Problem Managemen

Mazmur 43

Bila kita menganggap problem sebagai beban, kita mungkin akan menghindarinya.?Bila kita menganggap masalah sebagai tantangan, kitaakan menghadapinya.Kita harus tetap bergerak maju, sekalipun lambat.Karena dalam keadaan tetap bergerak, anda menciptakan kemajuan.Adalah jauh lebih baik bergerak maju, sekalipun pelan, daripada tidak bergerak sama sekali.Ingatlah Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu karang.Yang memisahkan kita dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang.

Itu berarti

Siapapun yang dapat memanage masalah dengan bijak

pasti akan meraih keberhasilan.

 

Pemazmur membagikan 4 kiat untuk memanage masalah

I. BELAJARLAH UNTUK MENGENDALIKAN PERASAAN YG NEGATIF (Mengapa engkau tertekan & gelisah)

Berbagai perasaan negatif, seperti sress, gelisah, amarah, iri, dan banyak yang lain dapat muncul kapan saja di hati hati kita.? Seperti pemazmur, kita tidak boleh membiarkan perasaan tersebut merajalela, kita harus belajar untuk mengendalikannya.Pengendalian diri itu seperti rem yang mencegah kita supaya :

  • Tidak tenggelam dalam jurang kepahitan atau keputusaasaan kita sendiri.
  • Tidak menabrak orang-orang yang berlalu lalang di sekitar kita.

Pengendalian diri itu seperti thermostat yang mencegah kita supaya:

  • Tidak beku dalam apatisme dan skeptisisme.
  • Tidak mendidih dalam luapan emosi yang menggelegak

Firman Tuhan berulang kali memperingatkan pentingnya pengendalian diri:

  • Firman Tuhan kepada Kain: Mengapa hatimu panas dan mukamu muramApakahmukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik ?Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya (Kej 4:7)
  • Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa . . .? (Mzm 4:5).
  • Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu dan jangan beri kesempatan kepada Iblis (Ef 4:26-27).

Pada suatu hari, saya dan anak-anak turun dari mobil dengan tergesa-gesa dan langsung masuk ke rumah.Keesokan harinya, baru saya ketahui, ternyata salah satu jendela mobil lupa saya tutup semalaman.? Apa yang terjadiAda banyak sekali nyamuk di dalamnya dan beberapa ekor kecoa.Di samping itu, karpet nya tergenang air hujan dan berbau untuk jangka waktu yang lama.Padahal, saya baru lupa menutupnya selama satu malam saja.Bayangkan apa yang terjadi, jika jendela tersebut tidak ditutup berminggu-minggu atau berbulan-bulan.Bukan lagi nyamuk dan kecoa, tetapi kelabang, kadal, cicak atau mungkin buaya ( ha . . ha . . ha . .) ada di dalamnya.

Itulah yang terjadi jika kita biarkan perasaan-perasaan negatif berlarut-larut dan bergejolak di hati kita.Oleh karena itu, jangan beri kesempatan kepada Iblis!Segala persaaan negatif itu harus dikendalikan dan dibuang jauh-jauh.

Paulus, dengan tegas sekali mengajarkan, “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.??Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap uyang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Ef 4:31-32).

II. BERLATIHLAH UNTUK MENGEMBANGKAN?PIKIRAN YG OBYEKTIF (Suruhlah terang dan Kesetiaanmu datang supaya aku dituntun)

Setelah kita mengendalikan berbagai perasaan negatif, kita melatih diri untuk berpikir obyektif. ?Pikiran obyektif itu seperti terang yang menuntun kita keluar dari penjara prasangka negatif. ?Beberapa orang hidupnya seperti supir truk sampah yang tidak dapat melihat apa yang baik dan mensyukuri apa yang indah.Dia hanya dapat melihat kekurangan dan kesalahan sesamanya, khususnya orang-orang tertentu yang kepadanya dia berprasangka negatif.Hanya jika kita melatih diri untuk berpikir obyektif, barulah kita dapat melihat bahwa setiap orang memiliki kelebihan yang patut kita hargai.Di sisi yang lain, secara obyektif kita juga menyadari bahwa sama seperti orang-orang lain kita juga memiliki kelemahan.Secara obyektif, kita berusaha untuk mengampuni siapapun berbuat salah dan melupakan problem yang pernah ditimbulkannya.

Pikiran obyektif itu juga seperti sahabat setia yang mengingatkan agar kita tidak over-reactive Setiap hubungan pasti membangkitkan aksi dan reaksi.Pada saat-saat tertentu memang beberapa orang dapat memiliki aksi yang menjengkelkan.Akan tetapi, tetapi yang seringkali menimbulkan masalah yang lebih besarjustru adalah ketika kita ber-reaksi berlebihan.Umpamanya, memang menjengkelkan mendengar gadis-gadis Israel berdendang, Saul mengalahkan beribu-ribu, tetapi Daud berlaksa-laksa.?Alangkah bijaknya kalau Saul ber-reaksi sewajarnya saja dengan meminta syair lagunya digubah ulang, Sungguh memprihatinkan seperti banyak orang lain, Saul justru membuat masalah lebih besar dengan reaksinya yang berlebihan, Sejak saat itu, dia iri, benci bahkan berusaha berulang kali membunuh Daud.Syukurlah, Daud tidak ber-reaksi balik secara berlebihan.Ketika Saul dalam keadaan tidak berdaya sekalipun, Daud mencegah para jendral nya untuk membinasakan Saul.Dalam takut akan Tuhan dan pemikiran yang obyektif, Daud berkata, Kita tidak boleh menyentuh orang yang diurapi Tuhan!

Sahabat-sahabatku, seringkali kita tidak dapat mencegah orang-orang ber-aksiAkan tetapi, kita harus dapat memanage reaksi kita sendiri.Dengan melatih pikiran yang obyektif, baiklah kita ber-reaksi secara proporsional saja.

Jane Taylor berujar,

If youre a thinker, you’re unique among your fellow men for it is estimated

that 5% think they think and 85% would rather die than think.

Mungkin kata unik belakangan konotasinya tidaklag begitu positif di Indonesia, maka lebih baik saya katakan,Jika Anda mau berpikir dahulu sebelum berkata, bertindak atau menanggapi sesuatu, maka Anda termasuk kategori orang bijak yang jumlahnya tidaklah terlalu banyak.Sebagian besar orang berkata, bertindak dan ber-reaksi tanpa memikirkan dan mempertimbangkannya terlebih dahuluMari kita belajar untuk menjadi lebih bijak dengan terus menerus melatih pikiran yang obyektif.

III. BERUSAHALAH UTK MEMPERKOKOH KEHENDAK YG SALEH (Berharaplah kepada Allah)

Di samping belajar mengendalikan perasaan yang negative dan melatih pikiran yang obyektif, kita juga perlu memperkokoh kehendak yang saleh.Di tengah kehidupan manusia yang berjejal dengan problem, betapapentingnya bagi kita untuk mendekalarasikan: Aku ber-kehendak untuk berharap kepada Allah, bukan kepada diri sendiri atau orang-orang lain siapa pun itu.

Kehendak yang saleh itu seperti lensa yang fokus kepada pertanyaan apa solusi nya bukan apa yang salah atau siapa yang salah.Dengan demikian, kita tidak menjadi Pembuat Masalah (Problem Maker)atau Pemburu Masalah (Problem Chaser) melainkan Penyelesai Masalah (Problem Solver).

Kehendak yang saleh itu seperti kemudi yg diarahkan menuju sasaran bukan pusaran.Perjalanan hidup dan keluarga kita sering digambarkan bagaikan bahtera yang sedang melaju di tengah samudra.Di samudra tersebut ada banyak sekali pusaran, tetapi kita harus arahkan kemudi untuk menghindari pusaran-pusaran tersebut agar terus melaju menuju sasaran.Demikianlah juga dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat, Ada banyak sekali pusaran: pusaran gosip, pusaran konfliks, pusaran nafsu, pusaran ketamakan, dan banyak yang lain.Beberapa orang hidupnya tidak memiliki kemajuan yang berarti karena terlalu sering terseret oleh pusaran-pusaran tersebut.Beberapa bahkan bahtera hidup dan rumah tangganya kandas di tengah jalan.Sebaliknya, suatu pribahasa mengatakan: Jika ada kemauan pasti ada jalan! Demikianlah orang yang saleh selalu dapat menemukan jalan untuk dapat melaju menuju sasaran.Mengalirlah dalam kehendak Tuhan yang menghantarkan kita untuk memiliki kehidupan pribadi, keluarga, karir dan pelayanan yang lebih baik dan semakin baik.?

Judul artikel ini adalah Problem Managemen. Sama seperti waktu dan uang, problem juga perlu di-manage. Bagaimana cara me manage-nya :

  • Hadapi setiap masalah dengan memaksimalkan perasaan, pikiran dan kehendak kita pada ujung batas kemampuannya.Ingatlah bahwa banyak orang baru menggunakan 25-50 persen saja kapasitasnya.Kita masih memiliki banyak potensi yang belum digali dan dieksplorasi.
  • Selanjutnya, yang di luar kemampuan kita, percayakan kepada Tuhan untuk menanganinya.

Itulah kiat Problem Managemen yang terakhir:

IV. DEKLARASIKAN IMANMU DALAM PUJIAN?SAMPAI PEMULIHAN TERJADI?(Allah adalah sukacitaku dan kegembiraanku)

Terkadang, seperti pemazmur, kita harus menghardik diri sendiri berulang kali: Mengapa engkau tertekan dan gelisah (Lih Mzm 42:6, 12 ; 43:5).Seringkali kita harus menggemakan iman kita melalui pujian terus menerus sampai ada terobosan (Mzm 43:4, 5b).Simaklah dari seruan getir: Mengapa engkau tertekan dan gelisahberubah total menjadi seruan iman: Allah adalah sukacitaku dan kegembiraanku!.

Saya tidak memiliki kemampuan untuk bernyanyi atau pun bermusik, tetapi saya tidak ragu akan kuasa puji-pujian.Berulang kali saya diperhadapkan kepada problem yang sulit bahkan terkadang misterius.Di saat-saat tersebut, dalam segala keterbatasan vocal dan music tapi kesungguhan hati, saya memuji-muji Tuhan.Tempatnya berbeda-beda, di rumah, di mobil, di ruang doa, atau di mana saja.Waktunya juga berbeda-beda, terkadang beberapa menit, tapi bisa juga lebih dari 1 jam.Hasilnya sama-sama luar biasa: jiwa yang lelah dipulihkan, hati yang berbeban berat mendapat kelegaan, anak yang sakit mendapat kesembuhan, dan banyak yang lain.

 

Made Teddy Artiana menuliskan bercerita tentang Hikayat Batu Dan Pohon Ara.

Alkisah pada suatu saat di sebuah negeri di timur tengah sana. Seorang saudagar yang sangat kaya raya tengah mengadakan perjalanan bersama kafilahnya. Diantara debu dan bebatuan, derik kereta diselingi dengus kuda terdengar bergantian. Sesekali terdengar lecutan cambuk sais di udara. Tepat di tengah rombongan itu tampaklah pria berjanggut, berkain panjang dan bersorban ditemani seorang anak usia belasan tahun. Kedua berpakaian indah menawan. Dialah Sang Saudagar bersama anak semata wayang nya. Mereka duduk pada sebuah kereta yang mewah berhiaskan kayu ofir dan permata yaspis. Semerbak harum bau mur tersebar dimana-mana. Sungguh kereta yang mahal.

Iring-iringan barang, orang dan hewan yang panjang itu berjalan perlahan, dalam kawalan ketat para pengawal.Rombongan itu bergerak terus hingga pada suatu saat mereka berada di sebuah tanah lapang berpasir. Bebatuan tampak diletakkan teratur di beberapa tempat.
Pemandangan ini menarik bagi sang anak sehingga ia merasa perlu untuk bertanya pada ayahnya.

“Bapa, mengapa tampak oleh ku bebatuan dengan teratur tersebar di sekitar daerah ini. Apakah gerangan semua itu ?”.

“Baik pengamatan mu, anak ku”, jawab Ayahnya,”bagi orang biasa itu hanyalah batu, tetapi bagi mereka yang memiliki hikmat, semua itu akan tampak berbeda”.

“Apakah yang dilihat oleh kaum cerdik cendikia itu, Bapa ?”, tanya anaknya kembali.

“Mereka akan melihat itu sebagai mutiara hikmat yang tersebar, memang hikmat berseru-seru dipinggir jalan, mengundang orang untuk singgah, tetapi sedikit dari kita yang menggubris ajakan itu.”.

“Apakah Bapa akan menjelaskan perkara itu pada ku?”

“Tentu buah hatiku”, sahut Sang Saudagar sambil mengelus kepala anaknya.

“Dahulu, ketika aku masih belia, hal ini pun menjadi pertanyaan di hati ku. Dan kakek mu, menerangkan perkara yang sama, seperti saat ini aku menjelaskan kepadamu. Pandanglah batu-batu itu dengan seksama. Di balik batu itu ada sebuah kehidupan. Masing-masing batu yang tampak oleh mu sebenarnya sedang menindih sebuah biji pohon ara.”

“Tidakkah benih pohon ara itu akan mati karena tertindih batu sebesar itu Bapa ?”

“Tidak anak ku. Sepintas lalu memang batu itu tampak sebagai beban yang akan mematikan benih pohon ara. Tetapi justru batu yang besar itulah yang membuat pohon ara itu sanggup bertahan hidup dan berkembang sebesar yang kau lihat di tepi jalan kemarin”.

“Bilakah hal itu terjadi Bapa ?”

“Batu yang besar itu sengaja diletakkan oleh penanamnya menindih benih pohon ara. Mereka melakukan itu sehingga benih itu tersembunyi terhadap hembusan angin dan dari mata segala hewan. Samapai beberapa waktu kemudian benih itu akan berakar, semakin banyak dan semakin kuat. Walau tidak tampak kehidupan di atas permukaannya, tetapi dibawah, akarnya?terus menjalar. Setelah dirasa cukup barulah tunas nya akan muncul perlahan. Pohon ara itu akan tumbuh semakin besar dan kuat hingga akhirnya akan sanggup menggulingkan batu yang menindihnya. Demikianlah pohon ara itu hidup. Dan hampir di setiap pohon ara akan kau temui, sebuah batu, seolah menjadi peringatan bahwa batu yang pernah menindih
benih pohon ara itu tidak akan membinasakannya. Selanjutnya benih itu menjadi pohon besar yang mampu menaungi segala mahluk yang berlindung dari terik matahari yang membakar.”

“Apakah itu semua tentang kehidupan ini Bapa ?”, tanya anaknya.

Sang Saudagar menatap anaknya lekat-lekat sambil tersenyum, kemudian meneruskan penjelasannya.

“Benar anak ku. Jika suatu saat engkau di dalam masa-masa hidupmu, merasakan terhimpit suatu beban yang sangat berat ingatlah pelajaran tentang batu dan pohon ara itu. Segala kesulitan yang menindihmu sebenarnya merupakan sebuah kesempatan bagi mu untuk berakar, semakin kuat, bertumbuh dan akhirnya tampil sebagai pemenang. Camkanlah, belum?ada hingga saat ini benih pohon ara yang tertindih mati oleh bebatuan itu. Jadi jika benih pohon ara yang demikian kecil saja diberikan kekuatan oleh Sang Khalik untuk dapat menyingkirkan batu diatasnya, bagaimana dengan kita ini.Zat Yang Maha Perkasa itu bahkan sudah menanamkan keilahian-Nya pada diri-diri kita. Dan menjadikan kita,?manusia ini jauh melebihi segala mahluk dimuka bumi ini. Perhatikanlah kata-kata ini anak ku. Pahatkan pada loh-loh batu hatimu, sehingga engkau menjadi bijak dan tidak dipermainkan oleh hidup ini..”

Kisah yang membangkitkan iman kita bahwa Tuhan mengizinkan problem menindih adalah Tuhan menyediakan hikmat dan kemampuan untuk kita dapat me-manage-nya.Jika kita manage dengan baik, setiap problem akan menjadi peluang untuk kita meningkatkan terus kapasitas diri kita sampai dapat mewujudkan keberhasilan yang lebih besar.

Jadi, kita tidak perlu mencari-cari problem, kita juga tidak perlu takut akan problem, kita perlu bijak saja me-manage setiap problem yang datang silih berganti. Selamat jadi manager yang baik ! Tuhan menolong kita semua.

Artikel oleh: December 9, 2011   Kategori : Artikel, Artikel Kepemimpinan, Bahan Khotbah  Sebarkan 

Satu komentar

  1. Gokmen Pasaribu - February 6, 2012

    Syalom, setelah saya membaca artikel Pak Pendeta Antonisu Mulyanto tentang prolema managemen itu, saya teringat dengan masalah-masalah yang terjadi diGSJA ini, khususnya di Daerah Sumut2.Saya mengikuti terus masalah-masalah yang terjadi seolah olah sulit untuk di selesaikan.Yang paling ironisnya masalah yang satu belum selesai, masalah lain muncul lagi.Saya mungkin terlalu dini mengatakan bahwa kita hanya melayani ” masalah” saja.Saya melihat terlalu habis tenaga, pikiran, waktu, hanya untuk masalah.Tidak heran jika karena hanya masalah ini banyak para pendeta yang tidak lagi Fokus pada pelayanan pemberitaan Injil KRISTUS. tRIMAKASIH

Tulis Komentar Anda