67 Tahun Indonesia, Mari Berdoa Untuk Negeri Ini

Nehemia 1:1-11
Minggu lalu saya membaca sebuah tulisan di blog detik dengan judul “Astaga Ini Indonesia Banget!”  Isinya menurut saya terlalu mengusik hal-hal yang biasa terjadi sehari-hari, namun tulisan itu menarik perhatian pembaca karena dilengkapi dengan fakta-fakta. Misalnya:

  • Sulitnya membangun kebiasaan untuk mau antri. Bangsa kita belum mempunyai budaya antri. Masih ingatkan Sdr tentang 4 orang wanita yang jatuh dan terinjak-injak saat kerusuhan antrian Blackberry Bellagio 9790 di Pacific Place pada tahun yang lalu?
  • Warga kita terbiasa membuang sampah sembarangan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menobatkan Indonesia sebagai Negara terkotor di dunia di urutan ke 3 setelah China dan India.
  • Orang Indonesia kurang memiliki kesadaran untuk memelihara fasilitas publik. Pada tahun 2009, tiga ton besi jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) dicuri oleh para nelayan.
  • Korupsi semakin merajalela di negeri kita. Pada tahun 2011 tercatat adanya proses hukum atas 1018 perkara korupsi. Didalamnya tercatat 240 kepala daerah terlibat dalam kasus korupsi.

Itu baru satu dari (mungkin) ribuan tulisan yang sudah kesekian kali mencaci-maki negeri ini. Makanya  wajar saja, hingga detik ini Indonesia selalu dalam keadaan carut marut karena dicaci oleh rakyatnya sendiri.

Di usia Indonesia yang sudah tidak lagi ABG,  maka sudah saatnya kita menghentikan kritik, cacian, hinaan dan lainnya. Sebagai orang Kristen sebaiknya kita melakukan sesuatu, paling tidak memberikan doa untuk negeri ini.

  • Jika Sdr merasa Indonesia susah memiliki budaya antri, maka doakanlah agar warga negeri ini segera sadar akan pentingnya budaya antri.
  • Jika Sdr merasa Indonesia memiliki budaya buang sampah sembarangan, maka doakanlah agar yang namanya cinta bersih segera meresap ke dalam jiwa rakyat negeri ini.
  • Jika Sdr melihat korupsi semakin marak, maka berdoalah agar budaya korupsi segera lenyap dari bumi pertiwi ini.
  • Jika Sdr menganggap banyak orang yang kurang memiliki rasa memiliki terhadap wahana publik, ayo doakan agar kesadaran untuk memelihara ditanamkan ke dalam hati semua orang di Indonesia.

Bagaimana berdoa untuk negeri kita? Pagi ini kita akan mempelajari cara berdoa Nehemia yang efektif untuk membangun kembali negerinya.

Siapakah Nehemia?

Nehemia adalah seorang Israel yang lahir di pembuangan/negeri asing, tetapi dia mencapai sukses di negeri itu. Pada ayat 11 kita membaca bahwa Nehemia adalah juru minuman raja, suatu jabatan yang tinggi pada waktu itu. Dia adalah seorang kepercayaan raja yang selalu berada dekat raja, karena pekerjaannya adalah mencicipi semua makanan dan minuman sebelum disuguhkan ke pada raja untuk memastikan bahwa makanan raja tidak diberi racun. Nehemia tinggal dalam segala kemewahannya di puri Susan bersama dengan kurang lebih 15 ribu prajurit. Kemudian Nehemia berhasil membangun kembali tembok Yerusalem yang telah runtuh selama kurang lebih 150 tahun hanya dalam waktu 52 hari saja (Nehemia 6: 15; “Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari“).

Salah satu kunci keberhasilan Nehemia dalam hal ini adalah doanya.

Pagi hari ini, marilah kita pelajari cara berdoa Nehemia.

1.    PEDULI
Mulai dengan kepedulian. Pada ayat 1-4 dapat dilihat bahwa Nehemia mempunyai kepedulian yang besar terhadap bangsa Israel. Ketika seorang saudaranya pulang dari perjalanannya ke Yerusalem, ayat 2 mengatakan bahwa Nehemiah “menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem.”

Kata “menanyakan” mempunyai arti “mencari atau meminta jawaban”. Nehemiah sangat peduli dengan apa yang sedang terjadi di Yerusalem. Ia menemui mereka yang baru pulang dari Yerusalem dan ingin mendengar laporan dari tangan pertama.

Hal ini adalah awal yang penting. Lebih mudah bagi kita untuk tidak peduli dan tidak melibatkan diri dengan masalah-masalah negeri kita. Meskipun Nehemiah belum pernah ke Yerusalem, namun ia telah mendengar cerita-cerita mengenai negerinya. Nenek moyangnya telah dibawa ke luar sebagai tawanan ketika bangsa Babel menghancurkan negerinya. Ia melakukan perintah dalam Firman Tuhan bagi orang-orang buangan yang dinyatakan dalam Yeremia 51:50b: “Ingatlah dari jauh kepada TUHAN dan biarlah Yerusalem timbul lagi dalam hatimu.”

Ketika ia mengingat Yerusalem, ia mendengar laporan seperti pada ayat 3 bahwa “Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.”

Ia mencoba membayangkan aib yang di alami kota Daud, namun ia tidak tahan. Istilah, “kesukaran besar” berarti bahwa bangsa Israel telah “tercerai berai dan terpecah-pecah.” Tiga kata dapat merangkum kabar buruk itu:  Yang terluput, reruntuhan, dan tercela.

Nehemia merasa prihatin terhadap kemalasan orang-orang Yerusalem yang terluput dari penawanan. Mereka tinggal di antara reruntuhan dan mereka tidak peduli. Mereka mau menjalani hidup di antara reruntuhan. Hidup mereka tercela, tetapi mereka tidak memiliki beban untuk berbuat sesuatu guna memperbaiki keadaan mereka.

Saudara, tidak akan ada perubahan yang terjadi dalam hidup kita, atau dalam hidup gereja kita, ataupun dalam kehidupan bangsa kita, jika kita tidak mempunyai kepedulian atau beban untuk mengatasi masalah. Beberapa di antara kita mungkin sudah menjadi malas/complacent dengan hidup Sdr.  Sdr mungkin sedang hidup di antara reruntuhan atau puing-puing, namun Sdr tidak lagi peduli.

Apakah Sdr siap dan mengijinkan Tuhan untuk membangun-nya kembali? Jika ya, Sdr perlu mempunyai  kepedulian dan beban untuk mengatasi masalah yang ada. Seperti Nehemia yang mendengar laporan dari mereka yang kembali dari Yerusalem, Sdr perlu mendengarkan tentang kenyataan-kenyataan yang ada  di sekeliling Sdr.

Ketika Nehemia mendengar berita tentang Yerusalem, pada ayat 4 kita membaca ia “duduk, menangis dan berkabung selama beberapa hari.” Nehemia “menangis dan berkabung,” seperti Yesus yang menangisi Yerusalem dalam Lukas 19:41. Nehemia juga berpuasa selama beberapa hari.
Jika meneliti Kitab Nehemia, ia berdoa puasa dengan tekun selama 4 bulan, yaitu antara bulan Kislew (Neh 1:1) dan bulan Nisan (Neh 2:1).

Semuanya itu menunjukkan kepedulian dan beban besar yang dimiliki Nehemia terhadap masalah- masalah yang terjadi di Yerusalem.

Apakah Sdr ingin Tuhan melawat Indonesia? Sebelum Sdr meminta Tuhan untuk memulihkan dan membangun kembali Indonesia, Sdr terlebih dahulu harus mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah yang dihadapi negeri ini. Sdr harus mempunyai beban untuk mengatasi persoalan-persoalan yang sedang dialami oleh negeri kita.

2.    PENYEMBAHAN
Pertama-tama, Nehemia peduli, berikutnya ia menyatakan penyembahannya kepada Tuhan. Hal ini dinyatakan pada ayat 5:
“Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya,”

Nehemia mengakui Allah sebagai Tuhannya. Dalam ayat 6 ia menyebut dirinya sebagai hamba Tuhan. Dalam ayat 5, ia menyebut Tuhan sebagai “Allah semesta langit”. Ia mengakui bahwa Tuhannya jauh mengatasi bumi dan mengatasi semua allah. Berikutnya ia menyebut Tuhan sebagai “Allah yang maha besar dan dahsyat.” Tuhan layak untuk dihargai, dihormati dan disegani oleh semua orang. Akhirnya, Nehemia menggambarkan Tuhan sebagai Pribadi yang “berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya.” Tuhan adalah adil, setia dan dapat dipercaya.

Pada zaman itu, raja Artahsasta dari Persia, yang sedang dilayani oleh Nehemia adalah raja yang paling berkuasa di dunia . Tetapi dibandingkan dengan Tuhan, Raja Artahsasta tidak ada artinya. Nehemia berada di Puri Susan, namun ia mempunyai kepedulian terhadap Yerusalem. Puri Susan adalah kota yang kaya, sedangkan Yerusalem miskin. Puri Susan adalah kota yang kuat, sedangkan Yerusalem lemah. Puri Susan megah, tetapi Yerusalem adalah kota yang hancur. Meskipun berbeda, kedua kota itu sama-sama merupakan bintik-bintik debu yang sangat kecil di bawah kanopi surga yang luas. Sdr, ketika kita menghampiri Tuhan di dalam doa, kita harus meletakkan semua hal ke dalam perspektifnya dengan benar.

Karena keyakinannya pada sifat Tuhan, Nehemia tahu bahwa Tuhan bukan hanya sanggup, tetapi juga mau menjawab doanya. Tetapi ia juga menyadari bahwa ia tidak layak untuk menerima kebaikan Tuhan. Karena itu pada bagian selanjutnya dari doanya , Nehemia membuat  pengakuan dosa. Seperti Ayub, perjumpaannya dengan Tuhan yang Maha Besar membuat Nehemia bertobat dan mengaku dosa. Ayub menuliskan dalam Kitab Ayub 42:5-6 “(5) Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. (6) Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”

3.    PENGAKUAN DOSA
Setelah peduli dengan masalah-masalah yang ada, dan melakukan penyembahan karena  keyakinannya atas sifat-sifat Tuhan yang kudus, Nehemia selanjutnya membuat pengakuan atas dosa-dosanya dan dosa dari bangsanya dalam ayat 6-7 :
“(6) berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. (7) Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu.”

Dalam pengakuan dosa Nehemiah kepada Tuhan, kita dapat mengidentifkasi adanya tiga elemen kunci:
•    Intensitas
Nehemia yang sangat prihatin akan dosa. Dalam kekagumannya pada sifat-sifat Tuhan yang kudus, ia berdoa syafaat secara terus menerus. Ia berdoa siang dan malam, melewatkan setiap waktunya di dalam hadirat Tuhan. Keadaan ini sama seperti yang dinyatakan di dalam Mazmur 88:2 “Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau.”

•    Kejujuran
Elemen kunci yang kedua dalam pengakuan dosa Nehemia adalah bahwa ia tidak berusaha  menutupi dosa bangsa Israel. Ia bahkan mengakui bahwa dirinya juga mempunyai bagian dalam dosa-dosa mereka. Ia meneliti catatan suram dari kesalahan bangsa Israel pada masa lalu maupun pada masa kini, dan ia tahu bahwa iapun tidak luput dari kesalahan. Perhatikan doanya, “aku mengakui segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu
Luar biasa! Sebenarnya Nehemia mudah saja melihat ke belakang dan menyalahkan leluhurnya. Tetapi yang dilakukannya adalah ia melihat ke dalam dirinya dan menyalahkan dirinya sendiri. Kita seringkali dengan mudahnya menyalahkan orang lain, bukan? Kita harus belajar dari Nehemia dan mengakui dengan jujur, “Tuhan, aku bersalah. Aku bukan hanya ingin menjadi bagian dari jawaban, aku mengakui bahwa aku juga adalah bagian dari persoalan.”

•    Urgensi / Keadaan yang mendesak
Elemen kunci ketiga dari doa Nehemia adalah kesadarannya bahwa dosa bukanlah sekedar penolakan untuk menaati perintah Tuhan, tetapi dosa adalah juga suatu tindakan penyimpangan berupa pemberontakan pribadi kepada Tuhan. Ia tahu bahwa leluhurnya sudah “berbuat jahat.” Ia tidak berusaha untuk menutupi dosa-dosa mereka.

Berikut ini saya ingin mengutip sebuah doa pengakuan dosa yang sangat menarik, yang disampaikan oleh seorang hamba Tuhan, yang bernama Pastor Joe Wright dari Kansas. Pastor Joe diminta untuk memimpin doa pada pembukaan sidang Senat dari negara bagian Kansas di Amerika (Di Indonesia: Sidang DPRD). Pastor ini menggunakan kesempatan tersebut untuk mengaku dosa dan menyebutkan dosa-dosa Amerika dengan nama aslinya. Ia memohon kepada Tuhan agar bangsa Amerika akan berbalik dari jalan-jalan mereka yang jahat. Ketika ia berdoa, beberapa anggota Senat melakukan walk-out.  Beginilah isi doanya:

“Bapa Surgawi, hari ini kami datang ke hadapan-Mu untuk memohon ampun dan meminta pimpinan-Mu. Kami tahu Firman-Mu yang mengatakan “Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik,” tetapi hal itulah yang telah kami lakukan. Keseimbangan rohani kami sudah hilang dan kami sudah memutar-balikkan nilai-nilai kami. Kami mengakui bahwa:
Kami  sudah mempermainkan kebenaran Firman-Mu yang absolut dan menyebutnya pluralisme…
Kami sudah menyembah allah-allah lain dan menyebutnya multi-kulturalisme….
Kami sudah mendukung perbuatan yang tidak wajar dan menyebutnya  gaya hidup alternatif….
Kami sudah memperdayakan orang-orang  miskin dan menyebutnya undian ……..
Kami sudah membunuh bayi-bayi yang belum lahir dan menyebutnya pilihan…
Kami sudah lalai mendisiplinkan anak-anak kami dan menyebutnya pembangunan self-esteem…
Kami sudah menyalahgunakan kekuasaan dan menyebutnya kecerdasan politik….
Kami menginginkan kepunyaan orang lain dan menyebutnya ambisi….
Kami sudah mengisi siaran media dengan acara-acara yang tidak senonoh dan pornografi dan menyebutnya kebebasan berekspresi……
Kami sudah mempermainkan nilai-nilai yang diturunkan oleh leluhur kami dan menyebutnya pencerahan.

Selidiki kami, Ya Tuhan, dan kenali-lah hati kami; ujilah kami dan lihatlah apakah ada jalan-jalan kami yang jahat; bersihkan-lah kami dari setiap dosa dan bebaskan-lah kami. Pimpinlah dan berkatilah para naggota Senat yang sudah dipilih oleh penduduk Kansas, dan yang juga sudah menjadi pilihan-Mu, untuk memimpin negara bagian ini. Berikan kepada mereka hikmat-Mu untuk memerintah dan kiranya keputusan-keputusan mereka mengarahkan kami ke dalam pusat kehendak-Mu. Amin.”

Sdr, mencoba menyembunyikan dosa-dosa kita dari Tuhan adalah tidak mungkin. Tuhan tahu segalanya. Kita perlu menyadari bahwa semua dosa, baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja, atau semua kewajiban yang belum kita laksanakan, harus diidentifikasi dan  diakui. Apakah Sdr mencoba menutupi sesuatu saat ini? Sebaiknya Sdr mengakuinya sekarang.

4.    PERCAYA PADA JANJI TUHAN
Pada bagian ke 4 dari doanya, Nehemiah menyatakan rasa percayanya pada janji-janji Tuhan. Ayat 8-10 menyatakan:
“(8) Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa. (9) Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana. (10) Bukankah mereka ini hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang telah Kaubebaskan dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat?”

Pada bagian doa ini, Nehemia mengingat kembali pesan dari Musa tentang bahaya murtadnya bangsa Israel dan janji tentang belas kasihan Ilahi. Janji manakah yang di-klaim oleh Nehemia?

Ada dua.

Pertama, jika bangsa Israel berubah setia, mereka akan dikirim sebagai orang-orang buangan di negeri asing. Hal itu sudah dipenuhi.
Bagian ke dua adalah ketika masa pembuangan selesai, Tuhan akan mengirimkan bangsa Israel pulang kembali ke Yerusalem. Mereka masih menanti-nanti agar bagian itu terlaksana.
Nehemia berdoa; “Tuhan bagian pertama adalah benar. Kami sudah berlaku tidak taat dan kami sudah berada di pembuangan. Tetapi Tuhan, Engkau sudah berjanji untuk membawa kami pulang kembali dan melindungi kami di Yerusalem, namun hal ini belum terlaksana. Aku meng-klaim janji-Mu, Tuhan,  supaya terlaksana.”

Ada orang yang sudah menghitung, bahwa terdapat lebih dari 7.000 janji di dalam Alkitab. Jika  kita semakin baik dalam mengenali Firman Tuhan, maka kita akan semakin baik berdoa dengan keberanian percaya akan janji-janji Tuhan. 1 Yoh 5:14 mengatakan: “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.”

Apakah Sdr memiliki keberanian percaya pada janji-janji Tuhan sebesar keberanian percaya dari Nehemia? Jika Tuhan sudah mengatakan janji-Nya di dalam Firman-Nya, Sdr dapat mempercayainya dan meng-klaim janji-janji itu. Nehemia tahu bahwa Tuhan akan menepati janji kasih-Nya terhadap umat-Nya. Ia juga tahu bahwa, meskipun Tuhan tidak memerlukan bantuannya, ia bertekad untuk terlibat.

5.    TEKAD UNTUK TERLIBAT
Apakah Sdr melihat progres dalam doa Nehemia?
Kepeduliannya terhadap masalah menyebabkan hatinya hancur.
Sementara ia menangis dan berpuasa, ia melakukan penyembahan kepada Tuhan dengan mengagungkan sifat-sifat Tuhan yang kudus.
Ketika ia memusatkan pikirannya pada kebesaran dan kehebatan Tuhan yang kudus, ia teringat akan perbuatan dirinya yang jahat dan karenannya berseru untuk mengaku dosa.
Setelah menyadari kontribusinya di dalam kerusakan bangsa Israel, ia berdoa dengan keberanian percaya untuk meng-kliam janji-janji Tuhan.
Hal ini kemudian menyebabkan Nehemia bertekad untuk melibatkan diri.

Kita membacanya dari ayat 11: “Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini.” Ketika itu aku ini juru minuman raja.

Ada pernyataan yang mengatakan bahwa “Doa tidak menyebabkan keinginan manusia terlaksana di surga, tetapi sebaliknya doa menyebabkan kehendak Tuhan terlaksana dibumi.”
Tuhan memerlukan orang-orang yang bersedia untuk dipakai oleh-Nya.
Ketika Nehemia berdoa, bebannya akan Yerusalem bertambah besar dan visi tentang apa yang harus dilakukannya semakin jelas. Ia tidak berdoa kepada Tuhan agar mengutus orang lain, ia hanya berkata, “Ini aku, kirimlah aku!” Ia tahu bahwa ia harus mengajukan permohonan cuti kepada raja selama 3 tahun. Untuk itu ia berdoa agar ia “berhasil hari ini, ” artinya agar raja mengizinkannya untuk cuti. Nehemia ingat akan Firman Tuhan di dalam Amsal 21:1: “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.”

Ada ahli Alkitab yang mengatakan bahwa kata kunci di dalam Kitab Nehemia adalah kata “maka,” yang dituliskan sebanyak 32 kali. Lagi, dan lagi, Nehemia menilai situasi, ia tergerak karena peduli,  “maka” ia terdorong untuk bertindak. Ukuran yang benar dari kepedulian kita adalah apakah kita mau atau tidak, membulatkan tekad untuk terlibat. Martin Luther berkata, “Berdoalah seolah-olah segala sesuatu tergantung pada Tuhan, lalu bekerjalah seolah-olah segala sesuatu tergantung pada diri anda.”

Saudara, izinkan saya bertanya: pada tahap proses doa manakah Sdr berada saat ini?

  • Apakah Sdr peduli dengan masalah-masalah yang ada di negeri kita? Masalah-masalah di dalam gereja kita, di dalam keluarga kita atau masalah-masalah yang dihadapi oleh diri anda sendiri?
  • Apakah Sdr mengenal karakter dari Tuhan kita? Apakah Sdr selalu melakukan penyembahan dengan pernyataan keyakinan Sdr akan sifat-sifat Tuhan yang kudus?
  • Apakah Sdr siap untuk mengakui dosa-dosa Sdr?
  • Apakah Sdr percaya pada janji-janji Tuhan?
  • Apakah Sdr siap membulatkan tekad untuk terlibat dalam pekerjaan Tuhan yang akan melawat  dan membangun negeri ini?

Saudara, ini adalah saatnya bagi Indonesia untuk mendapat lawatan Tuhan dan mengalami kebangunan rohani.

Jika kita mempunyai keberanian untuk mengakui bahwa kita sudah mengalami kegagalan, jika kita prihatin terhadap jalan hidup bangsa kita dan mau mengakui dosa-dosa kita, kita tahu bahwa Tuhan akan melawat dan memulihkan Indonesia. Ia berjanji untuk melakukannya. Amin!

(Kotbah oleh Rudy Suwardi di GSJA CWS Rajawali, tanggal 26 Agustus 2012)

Artikel oleh: September 2, 2012   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda