Pada Mulanya Allah Menciptakan Langit dan Bumi

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi

(Oleh Pdt Gabriel Silwanus)

Kejadian 1:1

almightyGod

Kalimat pertama di kitab pertama di Alkitab ini memiliki beberapa arti penting. Pertama, Alkitab adalah tentang Allah.  Memang didalamnya dicatat banyak tokoh-tokoh yang dapat diteladani, seperti Abraham, Musa, Daud, Elia dan lain sebagainya.  Namun setiap tokoh tersebut pasti mempunyai kekurangan.  Abraham adalah orang yang dikenal memiliki iman yang luar biasa, sampai-sampai dia disebut sebagai bapa orang beriman.  Tetapi, dia lebih memilih untuk mendengar suara istrinya sehingga dia menghampiri Hagar.  Padahal Allah sudah berjanji akan memberikan dia anak melalui Sarah.  Musa adalah pemimpin yang luar biasa.  Memimpin sebuah bangsa selama 40 tahun.  Dia bertemu dengan Tuhan, sampai wajahnya bercahaya.  Namun pada akhirnya dia juga kehilangan kesabaran, sehingga dia memukul gunung batu itu.  Daud, alunan musiknya dapat meneduhkan jiwa Saul yang gundah gulana.  Dia adalah raja yang menjadi pola ketaatan bagi raja-raja selanjutnya.  Diapun jatuh dengan wanita.  Sampai-sampai dia mengeluarkan skenario jahat; dia membunuh Uria dan mengambil istrinya.  Elia, nabi yang gagah perkasa.  Dia mendemonstrasikan kuasa Allah di hadapan ratusan nabi-nabi Baal dan disaksikan oleh Israel.  Namun dia lari tunggang-langgang ketika Izebel mengancam akan membalas tindakannya. Demikian juga tokoh-tokoh yang lain, mereka semua memiliki kekurangan dan kelemahan.  Oleh sebab itu Alkitab adalah tentang Allah dan bukan tentang mereka.  Alkitab mencatat tindakan Allah yang dalam kasihNya yang besar memutuskan untuk memakai orang-orang yang rentan berbuat dosa.

Kedua, Allah, yang adalah yang utama itu, bukanlah Allah yang diam saja.  Allah melakukan sesuatu, Dia menciptakan.  Allah tidak seperti dewa-dewa bangsa lain yang adalah kayu-kayu buatan manusia.  Dewa-dewa itu hanya bisa meminta.  Mereka meminta persembahan dari umatnya.  Namun Allah memilih untuk dengan aktif berhubungan dengan manusia.  Allah yang berinisiatif untuk datang dan memulai segala sesuatu.  Ketika Adam dan Hawa bersembunyi dalam ketakutan, Allah bertindak.  Dia memberi mereka pakaian.  Allah memilih dan memberkati Abraham.  Dia memelihara keturunan Abraham.  Dia mengikatkan diri pada kovenan kudus dengan Abraham.  Dengan demikian dia mewajibkan diriNya sendiri untuk memelihara, menjaga dan melindungi Abraham dan keturunannya.  Yang terbaik yang dapat dilakukan manusia, tidak akan cukup untuk memenuhi standar kekudusan Allah.  Tetapi Dia tetap memilih untuk memberikan kasihNya kepada umatNya.

Ketiga, segala sesuatu yang ada adalah ciptaanNya.  Pemahaman ini penting bagi Israel yang telah tinggal 400 tahun di Mesir.  Dalam waktu yang selama itu, Israel pasti mengerti cerita-cerita yang diyakini kebenarannya orang penduduk Mesir.  Israel pasti tahu bahwa matahari adalah dewa Mesir.  Itulah sebabnya bangsa pilihan ini harus diingatkan lagi bahwa Allahlah yang menciptakan segala sesuatu.  Benda-benda penerang di langit, baik pada siang maupun malam hari, adalah hanya ciptaan dan bukan dewa.  Dengan memiliki pemahaman ini, seharusnya Israel sadar bahwa Allah jauh lebih hebat dari Firaun, karena Firaun itu hanya ciptaan dan bukan pencipta.  Sebagai pencipta, Allah mampu mengendalikan segala sesuatu.  Musim ada dalam kendali Allah.  Subur dan tidak subur bukan karena pengaruh Baal dan dewa-dewa lain.  Menang perang bukan perkara ulah dewa Dagon di Filistin.  Allahlah yang menciptakan dan memberi segala sesuatu.  Oleh sebab itu hanya Dia yang harus disembah.

Artikel oleh: February 11, 2013   Kategori : Artikel, Artikel Gembala Sidang  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda