Legacy

“Bagaimana anda hidup, berpikir, berbicara dan bertindak,

mempengaruhi generasi berikutnya lama setelah Anda tiada”

 

Pada suatu malam, untuk mempercepat tidur, saya mengambil buku berjudul  “HALFTIME” karangan Bob Buford, dan mulai membacanya dari halaman ke halaman, harapan saya buku ini dapat membuai tidur saya.  Namun justru sebaliknya, kata demi kata menyentak kesadaran saya, mengenai “sebuah warisan,” apa yang saya tinggalkan kepada generasi berikutnya dan tulisan apa yang akan ditulis diatas batu nisan apabila suatu kali kelak dipanggil Tuhan.

Kepemimpinan Kristen dan pelayanan memang sukar dan menantang, namun jika dilakukan dengan benar, maka hasilnya akan memuaskan.  Kita para pemimpin dan pelayan, membutuhkan sebanyak mungkin pengetahuan dan perspektif untuk menyelesaikan tugas itu.

Robert J. Clinton, seorang pakar kepemimpinan dari Fuller Theologia Seminary, mensurvey bahwa dalam Alkitab tercatat kira-kira ada 1000 orang pemimpin.  Ada sekitar 100 pemimpin yang terkemuka yang dilukiskan dalam Alkitab.  Clinton menambahkan dari 100 pemimpin tersebut, hanya 49 kita dapat memiliki catatan yang memadai untuk menelusuri bagaimana mereka mengakhiri kepemimpinannya dengan baik.  Mengakhiri pelayanan dengan tuntas dan meninggalkan warisan kepada generasi berikutnya adalah kenyataan yang mungkin, itulah sebabnya kita terus membutuhkan pertolongan Tuhan untuk tugas ini.

 

MENJALANI HIDUP DENGAN MENGHINDARI SETIAP JEBAKAN

Dr. Robert Clinton didalam studi perbandingannya, mengenai pemimpin yang mengakhiri kepemimpinannya dengan baik, dan mereka yang mengakhirinya dengan gagal.  Clinton meneliti para pemimpin yang gagal dan dia bertanya, mengapa mereka gagal ?  Ia meneliti ada 6 jebakan yang dapat menghambat dan menghentikan pemimpin dalam mengkhiri debut pelayanannya.

1. Keuangan/ harta dan penyalahgunaannya

Pemimpin (dalam organisasi secara luas ataupun dalam gereja lokal) memiliki posisi dengan kekuasaan yang besar biasanya membuat keputusan tentang penggunaan uang Karakter tamak dan integritas yang rendah biasanya sering mengarah pada penyalahgunaan uang.  Ada banyak orang gagal mengakhiri pelayanan oleh karena gagal menyikapi harta/keuangan dengan baik.

Efod (bagi para imam), Emas bagi Gedeon (Hakim-hakim 8) Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5)

2. Penyalahgunaan kekuasaan

Pemimpin/pelayan membutuhkan otoritas untuk bekerja.  Ada berbagai sumber otoritas (karena kompetensi, karena kedudukan dan juga karena pengaruh moral).  Kekuasaan sejatinya memang diperlukan dalam pelayanan untuk menyelesaikan pekerjaan.  Akan tetapi, penyalahgunaan kekuasaan khususnya bagi keuntungan pribadi biasanya menjadi halangan yang sangat besar bagi penyelesaian pelayanan secara tuntas. Allah sering kali akan menurunkan para pemimpin yang menyalahgunaan kekuasaan.

Contoh :Uzia merebut hak para imam (II Tawarikh 26)

3. Kebanggaan

Kebanggaan yang berlebihan dan yang berpusat pada diri sendiri dapat menjatuhkan para pemimpin.  Pemimpin harus dapat mengelelola rasa bangga secara seimbang.  Kita harus menghargai diri kita secara sehat sembari menyadari bahwa tidak ada satupun hal pada diri kita yang bukan berasal dari Allah.  Dialah yang telah memanggil kita dan memakai-Nya untuk melayani-Nya.

Contoh : Daud memerintahkan penghitungan penduduk Israel (I Tawarikh 21) dan Hizkia memamerkan segala perbendaharaan istananya kepada utusan Babilonia (Yesaya 39)

4. Penyelewengan seksual

Penyelewengan seksual telah menjadi penyebab jatuhnya para pemimpin, sejak zaman Alkitab sampai sekarang.  Tak terhitung para pemimpin meninggalkan pelayanan karena terjebak dalam dosa ini.  Respon Yusuf terhadap godaan istri Potifar, seharusnya menjadi model untuk menghadapi godaan dosa ini.

Contoh : Daud dengan Batsyeba (II Samuel 11)

5. Hubungan keluarga

Masalah diantara suami istri atau orang tua dapat menghancurkan pelayanan.  Orang tua perlu mengajarkan nilai-nilai kepada anak-anaknya, artinya hidup menurut firman Allah.  Lebih dari sebelumnya, keluarga yang hidup berdasarkan nilai-nilai Alkitab begitu dibutuhkan saat ini, apabila hendak menyelesaikan pelayanan ini dengan tuntas.

Contoh : Imam Eli dan anak-anaknya (I Samuel 2-4)

6. Stagnasi

Pemimpin yang kompeten dalam pelayanan cenderung menjadi stagnan dalam pertumbuhannya.  Adalah mungkin melayani dengan kompeten tanpa kehadiran Roh Kudus.  Dengan kata lain, pemimpin telah mengembangkan ketrampilan pelayanan yang digunakan dengan baik namun tanpa kehadiran yang aktif dari Allah.  Stagnasi dapat menjadi jebakan bagi setiap pemimpin untuk menyelesaikan tugasnya dengan tuntas.

Hal-hal tersebut diatas bukanlah satu-satu jebakan atau rintangan bagi para pemimpin untuk menyelesaikan tugasnya, melainkan hambatan yang paling sering terjadi dan kita jumpai, baik di zaman Alkitab hingga saat ini.

Mari kita dengarkan nasehat dari Amsal 22 : 3, dengan jelas mengingatkan kita, “ Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka”.

 

MENGEJA DAN MENGEJAWANTAHKAN MAKNA LEGACY

Dalam salah satu tutur katanya, Burhanudin Muhtadi, seorang pengamat politik, mengatakan, “Seorang pemimpin harus meninggalkan warisan bagi bangsa ini”.  Kata-kata ini saya rasa benar, kita sedang berjuang mempersiapkan diri untuk meninggalkan warisan (Legacy) pada generasi kita.  Warisan apa yang akan kita tinggalkan ?

Hidup ini begitu singkat, sesingkat kata LEGACY (Warisan), namun begitu luas, seluas makna dan penjabarannya.  Mari kita telusuri makna demi makna dari kata LEGACY.

L = Lead Your Self ( Memimpin diri sendiri)

“Seorang yang dapat menyelesaikan pelayanan dengan tuntas dan meninggalkan warisan pada generasi berikutnya adalah seorang yang dapat memimpin dirinya sendiri dengan baik.”

John C. Maxwell, mengatakan, “Jika kita bodoh, kita ingin menaklukkan dunia, jika kita bijaksana kita ingin menaklukkan diri sendiri.” Bila kita jujur mengakuinya, orang yang paling sulit untuk kita taklukkan dan kita pimpin adalah diri kita.  Mengapa begitu?  Faktanya  1). Kita tidak melihat diri kita seperti kita melihat orang lain dan 2). Kita lebih keras kepada orang lain ketimbang kepada diri sendiri.

Nasehat Rasul Paulus, kepada Timotius, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah pengajaranmu (I Timotius 4 : 16).  Dan tentunya juga bagi kita semua yang sedang berjuang dalam pelayanan.

E = Exellent (Keunggulan)

“Seorang yang dapat menyelesaikan pelayanan dengan tuntas dan meninggalkan warisan pada generasi berikutnya adalah seorang yang mengejar keunggulan disepanjang hidupnya.”

Setiap orang menerejemahkan makna keunggulan secara variatif.  Mungkin keunggulan disamakan dengan harta, kuasa, kedudukan bahkan popularitas.  Bagaimana kita menyamakan keunggulan tersebut dalam bidang pelayanan kita?

Peter Drucker menyarankan, “Bahwa untuk menemukan tugas yang unik dapat diperoleh dengan mengajukan dua pertanyaan yang penting :

1). Apa yang telah anda raih ?

2). Apa yang paling anda perhatikan secara mendalam ?

Saya rasa nasehat Drucker tepat sekali untuk mengevaluasi pelayanan kita.  Apa yang kita kejar?

G = Growing up(Bertumbuh terus)

“Seorang yang dapat menyelesaikan pelayanan dengan tuntas dan meninggalkan warisan pada generasi berikutnya adalah seorang yang membangun kesadaran untuk bertumbuh terus disepanjang hidupnya.”

Stagnasi adalah musuh besar dalam pertumbuhan.  Dan kesadaran untuk bertumbuh terus.  menerus merupakan pilihan sadar yang kita buat dan pertumbuhan membawa sebuah perubahan di segala bidang pelayanan.

Salah satu cara untuk membendung kemandekan adalah dengan memupuk sikap tekun belajar.  Jika para pelayan terus menerus belajar dari banyak sumber, maka Allah diberi kesempatan untuk memberi kekuatan, visi, ide yang akan membantu memperluas pelayanan.

Kembali kepada nasehat Paulus kepada Timotius, “Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayanan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kau ikuti selama ini“ (I Timotius 4 :6).

Belajar terus dari berbagai sumber wahana untuk kita bertumbuh terus.

A  = Attitude (Sikap)

“Seorang yang dapat menyelesaikan pelayanan dengan tuntas dan meninggalkan warisan rohani pada generasi berikutnya adalah seorang yang mengembangkan sikapnya disepanjang pelayanannya.”

Sikap positif tidak otomatis terjadi setelah kita menjadi orang Kristen ataupun setelah  dilantik menjadi pendeta penuh.  Sikap perlu kita evaluasi setiap hari.  Sikap adalah satu hal kecil tetapi dapat menciptakan perbedaan yang besar (Attitude is a little thing, but can make big differences).  Benar apa yang dikatakan oleh Zig Ziglar, pakar motivator, “Motivasi membuat anda memulai sesuatu, tetapi kebiasaan membuat anda menyelesaikannya.  Bila anda menjadikan motivasi sebagai kebiasaan, Anda akan sampai di manapun yang anda mau.”

Kalau kita memperlajari 10 pengintai, persoalan utamanya adalah sikap mereka begitu buruk, sehingga gagal melihat kesempatan besar yang diberikan Allah kepadanya.

C = CHARACTER(Karakter)

“Seorang yang dapat menyelesaikan pelayanannya dengan tuntas dan meninggalkan warisan rohani pada generasi berikutnya adalah seorang yang mengembangkan karakter Kristus disepanjang hidupnya.”

Talenta dapat membawa kita ke puncak, tetapi karakterlah yang membuat kita tetap berada disana.  Cacat karakter memberikan dampak negatif secara luas dalam pelayanan.  Pemimpin/pelayan yang memiliki karakter seperti Kristus tampak dari buah-buah roh yang dimanifestasikan.  Kehidupan mereka semarak oleh kasih, sukacita, damai, sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.

Bila kita ingin menumbuh kembangkan karakter seperti Kristus, kita perlu membangun hubungan dengan Allah, memelihara keyakinan dan kepercayaan serta sikap mau diajar.

Y = YIELD (HASIL ATAU MENGHASILKAN)

Seorang yang dapat menyelesaikan pelayanannya dengan tuntas dan meninggalkan warisan rohani pada generasi berikutnya adalah seorang yang meninggalkan “suatu kontribusi utama” atau yang menjadi kesaksian dari kehidupannya yang memuliakan Allah.  Ada banyak jenis warisan yang ditinggalkan.  Warisan itu dapat berupa hidup yang berpusat pada cara hidup pemimpin dan bagaimana ia menjalani hidupnya.  Warisan lainnya berpusat pada apa yang telah pemimpin selesaikan “hasilkan” dalam kehidupan dan pelayanannya.

 

 

Kesimpulan

Dalam Ibrani 13 : 7-8, bila Yesus pernah memakai para pemimpin dimasa lalu, Dia juga akan  memakai kita dimasa sekarang.  Mari kita tinggalkan warisan yang terbaik.

Andreas Sunarto, KalTim.

Artikel oleh: January 21, 2012   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda