat besar atas kota Asdod.

Tuhan menghancurkan Dagon yang disembah bangsa Filistin dan menghajar warga  kota Asdod dengan mendatangkan wabah borok.

Karena itu warga Asdod memindahkan tabut Allah itu ke Ekron, namun warga Ekron menolak sehingga diputuskan untuk mengembalikan Tabut itu ke Israel. Setelah 7 bulan berada di tangan orang Filistin, Tabut Tuhan dikembalikan kepada bangsa Israel dan diantarkan  ke daerah Bet-Semes.  Dari Bet-Semes, Tabut kemudian dipindahkan lagi ke Kiryat-Yearim.

1 Sam 7:1 mengatakan: “Lalu orang-orang Kiryat-Yearim datang, mereka mengangkut tabut TUHAN itu dan membawanya ke dalam rumah Abinadab yang di atas bukit. Dan Eleazar, anaknya, mereka kuduskan untuk menjaga tabut TUHAN itu.”

Tabut Tuhan berada di Kiryat-Yearim selama kurang lebih 20 tahun. Setelah Daud menjadi Raja, ia ingin membawa pulang Tabut Tuhan ke Yerusalem, karena selama masa pemerintahan Saul, Tabut itu tidak pernah mendapatkan perhatian.

Dalam 2 Sam 6:1 dikatakan bahwa Daud mengumpulkan semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya, untuk membawa Tabut Tuhan ke Yerusalem.

Ayat 2-3: “(2) Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan dari Baale-Yehuda (yaitu Kiryat – Yearim) dengan seluruh rakyat yang menyertainya, untuk mengangkut dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim. (3) Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru setelah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu.”

Ayat 6-7 : “Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. (7) Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.”

Dalam ayat-ayat selanjutnya kita diberi-tahu bahwa Daud memiliki persepsi yang salah tentang kematian Uza.  Daud “marah” (ayat 8) dan “takut” (ayat 9). Tetapi seseorang yang bernama Obed-Edom, orang Gat, tidak takut akan hadirat Tuhan (ayat 10)

Kereta lembu yang membawa Tabut Tuhan tergelincir di depan rumah Obed-Edom. Daud yang merasa takut pada Tabut Tuhan, tidak berani melanjutkan perjalanannnya untuk membawa Tabut ke Yerusalem. Daud lalu mengetuk pintu rumah yang berada di tempat kejadian itu. Penghuninya yaitu Obed-Edom membuka pintu dan menerima Tabut Tuhan serta menyimpannya selama 3 bulan di rumahnya. Sebagai dampaknya,  TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya (ayat 11)

Di dalam keluarga, kita dapat menjadikan hadirat Tuhan sebagai “batu penjuru” atau sebagai “batu sandungan.”

Mari kita baca 1 Pet 2:7-8: “(7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.” (8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.”

Uza tidak taat kepada Firman Tuhan. Tabut Perjanjian tidak boleh diangkut dengan kereta lembu, tetapi harus diangkut di atas bahu para imam dengan menggunakan galah yang panjang. Bahu-bahu mereka boleh menyentuh ujung galah tetapi tidak boleh menyentuh Tabut. Tabut Tuhan begitu kudus sehingga tidak seorang manusiapun bisa menyentuhnya.

Ketika Uza menyentuh Tabut, ia secara tidak langsung sudah melanggar satu perintah Tuhan yang sangat penting. Tetapi Tuhan tidak bermaksud membuat Raja Daud dan rakyatnya menjadi takut kepada Tuhan. Tuhan ingin mereka menghormati-Nya, tetapi bukan menjadi takut untuk datang ke hadirat-Nya.

Ayat 11 a: “Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu”

Apa yang dilakukan oleh Obed Edom ketika Tabut Tuhan berada di rumahnya?

Seorang komentator Alkitab memberikan gambaran tentang apa yang dilakukan oleh Obed-Edom. Ketika Obed-Edom sendirian, ia barangkali memberi hormat dengan menundukkan kepala dan berbisik, “Selamat datang di rumahku, ya Tuhan.” Ketika ia akan beristirahat pada malam hari, ia barangkali berkata, “Selamat malam, Tuhan.” Dan ketika matahari terbit, ia akan berseru, “Kasih karunia Tuhan ……. Baru setiap pagi: besar kasih setia-Mu Tuhan.”

Ketika kita menyembah Tuhan, hadirat-Nya ada di dalam dan juga di atas hidup kita, bahkan    melingkupi hidup kita. Hadirat Tuhan mentransformasikan, menguatkan dan mengurapi kita. Hadirat-Nya dan berkat-Nya begitu kuat dan memancar sehingga memberkati juga mereka yang ada di sekeliling kita.

Demikianlah, kita juga dapat menerima berkat Tuhan seperti yang diberikannya kepada Obed-Edom jika kita setia melakukan penyembahan.

Apa yang terjadi dengan keluarga Obed-Edom dengan adanya Tabut Tuhan di rumahnya?

Ayat 11b: “dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.”

Semua milik kepunyaan Obed-Edom diberkati. Ternaknya diberkati, panennya diberkati, keluarganya diberkati, perkawinannya diberkati, anak-anaknya diberkati, semua usaha bisnisnya diberkati. TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.

Demikian juga yang ingin Tuhan berikan kepada Bapak/Ibu sekalian. Jika Bapak/Ibu mengundang hadirat Tuhan untuk datang dan tinggal di dalam keluargamu, Bapak/Ibu boleh berharap mendapatkan berkat Tuhan yang datang dan menetap di dalam keluargamu. Tuhan ingin memberkati seluruh aspek kehidupan Bapak/Ibu.

Syaratnya adalah mengijinkan Tuhan hadir di rumahmu. Tinggikan dan muliakan Dia sebagai Tuhan atas keluargamu. Berikan kepada Tuhan sebuah tempat yang istimewa di dalam keluargamu, maka Tuhan  akan memberikan kepadamu sebuah keluarga yang istimewa.

Kita semua menginginkan bukan hanya sebuah keluarga yang baik, tetapi kita menginginkan sebuah keluarga Kristen yang sejati

Seorang pengusaha Amerika yang bernama JC Penny berkata, “Tugas orang-tua yang paling mulia adalah membangun Keluarga Kristen, dimana anak-anak dapat bertumbuh kuat secara rohani, dan Alkitab diajarkan dari musim ke musim. Aku bersyukur telah dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen. Menurut pengalamanku, baik-buruknya hubungan antar manusia, di dalam bisnis, di dalam pemerintahan, maupun di dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya.”

Dalam Kitab 1 Tawarikh, kita dapat membaca berkat Tuhan yang terus mengalir dalam kehidupan Obed-Edom dan keluarganya, bahkan sampai ke anak cucunya.

Obed-Edom selanjutnya dipakai Tuhan dalam pelayanan. Setelah Tabut Tuhan dibawa pulang ke Yerusalem, Obed Edom melayani di kemah tempat Tabut Tuhan disimpan. Ia menjadi penyanyi dan penunggu pintu gerbang (1 Taw 15:18), ia juga menjadi penunggu pintu pada Tabut (ayat 23), dan menjadi  pemusik dan pelayan Tabut (1 Taw 16:4-5)

Anak cucunya juga diberkati dan dipakai Tuhan dalam pelayanan. 1 Taw 26:8 “Mereka sekalian adalah dari keturunan Obed-Edom, yakni mereka sendiri, anak-anak mereka dan saudara-saudara mereka, masing-masing orang yang gagah perkasa, cakap untuk pekerjaan itu, enam puluh dua orang jumlahnya dari Obed-Edom.”

Obed-Edom dengan iman, sikap dan tindakannya telah memberikan warisan iman dan hubungan yang erat dengan Tuhan kepada keturunannya.   Tuhan membalas kesetiaan Obed-Edom dengan memberikan berkat-berkat-Nya sampai lintas  generasi..

Bagaimana dengan Bapak dan Ibu? Apakah Bapak Ibu ingin mendapatkan berkat lintas generasi seperti yang diberikan Tuhan kepada keluarga Obed-Edom?

Yoshua 24:15: “……………………………….., pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”

  1. 2.       Kita memberkati orang/keluarga lain melalui kesaksian dan perbuatan kita

Pelajaran kedua yang kita peroleh dari perikop ini  mengingatkan kita pada pepatah yang alkitabiah, yaitu “Kita diberkati untuk menjadi berkat”.

Dari Obed-Edom kita belajar tentang kesaksian dan dari Daud kita belajar tentang perbuatan. Kedua-duanya memberkati orang lain.

Ayat 12: “Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: “TUHAN memberkati seisi rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu.” Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita.”

Daud menyadari bahwa Obed-Edom tidak takut pada Tabut Perjanjian, Obed-Edom tidak takut akan hadirat Tuhan. Daud menyadari ia juga seharusnya tidak perlu takut pada Tabut Perjanjian, ia tidak perlu takut akan hadirat Tuhan. Ia melihat berkat Tuhan yang dicurahkan kepada keluarga Obed-Edom karena adanya Tabut Tuhan yang bersemayan di dalam keluarganya. Karena itu Daud berkata, “Hey, aku juga menginginkan berkat itu.” Karena itu ia segera menyelesaikan tugas pemindahan Tabut Perjanjian ke Yerusalem.

Dari keluarga Obed-Edom kita mendapat pelajaran bahwa kita dapat memberi kesaksian adanya berkat yang melimpah dalam keluarga yang dipenuhi dengan hadirat Tuhan. Karena itu kita dapat menjadi daya tarik bagi orang banyak untuk mengenal Kristus karena mereka melihat ada berkat yang besar dalam keluarga Kristen yang sejati.

Selanjutnya dari Daud kita belajar untuk memberkati orang lain melalui perbuatan.

Dalam proses pemindahan Tabut Perjanjian ke Yerusalem, DAUD MEMILIKI PERAN YANG  PENTING. Gagasan pemindahan Tabut ke Yerusalem berasal dari Daud. Daud sendiri mengawal prosesi / iring-iringan pembawa Tabut pada tahap pertama dari Baale-Yehuda /  Kiryat–Yearim sampai ke Nakhon (rumah Obed-Edom).

Dalam prosesi tahap kedua dari rumah Obed-Edom sampai ke Yerusalem, Daud bahkan memegang peran yang lebih penting. Dalam ayat 14 kita tahu Daud memberi penghormatan kepada Tabut. Ia mengganti jubah Raja dengan pakaian imam dan mulai melakukan penyembahan kepada Tuhan.

Ayat 18-19: (18) Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam. (19) Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesudah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing-masing ke rumahnya.

Perbuatan Daud memberi pelajaran kepada kita agar terlibat aktif dalam pelayanan. Kita tidak boleh mengalihkankan pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kepada orang lain. Dengan tangan sendiri, jika mungkin, kita harus memberi makan yang lapar, meringankan yang berbeban berat dan memberi pakaian bagi yang kedinginan; kita harus menghibur mereka yang menderita dengan suara kita sendiri, dengan kehadiran kita sendiri dan dengan empati.

  1. 3.       Kita memberkati keluarga dengan melupakan ego diri sendiri.

Ayat 20: (20) Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: “Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!”

Daud ditransformasikan oleh sukacita karena pulihnya hubungannya dengan Tuhan sehingga membuat ia lupa akan dirinya sendiri. Ia  lupa bahwa ia adalah seorang Raja sehingga ia menari berputar-putar dan meloncat-loncat dalam sukacita yang luar biasa! Sukacita yang membuat Daud lupa akan dirinya sendiri, bahwa ia adalah seorang raja!

Melupakan ego diri sendiri adalah sangat penting untuk dapat dipenuhi oleh Roh Kudus. Roh Kudus tidak dapat memenuhi kehidupan kita jika diri kita sudah penuh dengan ego!

Bapak/Ibu, jika kita ingin memberkati keluarga kita, kita harus melupakan ego diri kita sendiri.

Di rumah kita perlu melupakan bagaimana salah seorang anggota keluarga telah melukai perasaan kita. Kita harus mengampuni mereka yang telah berbuat salah kepada kita. Kita tidak perlu merajuk ketika kita tidak dapat melaksanakan keinginan kita sendiri.

Kebenaran ini tidak hanya berlaku dalam kehidupan suami-istri, tetapi juga berlaku dalam mendidik anak-anak. Setiap anak seringkali perlu mendengar kata “Tidak”,  supaya mereka tahu bahwa mereka tidak boleh memikirkan kepentingan dirinya semata-mata.

Kebenaran ini berlaku bagi keluarga campuran dan sampai lintas generasi. Setiap orang perlu bekerja sama untuk menyingkirkan egoisme.

Apakah hal ini dapat dilaksanakan? Tentu saja bisa jika kita berlatih untuk melaksanakan kebenaran ini. Kalau tidak, keluarga Bapak/Ibu akan menjadi medan perang.

Berkatilah keluarga Bapak/Ibu dengan melupakan diri sendiri.

Daud membawa kebenaran ini ke rumahnya. Ayat 20 NKJV: “Then David returned to bless his household” (Lalu Daud pulang untuk memberkati keluarganya).

Timbul masalah dari istrinya, Mikhal, yaitu anak Saul. Mikhal tidak memperoleh pelajaran seperti yang sudah diperoleh Daud.

Dengan tajam ia mengkritik kelakuan Daud yang lupa diri ketika ia merayakan hadirat Tuhan. Ia tidak melihat adanya sukacita dalam penyembahan, ia menilai tindakan suaminya dengan memakai kacamata  persepsi opini publik  dan kecemburuan yang tidak rasional.

Apakah Daud membiarkan sikap Mikhal menghalangi kebenaran yang telah dipelajarinya? Tidak, ia tidak mengijinkan dirinya dikacaukan oleh sikap istrinya yang tidak rasional dan tidak rohani.  Pada ayat 21, Daud berkata bahwa ia  akan terus menari untuk menghormati TUHAN.

Jika kita ingin memberkati keluarga kita, kita tidak boleh dikacaukan oleh orang-orang yang belum dewasa secara rohani.

Di dalam keluarga Bapak/Ibu mungkin ada orang-orang yang belum dewasa rohani seperti Mikhal. Apakah Bapak/Ibu akan membiarkan mereka mengacaukan maksud Bapak/Ibu untuk memberkati keluarga? Semoga saja tidak. Mudah-mudahan Bapak/Ibu akan terus melakukan penyembahan kepada Tuhan dengan setia dan konsisten dengan harapan teladan Bapak/Ibu pada akhirnya akan memenangkan mereka bagi Tuhan.

Penutup

Menarik pelajaran dari Firman Tuhan pagi ini, marilah kita meneguhkan komitmen kita:

  1. Tetaplah pelihara hadirat Tuhan di dalam keluarga.
  2. Tetaplah beri kesaksian dan  aktif dalam pelayanan
  3. Bersikaplah rendah hati dalam kehidupan keluarga, lupakanlah ego diri sendiri.

Jika Bapak/Ibu melaksanakan semuanya itu, maka Bapak/Ibu akan  “memberkati” keluargamu!

 

Kotbah oleh Rudy Suwardi di GSJA CWS Rajawali tanggal 23 Juni 2013

Artikel oleh: July 3, 2013   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda