Berjumpa Dengan TUHAN (5) Elia: Mendengar Suara Lembut dari TUHAN

Pertemuan : Dalam Keadaan Takut
Tempat: Di dalam Sebuah Gua di Sinai
Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja 19:1-8

Gurun itu terbentang datar ke segala arah, suatu gurun yang suram. Tidak ada keindahan di padang gurun – yang disebut Nigev – kecuali jika Sdr melihat keindahan pasir kristal yang halus dan berbagai bentuk batuan yang muncul dari lautan pasir.

Seorang musafir berjalan sempoyongan menuju ke selatan dari Tanah Perjanjian. Orang asing itu – tidak membawa botol air – terhuyung-huyung menuju tepi gurun seolah-olah mencari cara untuk bunuh diri.
Bersyeba adalah oasis yang paling selatan di Tanah Suci, tempat minum air terakhir sebelum masuk ke gurun. Tidak ada seorangpun yang mau mengambil risiko berjalan ke selatan …….. sendirian ……… tanpa air …………….. tidak ada seorangpun yang berakal sehat akan melakukannya.

Tetapi Elia adalah nabi Tuhan yang tidak terduga, ia tidak pernah bertindak seperti apa yang dipikirkan orang. Ia adalah seorang pahlawan Tuhan. Minggu yang lalu ia menghadapi 400 nabi Baal di atas gunung Karmel. Itu adalah suatu demonstrasi  kekuatan. Nabi-nabi palsu berdoa untuk minta api turun dari surga, tetapi tidak ada sesuatupun yang terjadi. Lalu Elia melakukan sesuatu yang tidak terduga.Ia mencurahkan air ke atas kayu dan persembahan korban tiga kali. Lalu Elia berlutut di hadapan Tuhan, Allah bangsa Israel, untuk meminta api dicurahkan dari surga seperti air yang dicurahkan  dari buli-buli. Keberanian Elia terbukti ketika Tuhan mengirimkan api dari surga. Ia segera berbalik dan menunjuk kepada 400 nabi palsu dan berseru kepada orang banyak.
“BUNUH MEREKA!”

Tetapi kemenangan hanya dirasakan sementara. Ketika ratu Izebel mendengar bahwa Elia sudah membunuh nabi-nabi palsu itu, ia mengirimkan seseorang untuk menyampaikan Keputusan Kerajaan kepada Elia.
“Aku akan membunuh engkau pada jam yang sama besok!”

Itulah yang menyebabkan Elia melarikan diri.Ia dapat melawan 400 nabi Baal – ia berani – tetapi seorang perempuan membuat ia melarikan diri. Ia berlari hampir sejauh 100 mil (150 KM) dari Gunung Karmel ke Bersyeba. Elia dapat meloloskan diri dari kejaran para prajurit Ratu Izebel.Ia melewati setiap desa dan kota. Ia menghindari orang dan hidup di luar Tanah Perjanjian. Ia tidur di dalam gua-gua, dan melarikan diri ke Bersyeba.

“Mereka tidak akan mencari aku di gurun ………” ia berkata kepada dirinya sendiri sambil memasuki padang gurun. Ia berjalan ke padang gurun untuk mati. Lalu ia melihatnya, di antara uap panas di cakrawala, seperti suatu halusinasi yang memudar kemudian muncul kembali. Elia berpikir ia melihat sebuah pohon, sebuah pohon arar. Ia merasa yakin bahwa pohon itu nyata. Sehari perjalanan menuju selatan dari oasis, ia menemukan sebatang pohon, dan yang lebih penting adalah, ia menemukan tempat untuk berteduh. Elia tidak menikmati pemulihan yang sejuk dari matahari yang menyengat, tetapi sebaliknyaia menyadari suatu ke sia-sia-an. Jika ia berbalik ke tanah suci, ia akan mati. Jika ia berjalan masuk ke padang gurun, ia juga akan mati. Dalam keputus-asaan yang sangat, Elia memandang ke surga dan berdoa, “Bunuhlah aku, Tuhan,” ia bersungguh-sungguh, “aku tidak layak untuk hidup.”

Keringat membasahi jubahnya, kepalanya terasa pusing, dan ia jatuh tertidur. Ia tidur dengan gelisah pada saat matahari sore yang panas bersinar. Beberapa jam kemudian udara malam yang dingin di gurun membuat ia kedinginan. Ia sudah merasakan peralihan dari panas yang menyengat menjadi dingin yang merasuk hingga ke tulang. Ia menarik jubahnya erat-arat supaya terasa nyaman. Ia sedang mencoba tidur ketika ia merasakan sesuatu. Seseorang menyentuh dia.
“Siapa itu?” ia bangun dan berseru.

“Aku adalah malaikat Tuhan,” orang asing itu harus menyentuh Elia berkali-kali untuk membangunkan dia. Sambil duduk, Elia melihat ke sekeliling di bawah pohon.Ia melihat bara merah sedang menyala di dalam tungku pemanas, ia mencium aroma yang sangat dikenalnya yaitu roti bakar. Ada sebuah botol air – penuh dengan air jernih – menunggunya.

“Bangunlah ……” malaikat itu memberi perintah. “Makanlah dan minumlah – engkau akan menghadapi perjalanan yang panjang.”

Elia minum terlebih dahulu, cairan di dalam tubuhnya menyusut, ia memerlukan air. Melalui setiap tegukan, ia dapat merasakan kehidupan yang menyusup ke dalam tubuhnya yang kosong, seperti mencurahkan air ke dalam parit-parit kecil di ladang. Setelah menyobek roti, Elia memasukkan potongan yang besar ke dalam mulutnya.Ia tidak peduli sudah menelan pasir dari janggutnya bersama dengan roti dan air. Ia tidak lagi ingin mati, ia senang dapat tetap hidup, meskipun situasinya berbahaya. Dalam beberapa menit, Elia merasa kenyang – bahkan merasa terlalu kenyang – dalam beberapa menit ia kembali tertidur, suara mengoroknya mengalir di atas gurun.

Elia berdiam di bawah keteduhan pohon arar sepanjang hari berikutnya.Ia sakit karena kebanyakan makan dan sakit karena kepanasan. Ia tidak tahu apa yang harus diperbuat selanjutnya, ia berdiam di bawah pohon arar untuk melindungi dirinya dari panas matahari yang terik. Ia rindu akan tiupan angin yang sejuk ke tubuhnya, tetapi ia tahu bahwa angin akan meniupkan pasir ke dalam matanya — mulutnya —- dan masuk ke telinganya.

Malam itu angin gurun yang dingin kembali membuat ia kedinginan sampai tertidur. Ia lelah mencari pelindung terhadap pasir. Lagi, malam kedua malaikat harus menyentuh Elia dua sampai tiga kali untuk membangunkannya.Bangun dari tidurnya yang lelap, Elia hampir tidak dapat menyimak kata-kata malaikat.

“Bangunlah dan makanlah …….” Malaikat itu sudah menyiapkan makanan lagi. Sekali lagi, Elia melihat cahaya bara merah di kegelapan malam. Tirai bintang-bintang menutupi langit. Air yang sejuk menunggunya, dan roti  yang enak seperti malam sebelumnya.

Makanlah banyak-banyak dan minumlah dengan cukup ……….” Malaikat itu memberi perintah lagi kepadanya.”Engkau akan berpuasa selama 40 hari, dan engkau memerlukan waktu selama 40 hari untuk sampai di tempat tujuanmu.”
Elia segera tahu tujuannya, ia tahu ke mana malaikat itu menyuruhnya pergi. Setiap orang Yahudi tahu hanya ada satu tempat di selatan Bersyeba kemana Tuhan akan mengirimkan seseorang.

“Horeb ..” Elia membisikkan lokasinya, “Horeb adalah gunungnya Tuhan.”Ia mengangguk setuju. Ia akan pergi ke Horeb, suatu rangkaian pegunungan yang jauhnya 40 hari perjalanan. Sinai adalah puncak tertinggi di pegunungan Horeb dimana Musa berbicara dengan Tuhan di dalam semak yang menyala. Sinai adalah tempat di mana Tuhan memberikan kepada Musa 10 Perintah Allah.Sinai adalah tempat di mana Musa bertemu dengan Tuhan, dan wajahnya bersinar selama 40 hari.

Apakah aku akan melihat Tuhan di Sinai? Elia berpikir tentang 40 hari puasa yang akan dihadapinya.

“Sekarang tidur ………. ” malaikat itu memberi perintah kepadanya. “Perjalanan itu berat, engkau akan memerlukan seluruh kekuatanmu.”

40 HARI KEMUDIAN
Elia berdiri di kaki Gunung Sinai, gunung itu tinggi – 2300 meter – curam dan berbahaya. Perjalanan itu sudah menyusutkan kekuatannya, ia belum makan selama 40 hari, dan botol air itu kosong. Ia melihat ke atas, ia tahu Tuhan menjumpai Musa di puncak, maka ia harus naik ke atas, juga.

“Jika aku ingin bertemu Tuhan,”pikir Elia, “Aku harus naik ke atas.”

Elia tahu ia tidak dapat tetap tinggal di kaki gunung. Ada beberapa mata air di antara batu.Ada beberapa tempat yang teduh dan sejuk di dalam jurang-jurang kecil.Ia sudah dekat dengan tempat tujuannya, tetapi ia tidak dapat tetap berada di kaki gunung. Ia harus naik sampai ke puncak.

“Karena Tuhan sudah menolong aku sejauh ini, “ia berbisik perlahan, “Ia akan menolong aku naik ke puncak.”

“Dengan perlahan-lahan dan sungguh-sungguh, Elia mengikuti jalan setapak.Ia melakukan pendakian yang curam ke atas, tidak pernah melalui jalan memutar yang lambat. Lututnya yang goyah memerlukan istirahat setiap beberapa meter.Satu-satunya hal yang menghibur dalam pendakian adalah udaranya yang semakin sejuk.

Elia telah melewati deretan pohon, sekarang tidak ada lagi pohon pinus di tempat yang demikian tinggi.Ia beristirahat sejenak, lalu ia berputar dan menengok ke bawah kearah padang gurun. Elia bertanya-tanya apa yang dipikirkan oleh Musa ketika ia melihat ke bawah pada kemah-kemah orang Israel, sejuta orang dalam perjalanan mereka dari Mesir ke Tanah perjanjian.

Segumpal awan berlalu, menghalangi pandangan Elia kearah padang pasir. Elia ditutupi oleh kabut putih.Rasanya basah dan menyegarkan.Diselimuti sejenak oleh awan menimbulkan dorongan bagi Elia untuk mendaki lebih tinggi. Ketika awan berlalu, ia dapat melihat jalan setapak, maka ia mulai mendaki lagi.

Menjelang sore hari, Elia melihat gua yang besar, tempat berlindung dari angin malam yang dingin. Ia tidur di gua malam itu. Pada esok paginya Tuhan berbicara kepadanya.

“Elia ……” ia mengenali suara Tuhan. “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”

Pada mulanya Elia tidak tahu harus menjawab apa. Tuhan sudah menyediakan makanan dan air untuk menyelamatkan hidupnya di gurun.Tuhan sudah memimpinnya ke Sinai. Sekarang Tuhan bertanya mengapa ia ada disini. Ia menjawab,
“Aku sangat kagum akan kemuliaanMu, Oh Tuhan Allah Israel,” Elia menjawan.”Orang Israel sudah meinggalkan perjanjian-Mu, Israel sudah meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu, dan Israel sudah membunuh nabi-nabi-Mu.”

Ada perasaan kecil hati dalam suara Elia.Ia marah terhadap dosa bangsa Tuhan, lalu ia mengakhiri kalimatnya,
“Aku adalah satu-satunya orang benar di hadapan-Mu,” Elia mengingatkan Tuhan akan kesetiaan dirinya yang berani menghadapi Raja Ahab dan ratu Izebel. Ia mengeluh,
“Aku sudah melarikan diri karena mereka mencoba membunuhku.”

Tuhan tidak mau melanjutkan pembicaraan ini dengan nabi yang sedang ketakutan. Tuhan tidak mau mendengar alasan, Tuhan juga tidak mau mengasihani Elia.Tuhan mempunyai sesuatu untuk diperlihatkan kepada Elia. Tuhan memerintahkan kepada Elia,
“Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN.”

Puncak Gunung Sinai tidaklah jauh dari tempat Elia berada saat ini.Tuhan ingin Elia pergi ke tempat yang paling tinggi dari Gunung Sinai karena gunung itu adalah gunungnya Tuhan. Tuhan berkata,
“Berdirilah di atas puncaknya untuk Aku.”

Kakinya yang lemah termotivasi dengan pengharapan akan melihat Tuhan. Elia tahu bahwa disanalah Musa melihat Tuhan, ia mendorong badannya ke atas. Ia ingin melihat Tuhan seperti Musa. Kata-kata terakhir dari Tuhan terngiang di telinga Elia.
“Berdirilah di hadapan-Ku!”

Di puncak Gunung Sinai, Elia dapat melihat ke bawah ke segala arah. Ia berada di tempat yang lebih tinggi dari tempat manapun dimana ia pernah berada dalam hidupnya, ia merasa lebih dekat dengan Tuhan daripada masa-masa sebelumnya di dalam hidupnya.

Elia dapat merasakan hadirat Tuhan ketika ia berdiri ………. Seorang diri di atas Gunung Sinai —- tidak ada pepohonan ………….. tidak ada benda lainnya yang kokoh di puncak ……….Hanya Elia berdiri di hadapan Tuhan.

Beberapa bulan yang lalu, Elia telah merasakan atmosfir dari hadirat Tuhan di atas gunung yang lain. Ia ingat merasakan hadirat Tuhan di atas gunung Karmel dimana api turun dari surga. Sekarang dua bulan kemudian, Elia merasakan hadirat Tuhan di Gunung Sinai.Ia dapat merasakan hadirat Tuhan, tetapi tidak dapat melihat apa-apa.

Tiba-tiba sebuah badai mulai terjadi di sisi kanan. Tampaklah sebuah gumpalan awan hitam ………… awan hujan ….. sebuah badai. Badai mulai bergerak menuju Elia dan lewat tepat dihadapannya.Pagi hari yang kelabu berubah menjadi gelap, hitam seperti tengah malam.Angin yang kuat dan awan bergerak di hadapannya, lebih cepat dari badai manapun yang pernah dilihatnya, lebih cepat dari angin manapun yang pernah dialaminya.

Tetapi angin itu tidak menerpa Elia.Ia melihatnya tetapi tidak merasakannya.Angin itu menerpa ke atas batu di hadapannya, begitu nyata, batu itu ……… batu besar itu —- terangkat.  Batu-batu itu jatuh ke bawah tebing, pecah ketika menimpa batu-batu yang lain. Suara batu-batu yang pecah dan suara angin itu memekakkan telinga.Tiba-tiba angin berhenti dan awan-awan itu pergi. Lalu Elia mengalami …………….
Kesunyian.

Elia tidak melihat Tuhan di dalam angin.Ia tahu Tuhan ada di sana, tetapi ia tidak dapat melihat Dia.

Lalu bumi mulai bergetar, tetapi Elia tidak merasa takut; sebuah gempa mengguncang Sinai.Puncak gunung bergetar dan tidak ada seorangpun yang melihatnya kecuali Tuhan dan Elia.Celah-celah yang besar terbuka di sisi gunung, dan semakin banyak batu yang berjatuhan ke lereng gunung Sinai yang curam.Tiba-tiba gempa berhenti. Lalu Elia mengalami …………..
Kesunyian.

Elia tidak melihat Tuhan di dalam gempa, tetapi ia tetap tahu bahwa Tuhan ada di sana.

Kemudian di sisi kiri, Elia melihat api, seperti api dari Awan Kemuliaan Sekinah, tetapi lebih terang. Seperti kilat, tetapi lebih terang.Api mengaum dengan suara terbakar, lidah api menari-nari di langit. Elia mengamati api yang menyala ke langit, sama seperti apa yang dilihatnya ketika ia masih anak-anak. Mata mudanya melihat api yang berlari si padang gandum, nyala apinya membakar segala sesuatu yang ada di jalannya. Api itu berlari ke langit di hadapan Elia. Lalu tiba-tiba, ia hilang. Elia kembali merasakan …………..
Kesunyian.

Elia tidak melihat Tuhan di dalam angin …….. di dalam gempa ………. atau di dalam api. Ia bertanya-tanya, “Dimanakah Tuhan?”
Dari kejauhan ia mendengarnya. Elia mengarahkan telinganya ke sebelah kanan, ia berusaha untuk memahami bunyi yang didengarnya. Tiupan angin membuatnya sukar untuk mendengar, betapa keraspun ia berusaha untuk mendengar. Elia berbalik dan mundur menuruni jalan setapak, ia ingin keluar dari tiupan angin, dan ia ingin mendengar. Semuanya tenang dan sunyi di mulut gua.Elia menekukkan telinganya dengan tangan, ia mendengarkan dengan cermat.

Elia mendengar suara yang lembut dan tenang.

Tuhan tidak berteriak, Tuhan juga tidak meminta perhatian. Tuhan berbisik kepada Elia dengan suara yang lembut dan tenang.
“Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”

Ini adalah kali yang kedua Tuhan bertanya hal yang sama kepada Elia. Apakah Tuhan ingin tahu mengapa ia ada di Sinai?

Jika demikian halnya, apakah Tuhan bertanya mengenai ilmu bumi, ataukah ada hal lain yang sedang dibuat oleh Tuhan?

Apakah itu adalah pertanyaan mengenai motivasi?Apakah Tuhan sedang bertanya mengapa ia tidak berada di Tanah Perjanjian melayani bangsa Israel? Elia memberikan jawaban yang sama seperti jawabannya kepada Tuhan ketika Tuhan bertanya pertama kali,
“Aku sangat kagum akan kemuliaanMu, Oh Tuhan Allah Israel,” Elia menjelaskan, ” OrangIsrael sudah meninggalkan perjanjian-Mu, Israel sudah meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu, dan Israel sudah membunuh nabi-nabi-Mu.”

Sekali lagi Elia memberikan jawaban yang sama dengan sebelumnya. “Aku adalah satu-satunya orang yang masih setia kepada-Mu.” Mungkin itulah sebabnya ia terisolasi di gurun ini tanpa ada seorangpun dalam radius beberapa mil jauhnya. Itulah sebabnya ia melarikan diri, pikirnya ia adalah satu-satunya orang yang masih setia. Lalu Elia menambahkan,
“Mereka mencari untuk membunuh aku!”

Tuhan tahu bahwa bukan simpati yang diperlukan Elia.  Orang yang sedang patah semangat membesar-besarkan  persoalan yang dihadapinya, karena semakin banyak seorang yang sedang mengalami patah semangat membicarakan masalahnya, ia semakin berkecil hati. Seorang yang sedang patah semangat tidak perlu mendengar, ia perlu memakai tangan dan kakinya untuk bekerja. Tuhan mempunyai tugas untuk Elia.

“Pergilah ke Damsyik ……..” ini adalah perjalanan yang akan melewati tiga sampai empat negara. Ini adalah perjalanan yang akan memakan waktu lama. Tuhan akan mengirimkan Elia jauh ke utaradari Israel. Tuhan menyuruh dia,
“Pergilah ke ibu kota Damsyik dan urapilah Hazael, raja Aram.”
Tentu saja tugas ini adalah suatu hukuman mati bagi bangsa Israel – bangsa Tuhan – Hazael akanberupaya untuk memusnahkan bangsa Tuhan.

Tetapi Tuhan belum selesai, Ia mempunyai berita mengerikan lainnya bagi Elia.

“Pergilah ke Israel …….” Tuhan memberikan tugas lainnya, “urapilah Yehu untuk menjadi raja atas Israel.”

Yehu adalah seorang jendral dalam tentara bangsa Tuhan.Yehu juga mempunyai reputasi yang banyak menuntut dan pantang menyerah.Ia juga kejam dalam pertempuran. Yehu akan membunuh siapapun yang akan merebut kerajaannya.

Tuhan tidak mendengar keluhan Elia.Yehu adalah raja berikutnya yang diurapi atas Israel.

Tuhan masih memberikan tugas lain kepada Elia. Nabi tua akan menjadi patah semangat dengan duduk berdiam diri, maka Tuhan menunjuk  orang lain untuk diurapi, tetapi ini adalah masalah pribadi, melibatkan penggantinya.

“Pergi dan urapilah Elisa untuk menggantikanmu,” Tuhan menyuruh Elia tua, “Elisa muda akan menjadi nabi menggantikanmu.”

Tuhan sedang mengingatkan Elia yang berapi-api bahwa ia akan diganti. Tidak seorangpun mencari kematian, tetapi setiap orang pada akhirnya harus siap untuk itu dan rela menerimanya sebagai suatu hal yang tidak terhindarkan. Masa depan tidaklah seperti taman bunga, masa depan itu hitam. Lalu Tuhan menjelaskan,
“Mereka yang luput dari pedang Hazael, akan terbunuh oelh pedang Yehu.”Perang akan terjadi.  “Mereka yang luput dari pedang Yehu, akan dipenggal oleh pedang Elisa, sang nabi.”

Awan badai berkumpul di cakrawala, bencana akan datang. Elia merasa aman di padang gurun di Sinai, karena tidak ada seorangpun di sana, tetapi ia tidak dapat terus tinggal di gurun. Tuhan mengirimkannya kembali ke tanah Israel, kembali kepada bangsa Israel. Lalu untuk memperlengkapi Elia lebih lanjut, Tuhan mengoreksi dia,
“Ada 7.000 orang di Israel yang belum pernah berlutut kepada Baal.”Ini adalah kabar baik.”Ada 7.000 orang yang menyembah Yehovah dan melayani Aku.”

SETELAH PERJUMPAAN
Elia mengirimkan nabi Elisa untuk mengurapi Hazael, yang jauh lebih kejam kepada bangsa Tuhan daripada pendahulunya (1 Raja-Raja 8:12) dan lalu nabi yang lain mengurapi Yehu, lagi-lagi seorang raja yang lebih kejam dari pendahulunya.Pada akhirnya, Elia mengurapi Elisa untuk menggantikannya.Tetapi Elia masih mempunyai waktu beberapa lama untuk melayani. Sebelum Elia di angkat ke surga, ia melakukan mujizat-mujizat lainnya dan mempengaruhi kerajaan dengan cara yang lain.

10 PELAJARAN DARI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN

1.    Tuhan akan menjumpai mereka yang melarikan diri daripada-Nya.
Ketika Izebel mengancam untuk membunuh Elia, Elia melarikan diri, menyeberangi Israel, Yehuda dan lalu masuk ke padang gurun. Ia tiba di Gunung Sinai dimana Tuhan menjumpai dia; mengirimkannya kembali ke dalam pelayanannya.

Firman TUHAN kepadanya: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu (1 Raj 19:15)

2.    Tuhan mengajukan pertanyaan ketika Ia menjumpai kita, bukan karena Ia ingin mendapat informasi. Tetapi untuk mengajari sesuatu kepada kita.
Perhatikanlah dalam Alkitab bagaimana Tuhan menghampiri Adam dan bertanya, “Adam, di manakah engkau?” Tuhan juga bertanya kepada Kain, “Mengapa hatimu panas, dan mukanya muram?” Ketika Tuhan menjumpai Elia, Ia bertanya, “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” Tuhan tidak bertanya untuk mendapatkan informasi, Tuhan tahu akan segala hal. Tuhan ingin agar Elia menghadapi hati nurani dan motivasinya. Elia telah melarikan diri dari orang-orang yang diserahkan oleh Tuhan kepadanya untuk dilayani. Ia melarikan diri karena alasan yang salah. Tuhan bertanya untuk membuat Elia jujur menghadapi ketidakpercayaannya.

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku (Mzm 139:23)

3.    Kadang-kadang kita harus memenuhi terlebih dahulu kebutuhan jasmani kita sebelum perjumpaan rohani dengan Tuhan.
Elia sudah mengembara di padang gurun, ia perlu istirahat, makanan dan air. Tuhan mengirimkan malaikat, untuk membakar roti dan menyediakan air dan lalu menyuruh Elia untuk, “bangun dan makan.”  Lalu malaikat itu menyuruh Elia untuk tidur karena perjalanan yang akan dilakukan akan sangat berat.

Barangkali Elia secara jasmani tidak mampu menangani masalah-masalah rohani. Sangatlah berat untuk menyuruh orang agar bertobat dan menerima Tuhan sebagai juru selamat pada waktu orang itu sangat lapar sehingga tidak dapat memperhatikan perkataan Sdr. Karena itu ada lembaga-lembaga kemanusiaan yang menggunakan pangan, perumahan, dan pelayanan-pelayanan sosial lainnya untuk membantu manusia sebagai dasar untuk menyampaikan kotbah tentang Injil.

(5) Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: “Bangunlah, makanlah!” (6) Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. (1 Raja-Raja 19:5-6)

4.    Kadang-kadang suatu puasa makan secara jasmani diasosiasikan dengan suatu perjumpaan dengan Tuhan.
Sebenarnya, puasa dapat dilakukan sebelum berjumpa dengan Tuhan, atau sesudah berjumpa dengan Tuhan.Beberapa orang berjumpa dengan Tuhan dan lalu mulai berpuasa seperti Saulus yang berpuasa selama tiga hari setelah melihat Yesus di jalan menuju Damaskus.Dalam kisah ini, Elia berpuasa selama 40 hari sebelum berjumpa dengan Tuhan di Gunung Sinai.

Bepuasa adalah waktu untuk menahan diri dari makanan agar Sdr dapat memberikan seluruh perhatian Sdr untuk mencari Tuhan.Sdr berpuasa dari makanan, tetapi lapar dan haus terhadap kebenaran, mencari  jawaban rohani dari Tuhan. Kadang-kadang doa tidaklah cukup. Sdr membawa syafaat Sdr naik lebih tinggi melalui puasa.

Bagi Elia, ini mungkin puasa terpaksa, Elia mungkin tidak mempunyai makanan antara pohon arar dan Gunung Sinai, karena itu ia harus berpuasa. Apapun alasannya, ia berpuasa sebelum ia berjumpa dengan Tuhan.

Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk (Yes 58:6)

5.    Kadang-kadang Tuhan menjumpai kita dengan cara yang tenang, bukan dengan manifestasi fisik yang ekstrim.
Ketika Elia berdiri di hadirat Tuhan, pertama-tama ia mengalami angin yang besar, tetapi Tuhan tidak ada di dalam angin. Berikutnya Elia mengalami gempa yang mengguncang batu-batuan, tetapi Tuhan tidak ada di dalam gempa. Kemudian Elia melihat api yang mungkin mengingatkan kita kepada Awan Kemuliaan Sekinah, tetapi Tuhan tidak ada di dalam api.

Tuhan menyatakan Diri-Nya sendiri kepada Elia dalam suara yang lembut dan tenang.

Elmer Towns menikah dengan seorang wanita yang lembut, yang tidak pernah menaikkan nada suaranya. Elmer Towns tidak pernah meliaht isterinya marah, dan tidak pernah mendengar teriakannya kepada suami ataupun anak-anaknya.

Ketika ia menyatakan tidak setuju, ia mulai berbisik. Anak-anaknya selalu berkata, “Dengarkanlah ketika Ibu berbisik!”Istri Elmer Towns tidak merasa perlu menaikkan suaranya. Demikian juga, Tuhan tidak perlu berseru untuk menarik perhatian kita.Ia tidak perlu mengadakan manifestasi fisik yang menakjubkan untuk menarik perhatian kita.

Tuhan berbicara kepada Elia dengan suara yang halusn dan tenang, dan Tuhan mungkin menjumpai kita dengan cara yang sama.

(11) Lalu firman-Nya: “Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!” Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. (12) Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. (13) Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (1 Raj 19:11-13)

6.    Kadang-kadang kita tidak akan menyukai apa yang kita dengar ketika Tuhan menjumpai kita.
Elia telah melarikan diri dari Ratu Izebel karena takut mati.Tetapi Tuhan menjumpai dia dan mengirimkan dia kembali ke tanah airnya dengan tugas yang tiga kali lipat.Ia harus mengurapi Hazael untuk menjadi Raja atas Aram, mengurapi Yehu untuk menjadi Raja atas Israel dan mengurapi Elisa untuk menjadi nabi menggantikan Elia. Raja-raja yang diurapi Elia adalah raja-raja yang kejam, mungkin Elia tidak mau melakukannya. Demikian juga, ketika ia mengurapi Elisa untuk menggantikannya, ia harus berurusan dengan sisi kemanusiaan dan kelemahan pribadinya sendiri. Tidak ada seorangpun yang mau menyerahkan posisinya kepada orang lain. Tetapi Elia berjumpa dengan tuhan dan dari pengalamannya, menerima kekuatan yang cukup untuk melaksanakan tugas-tugas yang tidak menyenangkan.

dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka. (2 Taw 7:14)

7.    Tindakan adalah hal yang paling baik untuk mengatasi patah semangat atau kejatuhan emosi.
Seringkali kita mencoba untuk membantu orang-orang yang patah semangat untuk mencari penyebab mengapa mereka menjadi patah semangat.Kita mencoba menangani masalah-masalah emosi dengan cara-cara akademis, tetapi tidak berhasil.Cara yang terbaik untuk memperoleh perhatian dari mereka yang bergumul dengan masalah emosi, adalah menyuruh mereka bekerja.Gunakan tangan mereka, kaki, dan keseluruhan tubuh mereka untuk bekerja. Banyak orang merasa kecil hati karena mereka tidak mempunyai masa depan – tidak ada harapan. Sdr dapat menolong seseorang yang patah semangat dengan mendorong mereka untuk melihat ke masa depan. Elia perlu melihat raja yang akan datang.

Tentu saja raja Ahab dan ratu Izebel ingin membunuh dia, tetapi Tuhan menyuruh dia untuk mengurapi Yehu menggantikan mereka, yaitu melihat masa depan. Musuh terbesar dari bangsa Tuhan pada saat itu adalah raja Aram, dan Tuhan menyuruh Elia untuk mengurapi raja berikutnya dari bangsa itu. Lalu Tuhan ingin agar Elia melihat hidupnya sendiri di masa depan. Tuhan menyuruh Elia mengurapi Elisa. Dengan cara ini, tuhan memberi kepastian kepada Elia bahwa pekerjaannya akan dilanjutkan setelah kematiannya.

Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2:5)

8.    Ketika Sdr berjumpa dengan seseorang yang berbicara dengan suara lembut, Sdr harus tenang dan diam jika Sdr ingin mendengar dan mengerti apa yang dikatakan.
Tuhan tidak hanya memakai mujizat untuk berbicara kepada Elia.Tuhan menurunkan suara-Nya untuk mendapat perhatian penuh.Kadang-kadang Sdr harus diam dan mendengarkan jika Sdr ingin berjumpa dengan Tuhan.

(11) “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” (Mzm 46:11)

9.    Tuhan menyelesaikan depresi dengan memberikan harapan kepada manusia, mengarahkan mereka ke masa depan, dan membuat mereka bekerja.
Salah satu alasan dari depresi adalah karena orang tidak dapat melihat masa depan dan khususnya mereka tidak dapat melihat diri mereka sendiri di masa depan. Biasanya hanya dengan bicara tidak akan menolong seorang yang depresi. Tuhan mengatasi patah semangatnya Elia dengan membuat dia bekerja. Jika Sdr patah semangat, mungkin ketika Sdr berjumpa dengan Tuhan, Ia akan membuat Sdr bekerja. Dengan cara demikian, Sdr akan memiliki sesuatu untuk dibuatkan rencana, Sdr akan mempunyai masa depan.

(15) Firman TUHAN kepadanya: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram.
(16) Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kau urapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kau urapi menjadi nabi menggantikan engkau. (1 Raj 19:15-16)

10.    Sdr dapat memperoleh dorongan dalam suatu perjumpaan dengan Tuhan.
Elia sudah dipakai oleh Tuhan untuk hal yangbesar, ada urapan di atas kehidupannya. Selama 3,5 tahun di tepi sungai Kerit, Tuhan secara supranatural menyediakan makanan untuk Elia melalui burung gagak. Lalu ia pergi ke kota Sarfat dimana Elia dipenuhi kebutuhan makanannya melalui mujizat oleh seorang janda yang hanya memiliki sedikit minyak dan segenggam tepung yang tidak pernah habis selama masa kekeringan.Dan ketika anak janda itu meninggal, Elia membangkitkannya dari kematian.Lalu ada konfrontasi yang terkenal dengan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel. Elia berdoa dan Tuhan mengirimkan api dari Surga. Meskipun Tuhan telah melakukan semua itu, Elia mengalami patah semangat.Artinya mungkin Sdr sudah dipakai oleh Tuhan pada masa lalu tetapi sekarang Sdr mengalami patah semangat.

Seperti kepada Elia, Tuhan dapat menghilangkan patah semangatmu dengan menjumpai Sdr untuk pelayanan masa depan.

Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.” (1 Raj 19:18)

PELAJARAN

1.    Aku mungkin dijumpai oleh Tuhan meskipun aku melarikan diri dari Dia
2.    Aku harus menjawab pertanyaan mengenai motivasiku
3.    Aku kadang-kadang harus mengatasi masalah masalah jasmani sebelum berjumpa dengan Tuhan
4.    Aku dapat berpuasa untuk mempersiapkan suatu perjumpaan
5.    Aku dapat berjumpa Tuhan tanpa manifestasi fisik yang ekstrim
6.    Aku tidak akan selalu menyukai apa yang aku dengar dalam suatu perjumpaan
7.    Aku  dapat mengatasi patah semangatku dengan tindakan
8.    Aku akan memberikan perhatian yang lebih baik ketika Tuhan mengecilkan suara-nya
9.    Aku akan mendapat pengharapan dan visi dari suatu perjumpaan dengan Tuhan
10.    Aku akan kembali ke dalam pelayanan setelah perjumpaan dengan Tuhan

 

Sumber:  ENCOUNTERING GOD FOR SPIRITUAL BREAKTHROUGH, oleh Elmer L Towns
Alih Bahasa: Inawaty Suwardi, Rajawali Family Ministry

Artikel oleh: March 4, 2012   Kategori : Umum  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda