Berjumpa dengan Tuhan (7) Yeremia: Menangisi Tuhan

Pertemuan :        Untuk Suatu Panggilan Pelayanan Baru
Tempat:               Di kota kelahirannya 3 mil ke arah barat laut  Yerusalem
Bacaan Alkitab:  Yeremia 1:1-19

Imam Kepala membetulkan tongkat kebesarannya, ia ingin agar tutup kepalanya berada pada sudut yang tepat. Hilkia sedang mengenakan pakaian imam kepala – keseluruhan pakaian resmi – ia ingin memberikan kesan yang baik kepada raja muda. Ia hanyalah salah satu dari sekian banyak orang yang berdiri dalam satu barisan untuk bertemu dengan raja yang baru. Setiap orang mencoba untuk mendapat akses atau bahkan mempengaruhi Raja yang masih anak-anak ini. Hilkia berpikir ketika ia berdiri dalam barisan,
    “Para penasehat raja semuanya jahat,” Hilkia berdoa agar rencananya untuk mendatangkan kebangkitan rohani ke Israel dapat terlaksana. Para penasehat raja akan membuat raja yang berusia delapan tahun ini menjadi jahat seperti ayahnya.
“BERIKUTNYA,” pejabat kerajaan mengumumkan.
Hilkiah melangkah ke samping pilar penobatan yang terbuat dari pualam merah muda, di aula yang besar, tempat di mana para tamu raja menunggu untuk bertemu dengan raja. Imam Kepala yang bijak itu menunggu sampai ia dilihat oleh raja muda ………… lalu Hilkia menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat kepada raja ……………. Tetapi sementara itu ia memohon kepada Tuhan,
“Tuhan, hentikanlah para penasehat jahat itu sekarang.”
Sebelum raja muda itu dapat menanggapi, seorang teman dari ayah raja berbisik kepada raja muda.
“Jangan bicara kepada imam yang bodoh ini,” ia mengejek, dan menggeleng—gelengkan kepalanya dengan kasar,
“Imam hanya menginginkan uang lebih banyak.”
“Aku ingin mendengarkan dia,” Yosia yang berusia delapan tahun adalah seorang  anak laki-laki yang berkemauan keras, ia menggoyangkan tangannya kepada penasehat yang melarangnya.
“Apa yang dapat aku lakukan untukmu?” raja muda ini bertanya seraya mengulurkan tongkatnya agar Hilkia mendekati tahta.
“Engkau tidak dapat berbuat sesuatu apapun untukku ………” Hilkia tersenyum lagi kepada raja muda. Yosia tersenyum kembali.
“HA!” penasehat menghardik dengan marah. “Imam selalu meminta sesuatu.” Raja muda mengangkat  tangannya agar penasehat menghentikan kririknya. Imam kepala terus menerus tersenyum kepada raja muda dan Yosia terus tersenyum kepadanya.
“Aku dapat membantu engkau menjadi raja yang lebih baik,” Hilkia tersenyum lebar menunggu persetujuan. “Jika engkau dapat membaca dan menulis dengan lebih baik ……… maka engkau dapat memimpin bangsamu dengan lebih baik.”
Hilkia menjelaskan bahwa raja-raja yang dapat membaca dan menulis adalah lebih cerdas daripada raja-raja yang kasar dari negara-negara disekeliling mereka.
“Israel bukanlah bangsa yang paling besar, karena itu kita tidak dapat mempertahankan diri dengan tentara yang paling besar, Israel harus mempertahankan diri dengan hikmat dan kepemimpinan yang cemerlang ………. Raja dari bangsa Tuhan haruslah lebih pintar daripada raja-raja musuh kita ………..”
“SETUJU,” raja muda melompat. Anak yang impulsif ini melambaikan tangannya kepada para penasehat ayahnya yang jahat. “TIDAKKAH ENGKAU SETUJU?”
Dengan enggan para penasehat menyetujui, siapa yang dapat menentang pendidikan? Pengkritik yang vokal meletakkan tangannya pada telinga seorang sahabatnya, “Biarlah imam itu mengajari raja muda, tetapi kita akan memberitahukan anak itu apa yang harus dikerjakannya.”
Hilkia menjelaskan kepada Yosia bahwa Tuhan memberi perintah agar setiap raja menyalin Firman Tuhan, dan menyimpan Alkitab pribadinya di sampingnya untuk menjadi pedoman bagi mereka dalam membuat keputusan dan memimpin Israel.
“Engkau akan belajar ketika engkau menyalin, ” Hilkia menjelaskan. “Engkau akan menjadi ahli untuk memahami Firman sehingga engkau dapat meyakinkan raja-raja lain tentang rencanamu.”
Para penasehat yang jahat menyukai alasan Hilkia yang akan membuat raja menjadi ahli debat yang lebih baik. Hilkia melanjutkan penjelasannya kepada raja.
“Engkau akan belajar untuk berpikir seperti Tuhan.”
Para penasehat yang jahat itu tidak suka dengan pelintiran tersebut, tetapi mereka akan melakukan kompromi. Juru bicaranya bertanya,
“Siapakah yang akan menjadi guru untuk Raja?” Juru bicara itu berkata dengan tajam, “banyak imam yang tidak dapat membaca atau menulis.”
Hilkia tidak menjawan pertanyaan itu. Kembali ia tersenyum kepada raja muda dan menunggu senyum balasan. Ketika Yosia tersenyum lebar kepadanya, Imam Kepala berbicara.
“Aku akan menjadi guru untuk Raja.” Lalu Hilkia tersenyum kepada para penasehat yang jahat yang berdiri dengan kaku. “Apakah engkau tidak sependapat bahwa imam terbaik harus melayani Raja terbaik?”
“SETUJU”, raja muda itu berseru dengan antusias kepada semua yang hadir.
Hilkia mempunyai strategi. Ia adalah seorang yang saleh yang melawan seluruh kebudayaan yang sudah membelakangi Tuhan. Ada mezbah-mezbah Baal di Bait Allah; ia tidak dapat memindahkannya karena raja sebelumnya telah memerintahkan untuk meletakkannya di sana. Keputusan yang sama berlaku agar menanam pohon-pohon bagi Baal dan Asyera dan membangun bukit-bukit pengorbanan. Ketika Hilkia memerintahkan untuk memindahkannya – mereka menertawakan dia.
Ada juga mezbah-mezbah untuk alah-alah asing di dalam Bait Allah yang telah diletakkan oleh Salomo. Ketika ia memerintahkan untuk memindahkannya – mereka menertawakannya.
Di samping Bait Allah ada sebuah rumah prostitusi laki-laki. Ketika ia memerintahkan untuk memindahkannya – mereka menertawakannya. Hilkia merasa tidak berdaya sebagai Imam Kepala, karena itu ia berdoa,
“Tuhan tolonglah aku membawa kebangkitan rohani untuk Tuhan, Israel sudah melupakan Engkau dan aku tidak dapat menghilangkan dosa.” Ketika ia meminta jawaban dari Tuhan, ia teringat pada suatu nasehat dari Kitab Amsal,
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Strategi Hilkia sederhana. Hari lepas hari, ia akan mendidik Yosia muda dalam jalan-jalan Tuhan mengenai kebenaran dan ketika raja muda ini bertambah dewasa, ia akan memimpin bangsa ini ke dalam kebangkitan rohani.
Setiap pagi sementara Hilkia membaca Alkitab dengan hati-Hati, Yosia duduk dan menyalin Hukum itu dengan cermat. Hilkia akan menyelesaikan satu kalimat, lalu meminta, “Izinkalah aku melihat apa yang sudah engkau salin,” Imam Kepala akan membaca dengan hati-hati tulisan dari raja muda itu. “Setiap kata harus dieja dengan benar ………… setiap titik harus ada di tempatnya …….. setiap judul harus tepat.” Hilkia sedang mengajari raja bahwa Tuhan sangat memperhatikan setiap detil yang kecil dari Hukum-Nya, dan setiap detil yang kecil dari kehidupan. Ketika Hilkia menemukan kesalahan, ia akan menyuruh raja,
“Salinlah kembali,
Hilkia tidak takut untuk mengoreksi raja karena Tuhan sedang duduk di atas bahu pemuda ini, berbisik ke dalam telinganya tentang apa yang benar dan apa yang salah.
Hilkia tinggal di Anatot, hanya tiga mil ke arah barat laut dari Yerusalem. Setiap hari Imam Kepala berjalan pulang ke rumahnya, sebenarnya ia dapat tinggal di tempat pondokan khusus di Bait Allah, tetapi ia berjalan pulang pergi setiap hari, sambil menggunakan waktunya untuk berdoa bagi raja muda.
“Tuhan ……….. bukakan mata rohaninya. Tuhan ……… berikan kepadanya suatu hasrat akan kebenaran.”
Tetapi ada alasan lain mengapa Hilkia berjalan pulang ke rumah, ia mempunyai seorang anak laki-laki di rumah. Yeremia seusia dengan Yosia. Hilkia berdoa untuk hal yang sama bagi anaknya Yeremia.
“Tuhan ……….. bukakan mata rohaninya. Tuhan ……… berikan kepadanya suatu hasrat akan kebenaran.”
Setiap sore Hilkia mengamati anaknya Yeremia menyalin Alkitab yang sama seperti yang disalin oleh raja muda pada pagi hari. Hilkia mendidik anaknya Yeremia sama cermatnya seperti ia mengajar raja. Rencananya untuk membebaskan Israel dari dosa seperti pedang bermata dua, ia mempersiapkan seorang raja dan ia mempersiapkan putranya.
Yosia dan Yeremia adalah seusia secara jasmani, tetapi sama sekali berbeda dalam kepribadian. Hilkia melihat kepribadian yang kuat dan mendominasi dalam diri Yosia sejak masih anak-anak. Ketika raja muda sedang menyalin Alkitab, pena-nya rusak. Ia berseru, “BERHENTI ……… PENA-KU RUSAK.” Ia memberi perintah kepada pelayan yang ada di dekatnya,
“Bawakan aku segera pena yang baru!”
Pada sore yang sama Hilkia mengamati putranya Yeremia sedang menyalin Alkitab ketika ia membacakannya kepada para murid. Ada anak laki-laki lain di kelas itu. Anak laki-laki di sebelah Yeremia melihat pena-nya rusak. Yeremia segera mencarikan pena yang baru untuk temannya, dan dalam proses itu salinannya sendiri menjadi rusak. Yeremia tidak mempunyai kepribadian yang dapat memerintah seperti Raja Yosia muda. Yeremia muda adalah seorang yang pendiam; ia membiarkan orang lain menindas dirinya. Hal ini membuat Hilkia prihatin karena putranya tidak akan dapat menjadi Imam Kepala jika ia tidak dapat bersikap lebih tegas. Yeremia terlalu sensitif, pemalu ……….. hampir terlalu menyendiri untuk menjadi seorang pemimpin. Hilkia memiliki keraguan apakah Yeremia dapat bergabung dengan Yosia untuk mengembalikan bangsa ini kepada Tuhan.
“Apakah putraku dapat menjadi Imam Kepala?”
Hilkia memutuskan untuk membuat putranya dapat bersikap lebih tegas; pada suatu pagi Hilkia menyuruh Yeremia duduk di kursi pemimpin untuk menyalin Alkitab. Ketika ia kembali pada sore harinya, Yeremia telah menyerahkan posisinya kepada orang lain. Yeremia sedang duduk di belakang. Hilkia berpikir,
“Bagaimana bisa Yeremia memimpin bangsa ini, jika ia tidak mau meminpin kelas para ahli Taurat?
Hilkia berusaha memberikan suatu visi kepada putranya untuk menjadi Imam Kepala. Setiap hari ketika sang ayah pulang dari Yerusalem, ia menceritakan perkembangan-perkembangan baru di Bait Allah kepada putranya. Secara teknis, Yeremia akan menjadi seorang imam dalam pendidikan hingga usia 30, dan ia akan diurapi untuk menduduki jabatan imam dan ia akan dimasukkan ke dalam bejana emas sebagai lambing pencucian. Hilkia mmemberitahukan kepada Yeremia,
“Ketika engkau menjadi Imam Kepala,” ayah yang sudah lanjut ini memberitahukan kepada Yeremia, “engkau akan membantu Yosia melakukan perbuatan-perbuatan untuk Tuhan.”
“Ya, Ayah …….” Demikian jawaban singkat dari Yeremia.
Hilkia mencari api di dalam mata putranya, tetapi tidak ada di sana. Ia ingin melihat suatu kerinduan akan kepemimpinan ……… akan kekuasaan ………… akan jabatan, tetapi Yeremia terlalu pasif.
Hilkia bangga dengan hasil yang dicapai oleh raja muda Yosia. Strateginya berjalan. Imam Kepala yang telah lanjut itu sudah mendidik raja untuk membawa kebangkitan rohani – Tuhan sedang memulai untuk mentransformasikan bangsa ini melalui Raja Yosia.
Yeremia yang berusia 21 tahun sedang berada di sekolah, sedang berlatih menulis. Ruangan sedang kosong dan ia lebih tertarik pada pesan dari Firman Tuhan, daripada tulisan yang benar. Ia ingin mengetahui apa arti dari Firman Tuhan. Lalu ia mendengar suara. Itu adalah Tuhan yang sedang berbicara kepadanya. Itu bukan suatu dorongan dari dalam hatinya; tetapi Yeremia mendengar suara yang nyata dari Tuhan. Ia tidak melihat suatu penglihatan seperti yang dialami oleh Yesaya; ia mendengar suara Tuhan. Ia tidak menyentuh Tuhan seperti yang dilakukan oleh Yakub yang bergulat dengan Tuhan, ia juga tidak terlibat dalam suatu percakapan fisik seperti Abraham yang makan bersama dengan Christophany, manifestasi Tuhan secara fisik. Yeremia mendengar suara Tuhan.
“Siapa di situ?” Yeremia terkejut. Tidak ada seorangpun di dalam ruangan. Ia pergi ke luar dan berjalan mengelilingi gedung. Tidak ada seorangpun di sana. Lalu ia mendengar suara itu lagi.
“Aku mempunyai panggilan khusus untukmu, Tuhan memberitahu Yeremia. “Panggilan ini bukan untuk menjadi seorang imam, tetapi untuk menjadi seorang nabi.”
Tuhan tidak mau Yeremia memenuhi keinginan ayahnya untuk menjadi Imam Kepala. Yeremia tidak akan mengikuti jejak ayahnya menjadi imam. Tuhan memberitahukan kepada Yeremia,
“Sebelum engkau dikandung dalam rahim ibumu, kata Tuhan kepada Yeremia, “Aku telah mengenal engkau dan aku mempunyai rencana untukmu.”
Yeremia mengetahui rencana ayahnya untuk dirinya dan untuk Yosia, tetapi rencana Tuhan  lebih besar.
“Sebelum engkau keluar dari kandungan,” Tuhan menjelaskan kepada Yeremia, “Aku telah mempunyai rencana bagimu untuk menjadi seorang nabi untuk mengajarkan Firman-Ku.”
Rencana Tuhan selalu lebih besar dari rencana orang tua kita, tetapi kadang-kadang sulit bagi orang tua untuk memahaminya. Tuhan memberitahu Yeremia,
“Aku sudah menetapkan engkau untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
Yeremia tidak mau menjadi nabi karena hal itu memerlukan keberanian. Seorang nabi harus menantang orang. Bukan demikian cara Yeremia melakukan sesuatu. Lagi pula, ia tidak mau melayani bangsa-bangsa. Ia mengasihi Israel. Ia menyukai Yerusalem – kota Tuhan.
“Aku adalah orang Yahudi …..” pikir Yeremia. Terlahir di dalam suku para imam, yaitu suku Lewi, berarti ia adalah “Seorang Yahudi di antara para orang Yahudi.”
“Aku kemungkinan besar akan  menyerah ….” Yeremia mempertanyakan gagasan untuk menjadi seorang nabi. “Aku tidak pernah dilatih untuk berbicara di depan umum. Aku terlatih untuk mempersembahkan korban …….. untuk bersyafaat ………. untuk pelayanan di Bait Allah.”
Yeremia baru berusia 21 tahun, ia masih harus menjalani pendidikan selama 9 tahun untuk menjadi imam. Ia tidak akan menjadi imam sebelum ia berusia 30 tahun. Tetapi Tuhan mengingatkannya,
“Aku sudah menetapkan engkau …………”
Tidak ada pengutusan yang lebih besar daripada panggilan ke dalam pelayanan oleh Firman Tuhan yang sesungguhnya. Tuhan sudah memilih Yeremia untuk menjadi juru bicara-Nya. Tetapi Yeremia mempunyai keraguan,
“Aku ini masih muda,” ia merujuk pada usianya yang masih muda menurut standar Yahudi. “Seorang pemuda tidak dapat berbicara, tidak ada seorangpun yang akan mendengarkan seorang pemuda.”
“Janganlah katakan aku ini masih muda,” Tuhan memberi perintah untuk ditaati oleh Yeremia, “tetapi kepada siapapun engkau Ku-utus, haruslah engkau pergi.”
“Yeremia tidak dapat membayangkan ia akan berbicara kepada raja-raja Yehuda dan para pemimpin dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Karena kesetiaannya, Nebukadnezar akan menawarkan kepadanya gaji yang istimewa untuk tinggal di Babel, tetapi Yeremia akan menolak untuk tinggal di kota Babel yang mewah dan tinggal di antara orang miskin di kota Yerusalem yang sudah hancur. Tuhan menambahkan,
“Apapun yang Ku-perintahkan  kepadamu, ………. Haruslah kausampaikan.”
Panggilan Tuhan untuk Yeremia membuatnya ketakutan. Ia takut dan merasa tidak dapat melakukannya. Ia tumbuh dewasa di dalam sebuah rumah yang terlindung, putra dari seorang ayah yang berkuasa, tumbuh dewasa di dalam suatu komunitas para imam. Ia tidak dilatih untuk dapat bernegosiasi dengan keras seperti seorang pebisnis, ia juga tidak diajar untuk berdebat seperti seorang ahli hukum atau ahli Taurat. Ia hanyalah seorang putra yang penurut. Yeremia menentang.
“Aku ini masih muda.”
“Janganlah takut kepada mereka,” Tuhan membesarkan hati Yeremia. “Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau.”
Tuhan mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulut Yeremia. Dengan sentuhan itu, Tuhan berfirman kepada Yeremia,
“Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.”
Yeremia membaca Kitab Yesaya di mana Tuhan menjamah mulut Yesaya untuk menguduskannya. Yesaya harus dibuat sadar atas dosa-dosa-Nya, tetapi Yeremia menyadari dirinya yang masih muda. Yeremia tidak memerlukan pengudusan, ia memerlukan penguatan. Ia memerlukan pertolongan Tuhan. Yesaya adalah seorang pejabat istana yang congkak yang keegoisannya perlu dihancurkan,  Yeremia adalah seorang pemuda yang rendah diri yang tidak yakin akan dirinya sendiri. Ia memerlukan dorongan semangat dari Tuhan.
“Ketahuilah …..” Tuhan berkata kepada Yeremia. “Perkataan-perkataan-Ku ada di dalam mulutmu ………….. Kata-kataku akan menjadi sebuah palu yang menghancurkan batu  ………. Perkataan-Ku akan menjadi api yang membersihkan dosa.” Tuhan akan memakai firman-Nya di dalam mulut Yeremia untuk menghancurkan kejahatan dan membersihkan dosa. Ia memberitahukan kepada nabi muda ini,
“Pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan mereka.”
Itu adalah tugas yang mengagumkan bagi seorang pemuda yang ketakutan dan memiliki rasa percaya diri yang rendah. Tetapi Tuhan sudah berjanji bahwa Ia akan menaruh firman-Nya di dalam mulutnya untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Tetapi itu bukanlah sekedar pesan penghakiman. Tuhan mempunyai sebuah pesan tentang harapan kepada Yeremia. Tuhan juga memberikan pesan kepadanya,
“Untuk membangun dan menanam.”
Bersama dengan terdengarnya suara Tuhan, datang juga panggilan Tuhan bagian yang kedua. Tuhan memperlihatkan sebuah penglihatan kepada Yeremia muda. Ia melihat sebatang dahan pohon badam di langit. Itu adalah sebatang pohon almond yang tumbuh pada awal musim semi; daun-daunnya yang baru sedang berkembang dan kuncup-kuncup bunganya sedang berkembang. Dari seluruh tanaman di hutan Israel, pohon almond adalah yang pertama berkembang. Daunnya mulai tumbuh pada akhir musim dingin bahkan sebelum musim semi tiba. Tuhan memperlihatkan kepada Yeremia sebatang pohon almond lalu bertanya,
“Apakah yang kau lihat, hai Yeremia?
“Aku melihat sebatang dahan pohon badam.”
Tuhan memberitahu Yeremia bahwa batang itu adalah sebuah cambuk yang akan dipakai-nya untuk menghukum Israel, seperti orang tua yang menghukum anaknya yang tidak taat.
Meskipun bangsa Tuhan pada mulanya mengalami kebangkitan rohani di bawah Raja muda Yosia, tidak ada seorangpun yang tahu bahwa raja muda telah melakukan kesalahan, yaitu berperang melawan Mesir, dimana ia akan terbunuh. Semua raja-raja berikutnya lemah ……. berdosa ……. pemberontak ….. dan membawa Israel ke arah kehancuran.
Lalu Tuhan memperlihatkan kepada Yeremia penglihatan yang kedua. Tuhan bertanya,
“Apakah yang kau lihat Yeremia?”
Yeremia melihat sebuah periuk yang mendidih; datangnya dari sebelah utara. Yeremia mengamati periuk itu cukup lama. Ia tidak dapat mengerti apa artinya. Lalu Tuhan memberitahu Yeremia,
“Periuk ini melambangkan sebuah bangsa.” Tuhan memberitahu Yeremia, “Dari utara akan mengamuk malapetaka menimpa segala penduduk negeri ini.” Lalu untuk memastikan Yeremia mengerti betapa hebatnya masalah itu, Tuhan menjelaskan,
“Aku memanggil segala kaum kerajaan sebelah utara, dan mereka akan datang dan mendirikan takhtanya masing-masing di mulut pintu-pintu gerbang Yerusalem, dekat segala tembok di sekelilingnya dan dekat segala kota Yehuda.”

SETELAH PERJUMPAAN
Perjumpaan Yeremia dengan Tuhan adalah awal dari pelayanan kenabiannya. Ia memberi peringatan kepada Kerajaan Selatan bahwa Babel akan menghancurkan mereka. Setelah Raja Yosia, Raja-Raja Yehuda beraliansi dengan Mesir melawan Asyur. Namun, ramalan Yeremia benar, bukanlah Mesir ataupun Asyur yang menawan bangsa Tuhan. Raja Nebukadnezar dari Babel mengalahkan Asyur dan dengan cepat memukul mundur Mesir sehingga Babel menjadi penguasa dunia. Nebukadnezar menawan Yerusalem tetapi memperlakukan Yeremia dengan baik karena nabi berbicara benar tentang Babel.

10 PELAJARAN DARI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN

1.    Tuhan mempersiapkan seseorang untuk mengatasi krisis rohani, lama sebelum hal itu terjadi.
Tuhan mengangkat raja-raja dan mengijinkan mereka mencapai tujuan yang diinginkannya. Ia tahu siapa yang jahat dan siapa yang benar, lama sebelum mereka berkuasa. Tuhan biasanya mengatasi masalah dengan mengutus seseorang, karena itu Ia akan mempersiapkan seseorang untuk mengurusi ksisis rohani. Dalam perikop ini dua pemuda dipersiapkan untuk melawan kejahatan. Yosia adalah anak dari seorang ayah yang jahat dan cucu dari seorang kakek yang lebih jahat, tetapi dalam kemurahan Tuhan, Ia menumbuh dewasakan Yosia – dengan pengaruh Hilkia – untuk menjadi raja yang membawa kebangkitan rohani. Pemuda lainnya adalah Yeremia, yang berasal dari keluarga Imam Kepala yang saleh.

“Tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain.” (MZM 75:8)

2.    Beberapa orang melakukan pelayanan yang paling besar bagi Tuhan dengan mendidik seorang anak untuk pelayanan di masa depan.
Dalam kisah ini, Hilkia sebenarnya mendidik Yosia dan Yeremia mengaplikasikan naskah Alkitab, tetapi ia juga memiliki pengaruh sehingga mereka mengikuti teladannya. Beberapa orang mungkin tidak dapat berbuat banyak untuk Tuhan, tetapi mereka dapat memperlengkapi anak-anak mereka untuk melakukannya.

“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” (AMS 22:6)

3.    Kepribadian kita menentukan bagaimana kita akan memberikan tanggapan atas perjumpaan dengan Tuhan.
Kelembutan Yeremia tampak ketika ia mengatakan bahwa dirinya masih muda dan ketakutannya untuk berbicara di depan orang banyak. Kelemahan ini menyebabkan air mata, Yeremia adalah “nabi yang menangis.” Ia berkata “Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air mata, maka siang malam aku akan menangisi orang-orang puteri bangsaku yang terbunuh!” (Yer 9:1) dan “Jika kamu tidak mau mendengarkannya, aku akan menangis di tempat yang tersembunyi oleh karena kesombonganmu, air mataku akan berlinang-linang, bahkan akan bercucuran, oleh sebab kawanan domba TUHAN diangkut tertawan.”(Yer 13:17)

“Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.” (1 KOR 9:22)

4.    Kepribadian kita menentukan bagaimana kita akan melayani Kristus.
Kelemahan Yeremia dipergunakan untuk mengomunikasikan kemurahan Tuhan kepada Israel – Ia mengasihi mereka bahkan ketika Ia sedang menghukum mereka. Yeremia membawa pesan mengenai penghakiman, tetapi ia melakukannya dengan hati yang hancur.

“Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 KOR 12:9)

5.    Panggilan Tuhan untuk pelayanan kita lebih besar daripada pilihan kita atau pilihan orang tua kita.
Yeremia dilahirkan dari garis keturunan imam, tetapi Tuhan mempunyai panggilan yang lebih besar untuk hidupnya. Panggilan Tuhan lebih besar daripada pilihan kita atau pilihan orang tua kita. Pilihan kita yang terbaik adalah berserah kepada-Nya

“dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.” (1 Tes 2:12)

6.    Kadang-kadang Tuhan menjumpai kita untuk membesarkan hati kita, bukan untuk memperhadapkan kita dengan dosa-dosa kita.
Yesaya adalah nabi yang brilian, begitulah pendapat dari para ahli Alkitab karena pilihan kata-kata Yesaya, susunan tata bahasanya dan imajinasinya yang jelas. Tetapi Tuhan harus menghancurkannya untuk dapat memakai dia. Yeremia sebaliknya, Tuhan harus mendorong semangatnya sebelum Ia dapat memakainya.

(7) Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. (9) Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” (1 Raja-Raja 3:7,9)

7.    Kadang-kadang Tuhan menjumpai kita hanya dengan Firman-Nya, bukan dengan penglihatan atau gejala fisik lainnya.
Tuhan memakai penglihatan untuk memanggil orang-orang tertentu ke dalam pelayanan. Kepada orang lainnya, Tuhan memakai perwujudan diri-Nya yang muncul kepada mereka. Tetapi kepada Yeremia, Tuhan memakai Firman-Nya. Salah satu ayat kunci dalam Kitab Yeremia adalah “Firman Tuhan datang kepadaku……” (Yer 2:1)

Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. (KIS 17:11)

8.    Perjumpaan dengan Tuhan akan meregangkan kita melampaui budaya dan latar belakang kita.
Tuhan mengarahkan Yeremia untuk tidak hanya melayani bangsa Yahudi dan keluar dari pelayanan di Bait Allah. Tuhan ingin agar ia menjadi seorang nabi dan melayani bangsa-bangsa. Susannah Wesley pergi ke Keuskupan Agung Canterbury untuk mencari penugasan bagi putranya John Wesley. Pada masa itu, seorang laki-laki diangkat dalam suatu pelayanan pada gereja tertentu dan tidak ada gereja yang membuka kesempatan pada saat ibu Wesley mencarinya untuk dia. Karena mengetahui bahwa John Wesley berminat dalam pekerjaan misi di tanah Georgia, Uskup Agung mengutus dia “Ke dunia” Tidak ada seorangpun yang mengerti rencana Tuhan bagi John Wesley untuk menggenapi kata-kata pengutusannya. Ia benar-benar mempengaruhi dunia.

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (KIS 1:8)

9.    Kita tidak tahu besarnya penderitaan kita karena perjumpaan dengan Tuhan.
Beberapa orang dipanggil untuk menjalani hidup yang damai dan sejahtera, sedangkan lainnya dipanggil ke dalam hidup yang penuh dengan pengorbanan dan penderitaan. Tidak ada seorangpun yang mengetahui kehendak Tuhan bagi mereka ketika mereka menanggapi panggilan-Nya

Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (LUK 9:23)

10.    Perjumpaan kita dengan Tuhan dapat mempengaruhi nasib dari bangsa-bangsa.
Yeremia membawa pengaruh di Yehuda, Babel, Mesir, Moab, dan bang-bangsa lain di sekitarnya. Ia tidak tahu akan seberapa besarkah pengaruhnya ketika ia tunduk pada panggilan Tuhan

Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (MRK 16:15)

PELAJARAN
1.    Aku mungkin berjumpa dengan Tuhan dalam hidupku, tetapi ia merencanakannya sebelum aku lahir
2.    Aku mungkin melakukan pelayanan yang paling besar kepada Tuhan melalui anak-anak-ku
3.    Aku akan berjumpa dengan Tuhan sesuai dengan kepribadianku
4.    Aku akan melayani Tuhan sesuai dengan kepribadiaku
5.    Aku menyadari bahwa pilihan Tuhan akan pelayanan lebih penting dari pilihanku
6.    Aku mungkin dibesarkan hati melalui perjumpaan dengan Tuhan
7.    Aku mungkin dijumpai melalui Firman Tuhan saja, bukan melalui penglihatan kehadiran-Nya
8.    Aku mungkin ditarik melampaui kebudayaan dan latar belakangku oleh suatu perjumpaan dengan Tuhan
9.    Aku tidak mengetahui kehendak Tuhan bagi hidupku ketika aku menanggapi panggilan-Nya
10.    Aku dapat mempengaruhi nasib bangsa-bangsa setelah berjumpa dengan Tuhan.

Sumber:  ENCOUNTERING GOD FOR SPIRITUAL BREAKTHROUGH, oleh Elmer L Towns
Alih Bahasa: Inawaty Suwardi, Rajawali Family Ministry

Artikel oleh: April 18, 2012   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda