Usaha Menjaring Angin?

Bacaan Alkitab: Pengkhotbah 1 : 12 – 18

“Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang dibawah matahari tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan, dan usaha menjaring angin” (Pengkhotbah 1 : 14)

Apakah Anda menginginkan jawaban dari arti hidup yang sesungguhnya? Jika kita berharap dari ulasan Pengkhotbah ini, maka kita tidak akan menemukannya. Sebab ternyata, untuk semua eksperimen yang dijalankannya, hasilnya tidak ada, sehingga ia pun memberikan kesimpulan yang mengecewakan bahwa mencari arti hidup itu seperti menjaring angin.

Pernahkan Anda mencoba menangkap angin dan kemudian menyimpannya dalam botol?  Hal itu tidak akan dapat dilakukan, dan kalaupun dilakukan hanyalah merupakan pekerjaan yang membuang-buang waktu.  Itu merupakan gambaran yang jelas dari suatu pencarian yang sia-sia.  Seperti itulah gambaran perasaan Pengkhotbah dalam mencari arti dan tujuan hidup ini.

Kemudian langkah selanjutnya, ia membulatkan hati dan mencoba berpikir dengan teliti dan dengan hikmat yang dimilikinya mengenai “segala yang terjadi di bawah langit”.  Dengan mantap Pengkhotbah meyakini bahwa Allahlah yang menimpakan semua itu termasuk kesusahan hidup.  Kita tidak saja seperti memikul suatu beban berat di punggung, tetapi sebenarnya baginya penderitaan itu adalah hukuman Allah dan kita sedang menjalaninya. Kita ingin protes dan mengatakan bahwa itu tidak adil. Mungkin ada alasan untuk semua itu, tetapi saat ini yang paling dipikirkan oleh si Pengkhotbah bukan alasannya melainkan realitanya.  Tetapi dalam pasal-pasal selanjutnya (3:9-11), ia mulai mengemukakan sebuah alasan. Bahwa hal itu adalah cara Allah untuk mengingatkan kita bahwa : Tak ada sebuah tempat pun  yang dapat membuat manusia bahagia, jika didalamnya Allah dikesampingkan.

Rasul Paulus mengakui akan kenyataan hidup yang menjengkelkan ini, “Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya” (Roma 8:20). Tetapi Paulus dapat melihat lebih dari itu dan menambahkan bahwa dunia telah ditaklukkan “dalam pengharapan”. Dia mampu melihat rencana agung Allah untuk membawa semua makhluk ke dalam hubungan yang benar dengan Allah.  Sekarang kalau semuanya dalam keadaan baik dan tidak ada kesulitan, baik dalam hidup maupun di dalam dunia ini secara umum, kita tidak akan berpaling kepada Allah. Kita akan hidup sesuka hati kita dan merasa tidak membutuhkan Allah.

Sungguh menyedihkan bahwa kebanyakan manusia  mendekati Allah hanya pada saat menghadapi kesulitan atau mengalami kegagalan.

Artikel oleh: February 10, 2012   Kategori : Biblical Devotion from Ecclesiastes (Renungan Alkitabiah dari Kitab Pengkhotbah)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda