Berjumpa Dengan Tuhan (11) Petrus: Menyangkal dan Dipulihkan ke dalam Pelayanan

Pertemuan : Untuk dipulihkan ke dalam pelayanan
Tempat:  Di pantai laut Galilea
Bacaan Alkitab: Yohanes 21: 1-17

Janggutnya yang merah berkibar ditiup angin danau. Awan yang tebal di atas Laut Galilea menghalangi matahari sore. Hari yang kelabu merefleksikan sikap Petrus, ia belum mengalami banyak sukacita sejak Yesus bangkit dari kematian tiga minggu yang lalu.

Petrus duduk di atas batu sambil memandang air Galilea.  Ia sering duduk di sana ketika ia masih anak-anak ………. memimpikan masa depan. Tempat ketinggian ini berada di sebelah dermaga untuk para nelayan dari Kapernaum. Sebagai seorang anak laki-laki dari desa yang miskin Betesda, ia bermimpi mempunyai suatu bisnis penangkapan ikan bersama keluarganya ……… ia sudah merealisasikannya. Sebagai seorang anak ia bermimpi mempunyai sebuah rumah di kota Kapernaum yang kaya ……. ia juga sudah merealisasikannya. Sebagai seorang anak ia bermimpi melayani Mesias yang akan membawa kemerdekaan bagi bangsa-nya dari Roma ……….. tetapi ia sudah menghancurkannya. Ia sudah mengikuti Yesus, tetapi ketika sedang menghadapi krisis, Petrus menyangkal bahwa ia mengenal Yesus.

“Aku gagal ………”

Petrus telah meninggalkan bisnis penangkapan ikan bersama ayahnya, dan mengikut Yesus selama hampir tiga tahun karena ia percaya kepada Yesus. Ia melihat mukjizat-mukjizat, mendengarkan kotbah-kotbah-Nya, ia bersekutu dengan Yesus, bertanya kepada-Nya, belajar dari teladan-Nya. Ia mempunyai rencana untuk menjadi pemimpin dari 12 murid yang mengikut Yesus ……….. ia kuat ………cepat …….. dan yang lainnya mengikuti dia.

Sambil duduk di batu, ia memikirkan lagi malam yang mengerikan itu ketika Yesus akan disalibkan. Angin semakin keras, rambutnya yang merah menutupi matanya, tetapi matanya tertutup. Petrus memikirkan kesalahannya yang fatal,
“Aku gagal ………….” Petrus berpikir.  “Hidupku adalah suatu kegagalan!”

Petrus ingat akan Perjamuan terakhir bersama Yesus di Ruang Atas, ia membuat janji yang sangat dalam ——– lebih dalam daripada yang lainnya —— Petrus berjanji ia akan menjadi orang terakhir yang akan menyangkal Yesus atau meninggalkan Yesus.  Ia mengambil sebuah pedang untuk menyombongkan dirinya kepada Yesus.

“Aku bersedia mati untuk-Mu,” Petrus bersungguh-sungguh dengan kata-katanya. Ia berkata kepada Yesus, “Ketika orang lain meninggalkan Engkau, aku akan memberikan hidupku untuk Engkau.”

Yesus menatap ke dalam mata Petrus yang tulus, tetapi Tuhan lebih tahu. Karena Ia adalah Tuhan, Yesus tahu apa yang akan diperbuat oleh Petrus. Yesus memberitahukan kepadanya,
“Ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.”

Petrus sangat heran mendengarnya, tetapi Yesus benar. Petrus mencoba mengikuti Yesus ke dalam pelataran rumah Imam Besar di mana Yesus akan diadili. Tetapi Petrus diintimidasi oleh orang banyak. Ia terpengaruh oleh opini publik. Betul saja, ia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali.

Pada kali yang  terakhir, tuduhannya berasal dari seorang hamba perempuan, bahwa Petrus adalah pengikut Yesus. Setelah ia menyangkal Yesus, ayam berkokok ………… lalu ia teringat pada apa yang dikatakan oleh Yesus. Lalu Yesus berpaling memandang Petrus.

“Tatapan-Nya membuat aku malu.”

Petrus sudah memikirkan peristiwa itu berulang-ulang sampai seribu kali. Setelah menyangkali  Gurunya, Petrus menyelinap ke luar ke dalam kegelapan untuk bersembunyi, lalu ia menangis dengan sedihnya.

Itu terjadi tiga minggu yang lalu, sekarang Petrus duduk di batu kesukaannya untuk melihat pemandangan matahari terbenam di barat. Satu hari lagi berlalu, kue wafer merah menghilang di balik bukit-bukit Galilea, pikirnya,
“Apakah hidupku berakhir?” Petrus merenung. “Apakah aku akan memperoleh kesempatan yang lain?”

Petrus berpikir tentang Yesus yang sudah bangkit. Ia adalah orang pertama yang masuk ke dalam makam yang kosong, ia berlari ke sana bersama Yohanes. Tetapi ia tidak melihat Yesus ataupun malaikat. Yesus menampakkan diri-Nya kepada para murid di Ruang Atas, tetapi Yesus tidak berkata apa-apa kepadanya tentang penyangkalan yang dilakukannya sebanyak tiga kali kepada Yesus. Petrus telah banyak menangis sampai air matanya kering. Ia berdoa dan berdoa,
“Aku menyesal …… aku menyesal……………… aku menyesal.”

Petrus merasa yakin bahwa Tuhan sudah mengabaikan dia karena dosanya. Ia tahu Tuhan mengampuni dosa. Ia percaya pada apa yang dikatakan oleh pemazmur, “Tuhan mengampuni segala kesalahanmu.”

Dosa tidak menjadi keprihatinan bagi Petrus, ia prihatin pada pelayanannya. Apakah ia dapat melayani Mesias lagi? Petrus tahu dirinya tidak berharga, tetapi ia ingin menjadi murid Yesus. Petrus datang kembali pada waktu senja ke pantai dimana ia pertama kali bertemu dengan Yesus. Ia ingat ia sedang menebar jala dengan tangannya ke dalam air yang dangkal yang penuh dengan alang-alang. Yesus memanggil dia.

“Marilah ikutlah Aku,” demikianlah undangan Yesus yang sederhana. “Kamu akan kujadikan penjala manusia.” Jangkrik mulai memainkan konsernya malam itu. Bayang-bayang muncul pada celah-celah batu. Petrus tidak sedang memikirkan keindahan alam, ia masih sedang memikirkan undangan Yesus kepadanya di pantai ini. “Kamu akan kujadikan penjala manusia.”

“Sudahlah…….” Petrus mengatakannya dengan keras, tetapi tidak ada seorangpun di sana yang mendengar dia. “Sudahlah ………… aku akan menjala ikan.”

Ia meloncat dari bebatuan ke jalan setapak menuju ke Kapernaum. Ia langsung menuju rumahnya, banyak murid berada di sana. Cara jalannya menunjukkan semangatnya yang baru. Ia sudah berhari-hari duduk-duduk di sekitar kota karena merasa patah semangat, sekarang ia berjalan cepat karena ada tujuan. Ia masuk ke dalam ruangan di mana semua orang sedang menghabiskan makan malam mereka.

“Aku akan menjala ikan,” ia mengumumkannya sehingga membuat heran semua orang.  “Awan sedang menutupi langit, ikan akan muncul ke permukaan untuk mencari makan.” Janggut Petrus yang merah bergerak-gerak karena semangatnya yang besar ketika ia bertanya kepada para murid, “Aku akan menjala ikan, siapa yang mau ikut denganku?”

Beberapa diantara mereka adalah penjala ikan — Andreas, Yakobus dan Yohanes — mereka memutuskan untuk ikut dengan Petrus untuk membantu agar ada persediaan  makanan karena mereka sudah kekurangan uang. Juga beberapa orang dari daerah itu – Nathanael, Thomas, dan Filipus — memutuskan untuk ikut dengan mereka, mereka bertiga sudah bekerja di kapal ikan sejak mereka anak-anak. Mereka ingin membantu.

Danau itu gelap ketika tujuh orang murid bertolak dari pantai. Suara pasir yang tergilas oleh dasar kapal adalah terapi untuk perasaan Petrus yang rapuh. Tetapi tampaknya tangan Tuhan sedang berlawanan dengan tujuh orang penjala ikan ini. Mereka tidak berhasil menangkap apa-apa.

Tuhan dapat berkata “tidak!”, dan Tuhan juga dapat memberkati mereka dengan hasil tangkapan yang melimpah, tetapi Tuhan memikirkan hal lain pada malam itu.

Mereka mencoba semua tempat-tempat yang banyak ikannya sesuai dengan pengalamannya, tetapi tidak menangkap apa-apa ……. tidak seekor ikanpun. Mereka mencoba menebar jala ke tempat yang dangkal ataupun ke tempat yang dalam, tetapi tidak menangkap apa-apa ……. Tidak seekor ikanpun.

“Aku tidak mengerti,” Petrus bergumam kepada yang lainnya ketika langit timur mulai terang. “Awan yang menutupi langit adalah sempurna untuk menangkap ikan, tetapi kita tidak menangkap apa-apa.”

Langit bertambah terang, kabut yang tipis terbentuk di atas danau, memeluk air. Angin sudah berlalu. Laut Galilea tanpa riak – tampak seperti cermin.  Lalu pikiran dari tujuh orang ini yang membuat mereka berkecil hati terganggu oleh sebuah seruan dari pantai. Menembus kabut, Petrus dapat melihat seorang laki-laki yang sedang melambaikan tangan kepada mereka. Ia berseru,
“Apakah engkau sudah memperoleh tangkapan?”

Para nelayan merasa malu dengan kegagalan, kadang-kadang mereka mengabaikan pertanyaan semacam itu. Mereka ingin menyombongkan hasil tangkapannya. Tetapi karena alasan yang tidak dimengerti, Petrus mengusap janggutnya dan berteriak,
“Tidak” ia menambahkan “Kami tidak menangkap apa-apa.”

Suara itu balik berseru kepada Petrus, “Tebarkan jalamu ke bagian kanan dari kapalmu.”  Itu adalah saran sekaligus perintah. “Engkau akan mendapatkan ikan di bagian kanan.”

Pikiran Petrus teringat pada melodi yang sama tiga tahun sebelumnya. Mereka telah menjala ikan sepanjang malam, tetapi tidak menangkap apa-apa. Tuhan menyuruh mereka untuk melemparkan jala di tempat yang dalam. Tuhan mengisi jala mereka ketika mereka taat. Petrus memberikan perintah kepada para penjala,
“Cepat,” ia menarik jala  ke dalam kapal. Dengan cepat jala itu ditebarkan lagi ke dalam air di bagian kanan kapal. Petrus menaati perintah itu ……. dengan sempurna …….. dengan segera.

Ketika jala turun ke dalam air di bagian kanan kapal, air bergolak karena ikan,  serombongan  ikan. Sepertinya mereka berebut  masuk ke dalam jala.

“Tarik ………” Petrus berseru sambil menarik tali dengan segenap kekuatannya. “Bantu aku ….!” ia memberi perintah, kembali kepada gaya kepemimpinannya yang otoriter pada masa lalu. Tujuh orang penjala ikan itu mengerahkan seluruh kekuatannya, tetapi mereka tidak berhasil menarik jala ke dalam kapal. Ikan di dalam jala sama-sama berjuang seperti orang-orang di dalam kapal, dan ikan itu menang. Tiba-tiba murid yang paling muda melepaskan talinya. Ia naik ke atas tiang kapal untuk melihat orang yang berada di pantai. Lalu ia menunjuk ke arah orang yang berseru kepada mereka, Yohanes berkata,
“Ia adalah Tuhan!” Di sana, di pantai Orang itu sedang duduk di dekat api yang kecil, Ia tidak lagi berdiri di pantai. Api itu tersembunyi di antara dua bukit pasir sehingga tidak terlihat oleh tujuh orang penangkap ikan itu. Yesus tidak lagi mencari mereka, sekarang mereka yang harus datang kepada-Nya.

“Cepat,” Petrus memberi perintah lagi, “ambil dayung,” ia menunjuk pada dua orang murid yang mulai mendayung. Murid-murid yang lain memegang tali dari jala ikan.

“Aku sudah tidak sabar,” Petrus berkata sambil mengambil jubahnya di bawah tempat duduk. Ia sudah bekerja tanpa memakai baju sepanjang malam karena berurusan dengan jala yang basah. Petrus mengikat tali pinggangnya erat-erat lalu menyelam ke dalam air. Dengan suatu hentakan yang kuat, Petrus berenang dengan cepat menuju pantai. Kapal, karena menyeret jala yang berat , ketinggalan di belakang.

Petrus sampai di pantai, lalu mengarungi ombak yang dangkal, berlari ke arah api di mana Yesus menunggu. Enam murid yang berada di dalam kapal terus mendayung menuju pantai. Ketika mereka tiba pada air yang dangkal Petrus berbalik untuk membantu mereka, mengambil tali dari jala dan menyeretnya hingga ke pantai.

“Bawalah beberapa ekor ikan,” Yesus menyuruh para murid. “Kita akan makan pagi bersama.” Ketika para murid pergi sampai di tempat api, mereka melihat seekor ikan kecil sedang dibakar. Yesus bergerak menuju ke tempat tangkapan mereka, ikannya sangat banyak dan sangat besar-besar. Yesus mempunyai roti untuk mereka.

“Tambah ikannya,” ia menyuruh. “Kita akan makan bersama-sama.”

Ketika matahari terbit di bukit-bukit Gadara, para murid makan bersama Tuhan mereka. Tidak ada seorangpun yang bertanya siapa Dia, semuanya tahu bahwa Dia adalah Yesus.

Petrus makan dengan lahap, ia makan dengan cepat, sama cepatnya seperti  ia bekerja. Setelah selesai makan, para murid ingat akan saat-saat ketika Tuhan memberi pengajaran kepada mereka. Mereka biasanya akan duduk di sekeliling meja, dan pada kesempatan ini, mereka duduk di sekeliling api; dan Yesus memberi pengajaran kepada mereka. Jika Yesus akan memakai situasi ini untuk mengajari mereka, Petrus sudah siap. Ia menemukan tempat yang tepat di dekat Tuhan, lalu ia menunggu untuk mendapat pelajaran atau kotbah. Tetapi pelajaran ini tidak diberikan melalui kotbah. Yesus akan menggunakan kesempatan ini untuk menembus hati Petrus. Ia berpaling kepada Petrus dan bertanya,
“Apakah engkau mengasihi Aku, Petrus?” Yesus menunjuk pada hasil tangkapan ikan. “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari ikan-ikan ini?”

Petrus merasa sedih, Yesus tidak bertanya kepada yang lain. Ia mempertanyakan kasih dan kesetiaan Petrus. Tetapi mengapa Yesus tidak boleh mempertanyakan kasih Petrus? Petruslah, penangkap ikan yang berambut merah itu,  yang sudah menyangkali Dia. Yesus menggunakan istilah yang paling dalam untuk kasih, Ia bertanya apakah Petrus mengasihi Dia seperti seorang ibu mengasihi anaknya, atau seperti Tuhan mengasihi umat-Nya.

Petrus merasakan tatapan Yesus yang menembus hatinya sementara Ia menunggu jawaban. Petrus tidak akan lagi menyombongkan dirinya tentang kasihnya, tidak ada bualan kali ini. Petrus hati-hati memilih jawabannya, ia menggunakan istilah untuk kasih yang artinya persahabatan. Petrus ingin memberitahukan kebenaran kali ini. Ia menundukkan kepalanya dan berkata,
“Engkau tahu aku menyukai Engkau.”

Yesus, melihat kejujuran hati Petrus dan menjawab, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

Petrus tidak tahu apa arti dari perintah itu, tetapi ia ingin melakukan apapun yang dikatakan oleh Yesus. Hatinya sudah diserahkan kepada Tuhan. Lalu Yesus mengajukan pertanyaan yang sama lagi,
“Apakah engkau mengasihi-Ku, Petrus?”

Lagi, Petrus merasa malu dengan pertanyaan itu. Ia malu karena Yesus hanya bertanya kepadanya, dan tidak bertanya kepada murid yang lain.

Lagi pula, ia malu karena Yesus menggunakan istilah yang dalam untuk kasih. Yesus ingin mengetahui apakah Petrus mengasihi Dia sehingga ia rela mengorbankan segalanya bagi Dia. Tetapi, Petrus malu karena ia tidak menggunakan istilah yang dalam untuk kasih dalam jawabannya yang terakhir.

Tetapi Petrus jujur. Ia tidak mau menyombongkan diri seperti yang dilakukannya ketika perjamuan terakhir. Petrus menanggapi dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya,
“Engkau tahu aku menyukai Engkau.”

Enam orang murid lainnya duduk dengan tenang. Secara naluriah, mereka tahu bahwa mereka harus tenang. Mereka tahu bahwa Yesus sedang berhati-hati membimbing Petrus menuju suatu kesimpulan. Yesus sedang mencoba untuk membuat Petrus melihat sesuatu yang sangat penting.

Setelah Petrus menjawab pertanyaan Tuhan dengan istilah yang dangkal tentang kasih, semua mata secara naluriah melirik kepada Yesus.

Mereka ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh Tuhan sekarang. Yesus menunggu karena Ia sabar. Lalu Yesus bertanya,
“Apakah engkau sungguh-sungguh menyukai Aku?”

Petrus merasa tersudut karena Yesus bertanya kepadanya tiga kali apakah ia mengasihi Yesus. Tetapi Petrus ingat bahwa ia sudah menyangkali Yesus sebanyak tiga kali, maka benarlah jika Tuhan bertanya sebanyak tiga kali juga. Mata Petrus diturunkan, ia tidak mampu melihat murid-murid yang lain, ia tidak mampu melihat Tuhan – ia tidak berani melihat Tuhan. Meskipun Petrus ingin memberitahukan kepada Yesus bahwa ia mengasihi-Nya dengan kasih yang tidak pernah padam, Petrus tahu bahwa kejujuranlah yang menjadi jawaban satu-satunya. Ia pada akhirnya mengangkat matanya dan berkata,
“Tuhan, Engkau mengetahui segala hal karena Engkau adalah Tuhan, Engkau juga tahu bahwa aku sudah menyangkali-Mu. Hanya itu yang dapat aku katakan.”  Lalu Petrus tersenyum dengan percaya diri karena ia telah mengatakan kebenaran dari dalam hatinya,
“Engkau tahu aku menyukai Engkau.”

Tuhan disenangkan oleh kejujuran hati Petrus, lebih daripada dengan kata-kata Petrus. Yesus sudah melihat ke dalam jiwa murid-Nya untuk melihat ketulusan dalam perjumpaan ini. Petrus jujur …….. benar-benar jujur kepada dirinya sendiri. Ia merasa hancur dan siap untuk melakukan pelayanan. Yesus memberikan tugas yang untuk pertama kalinya diberikan kepada Petrus.

Yesus menyuruh Petrus,
“Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

SETELAH PERJUMPAAN

Petrus dipulihkan ke tempat asalnya di dalam kepemimpinan. Ia berkotbah pada hari Pentakosta yang menjadi dasar dari pembentukan gereja. Petrus adalah pemimpin pelayanan kepada orang-orang Yahudi. Tradisi mengatakan bahwa ia mati di Roma pada sekitar tahun 64-66 M.

Kata-kata terakhirnya yang disampaikan kepada istrinya adalah , “Ingatlah Tuhan. ” Hal ini tentu saja konsisten dengan pesannya kepada orang-orang Kristen yang sedang menghadapi masa-masa sulit, agar mengambil waktu untuk mengingat kesetiaan Tuhan di dalam penderitaan-Nya.  Hal ini seringkali cukup membantu supaya mereka tetap setia menanggung penderitaan seperti juga Dia yang dengan setia menanggung penderitaan-Nya sementara ia menyelesaikan tugas-tugas-Nya.

SEPULUH PELAJARAN DARI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN

Niat baik saja tidaklah cukup untuk membuat kita setia kepada Yesus.

Petrus memberitahukan kepada Tuhan bahwa ia tidak akan pernah menyangkali Dia. Ia bahkan membual: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” (Mat 26:35). Namun kekuatan manusia saja tidaklah cukup. Petrus menyangkali Tuhan tiga kali.

Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!  (1 Kor 10:12)

Menyesal tidaklah otomatis memulihkan kita kembali ke dalam pelayanan.

Petrus menyesal setelah ia menyangkali Tuhan. “Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: “Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu menangislah ia tersedu-sedu (Mrk 14:72). Tentu saja Tuhan mengampuni kita setelah kita mengakui dosa-dosa kita dan meminta penyucian. Tetapi hal itu tidak memulihkan kita kembali ke tempat pelayanan sebelumnya.

Maka Aku akan mengarahkan mata-Ku kepada mereka untuk kebaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke negeri ini. Aku akan membangun mereka, bukan meruntuhkannya; Aku akan menanam, bukan mencabutnya. (Yer 24:6)

Beberapa orang kembali lagi ke dalam kehidupan lamanya ketika imannya jatuh.
Petrus berkata kepada murid-murid yang lain, “Aku pergi menangkap ikan” karena hal itu adalah satu-satunya yang dapat dilakukannya. Tetapi kedaulatan Tuhan berlaku di atas air, “tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. (Yoh 21:3)

Umat-Ku betah dalam membelakangi Aku; mereka memanggil kepada Baal dan berhenti meninggikan nama-Ku. (Hosea 11:7)

Kadang-kadang kita tidak sadar pada waktu Kristus memanggil kita.
Murid-murid sudah menjala ikan sepanjang malam dan tidak mendapatkan tangkapan apa-apa. Pagi hari Kristus datang kepadanya, Para murid mendengar panggilan kepada mereka dan mereka melihat Dia di pantai, tetapi mereka tidak mengenali Dia. Ini bukanlah penampakan Kristus yang pertama setelah kebangkitan-Nya, seharusnya mereka sudah mengenal Dia, tetapi ternyata tidak. Mungkin hal itu disebabkan oleh dosa mereka, atau pikiran mereka yang tertuju pada jala, atau karena alasan lain. Barangkali kita sudah kehilangan Kristus ketika Ia datang kepada kita karena pikiran kita dipenuhi oleh hal lain.

Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. (Wahyu 3:20)

Kristus bertanya supaya kita memikirkan kesalahan kita.
Ketika Kristus tampak di pantai, Ia bertanya, “Apakah engkau sudah medapat tangkapan?” Itu adalah pertanyaan untuk mengungkapkan bahwa usaha mereka tidak berhasil ketika mereka terpisah dari Yesus. Lalu setelah sarapan, Kristus bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi-Ku?” Lagi, itu adalah pertanyaan yang membuatnya berpikir tentang kesalahannya. Kita harus memikirkan kondisi kita yang sedang jatuh sebelum kita dapat berbuat sesuatu mengenai hal itu.

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yoh 15:5)

Kita terdorong melakukan sesuatu ketika berjumpa dengan Kristus.
Ketika Petrus menyadari bahwa Yesus sedang berdiri di pantai, Petrus pertama-tama memakai jubahnya, padahal kebanyakan orang akan membuka bajunya yang berat pada saat mencoba berenang jarak jauh. Lalu ia menyelam ke dalam air untuk berenang ke pantai. Ia mungkin tidak berpikir tentang apa yang sedang ia lakukan, ia tidak berpikir tentang tindakannya. Ia hanya secara otomatis melakukan sesuatu yang alamiah, itu adalah suatu dorongan untuk memberikan tanggapan kasih dan sukacita.

(28)”Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” (29) Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. (Mat 14:28-29)

Kita melakukan hal-hal yang luar biasa ketika kita  merasa senang karena Tuhan.
Petrus berenang ke pantai memakai jubahnya yang panjang. Lalu ketika kapal itu tiba di pantai, Petrus berlari untuk menarik tali jala yang penuh ikan ke pantai. Ini adalah suatu prestasi yang luar biasa, karena sebelumnya tujuh orang di dalam kapal, “tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan” (Yoh 21:6). Beberapa orang mengatakan bahwa hal ini adalah suatu mukjizat, yang lainnya berpendapat bahwa ini hanyalah karena Petrus bersuka cita sehingga ia menarik jala ke pantai dengan tenaga yang tiba-tiba.

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Flp 4:13)

Kita harus melayani Kristus dengan talenta kita, meskipun Ia dapat melaksanakan tugas-tugas kita tanpa memakai kita.
Tuhan jelas menciptakan ikan di dalam jala melalui mukjizat. Ada 154 ekor ikan besar dimana sebelumnya tidak ada apa-apa di sana. Ketika para murid sampai di pantai, mereka menemukan bara api dengan ikan yang sedang dipanggang untuk makan pagi mereka.  Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” (Yoh 21:10). Yesus menyuruh mereka menambahkan ikan mereka terhadap ikan yang sudah ada di atas bara api. Kristus dapat saja menyediakan cukup ikan di atas api sehingga para murid tidak perlu menambahkan ikan mereka. Yesus juga dapat menunggu untuk makan ikan hasil tangkapan para murid tanpa perlu menyediakan ikan-Nya sendiri di atas api. Mengapa harus ikan yang berasal dari dua sumber? Barangkali jawabannya adalah pada hukum pembagian kerja. Tuhan akan melakukan bagian-Nya untuk membantu kita di dalam melayani Dia, tetapi kita harus menggunakan talenta kita dengan baik di dalam pelayanan.

Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. (2 Kor 6:1)

Kita harus dengan jujur mengekspresikan kasih kita kepada Kristus.
Yesus tahu isi hati Petrus ketika Ia bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi aku?” Tuhan memakai istilah yang paling dalam untuk kasih, suatu istilah yang artinya adalah kasih dengan perngorbanan. Tuhan ingin melihat seberapa jujur Petrus akan menjawab. Pada kesempatan ini Petrus menjawab dengan istilah yang dangkal, pada intinya Petrus berkata, “Aku meyukai Engkau.” Meskipun tanggapan Petrus tidak menimbulkan kesan bagi mereka yang suka sesumbar tentang pengabdian mereka kepada Yesus, tetapi tanggapan Petrus adalah jujur. Tiga kali Petrus menanggapi, “Aku menyukai Engkau.” Mungkin kita ingin mendengar Petrus memakai istilah yang lebih dalam, tetapi setidaknya kita tahu bahwa ia jujur.

Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh 21:16)

Kita dapat dipulihkan untuk melayani lagi setelah kita dengan jujur berserah kepada Yesus Kristus.
Tuhan bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Ketika Kristus mendapat jawaban yang benar, Ia memberitahu Petrus, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Banyak orang percaya bahwa ini adalah pemulihan Petrus ke dalam tempat pelayanannya yang semula yaitu memimpin para murid. Karena pemulihan ini, Petrus mampu untuk memberikan kotbah yang berkuasa pada hari Pentakosta.

Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. (Hosea 14:4)

PELAJARAN
Aku memerlukan lebih dari sekedar niat baik untuk setia.
Aku memerlukan lebih dari sekedar penyesalan untuk dosa-dosaku
Aku menyadari adanya tarikan untuk kembali ke masa lalu
Aku selalu tidak menyadari ketika Kristus datang kepadaku
Aku tahu bahwa Kristus memberikan pertanyaan-pertanyaan kepadaku supaya aku memikirkan kesalahan-kesalahanku
Aku mungkin melakukan hal-hal yang spontan ketika berjumpa dengan Kristus
Aku dapat melakukan hal-hal yang luar biasa ketika aku bersukacita karena Kristus
Aku harus menjala bagi Kristus meskipun Ia dapat melakukannya tanpa aku
Aku harus sepenuhnya jujur dalam mengekspresikan kasihku kepada Kristus
Aku dapat dipulihkan kedalam pelayanan dengan menjadi jujur di hadapan Kristus

Sumber:  ENCOUNTERING GOD FOR SPIRITUAL BREAKTHROUGH, oleh Elmer L Towns
Alih Bahasa: Inawaty Suwardi, Rajawali Family Ministry

Artikel oleh: July 25, 2012   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda