Berjumpa dengan Tuhan – Yakub: Berjumpa Tuhan Berhadapan Muka

Perjumpaan : Dalam Ketakutan

Tempat : Di dalam Sebuah Kemah dekat Sungai Yabok

Alkitab: Kejadian 31:11-32, 32

Dua laki-laki saling berpandangan dengan sikap menantang satu sama lain; sebuah batu besar di tengah jalan menghalangi mereka dari perkelahian fisik. Badan jalan di bagian kiri dan kanan batu karang sudah sering dilalui oleh rombongan ternak dan karavan yang lalu lalang di tempat itu.

Laki-laki yang lebih tua, Laban mengejar lawannya dan menangkapnya di batu karang ini. Tangannya tidak bersenjata, tetapi dikepalkan. Pelayan-pelayannya yang setia memegang senjata…… pedang….. busur….. dan anak panah. Mereka adalah sejumlah laki-laki yang kejam, kotor dan lelah karena mengikuti tuannya yang sedang marah, Laban. Sekarang mereka akan bertempur, tetapi pemimpin mereka yang sudah tua berdiri dengan tenang.

Angin padang gurun yang panas meniup pasir di sekitar mata kaki mereka, jubah mereka berterbangan di sekeliling tubuh mereka. Matahari yang terik membakar kemarahan mereka. Janggut yang kotor dan pakaian yang berbau keringat karena pengejaran yang berat tidak merubah ketetapan hati Laban.

Yakub yang lebih muda menatap Paman Laban dari seberang batu. Mereka tidak saling percaya. Jika salah seorang tiba-tiba menarik senjata, maka akan terjadi pertempuran. Dua lusin prajurit Laban pernah bekerja bersama dengan Yakub di ladang, mereka tidak percaya kepadanya……. mereka siap untuk membunuhnya.

Yakub juga mempunyai banyak pelayan yang mengurus ternaknya, mereka bukan prajurit tetapi mereka tahu jika petermpuran dimulai, mereka harus berperang untuk mempertahankan hidupnya.

Sunyi……… kecuali bunyi angin panas.

“Mengapa engkau membawa putri-putriku?” Suara Laban yang parau pada akhirnya memecahkan ketegangan. “Mengapa engkau melarikan diri ke dalam kegelapan malam dengan cucu-cucuku?”

“Aku tahu engkau tidak akan mengijinkan aku pergi….” jawab Yakub, sang menantu dengan malu-malu. Untuk pertama kalinya ia menunduk karena rasa bersalah.

“Mereka adalah putri-putriku…..” suara Laban semakin keras. “Mereka adalah cucu-cucuku…..,” ia melambaikan tangannya untuk memastikan bahwa semua orang tahu ia sedang menunjuk kepada 11 orang putra dari Yakub. “Engkau sudah menjadi kaya dari ternakku …” Laban menunjuk pada banyak ternak yang sedang berdesak-desakan disekitar tempat itu ….. kambing, unta, lembu, kerbau, dan keledai. Mereka adalah simbol kekayaan, dan jika Laban benar, Yakub telah mencuri banyak dari padanya.

“Biarlah batu ini …….” kata Laban sambil menunjuk supaya semua orang melihat batu yang ada di tengah jalan, “biarlah batu ini menjadi batas yang memisahkan kita.”

Yakub melihat batu itu dan mengangguk.

“Engkau tidak boleh datang melewati batu ini ke daerahku ………” suara Laban yang keras dimaksudkan agar terdengar oleh semua pelayan Yakub. “Aku juga tidak akan datang melewati batu ini ke daerahmu.”

“Setuju …!” Yakub dengan cepat berseru agar di dengar oleh semua orang, “AKU SETUJU!”

“Bawalah pisau,” Laban menyuruh.

Pada mulanya, Yakub tersentak ketika mendengar kata “pisau”, lalu ia sadar akan tradisi bangsa nomad (bangsa yang berpindah-pindah). Laban mengambil pisau, lalu dengan cepat mengiris nadinya sampai keluar darah. Laban melemparkan pisau menyeberangi batu kepada Yakub. Dengan cepat Yakub mengikuti contoh dari pamannya. Lalu mereka berpegangan tangan, darah dari seorang anggota keluarga bercampur dengan anggota keluraga lainnya. Bersama-sama mereka sepakat oleh darah …… Darah menyentuh darah. Bersama-sama mereka berkata,

“Kiranya Tuhan mengawasi antara engkau dan aku, selagi kita terpisah satu sama lain.”

Laban mengecup putri-puti dan cucu-cucunya. Lalu ia bersiap menunggangi kudanya, ia menunjuk lagi ke batu, “Batu ini adalah saksiku. Aku tidak akan menyeberang ke tempatmu …….”

Laban menghentikan kata-katanya di tengah-tengah kalimat; lalu dengan berbalik, ia menunjuk kepada Yakub, “Jika engkau menyakiti salah satu dari anak-anakku ????. Tuhan adalah saksi apa yang akan aku lakukan.”

Dengan peringatan itu, Laban berbalik dengan kasar, masih dalam keadaan marah tetapi sekarang sudah agak tenang; menjejakkan kakinya di samping kudanya. Mereka berlari. Para prajuritnya berbaris mengikuti Laban menuju kea rah timur untuk pulang ke rumah.

Sepanjang hari itu dan keesokan harinya, ucapan Laban menghantui Yakub. Meskipun pamannya berjanji tidak akan melewati batu tersebut ? ia menamainya Mizpa ? Yakub tidak merasa yakin bahwa pamannya tidak akan menyerang pada malam hari, membunuhnya, dan mengambil putri-putrinya dan cucu-cucunya.

Sementara memorinya terhadap paman yang marah membuat Yakub merasa takut, hal itu juga membuat ia teringat akan kakaknya Esau. Dua puluh tahun yang lalu, Yakub sudah melarikan diri dari kemah ayahnya karena kakaknya Esau mengancam untuk membunuhnya. Yakub tidak dapat melupakan kata-kata kakaknya.

“Pada waktu ayah meninggal ………. aku akan membunuhmu.”

Yakub percaya bahwa kakaknya akan membunuhnya. Yakub melihat kemarahan kakaknya, maka 20 tahun yang lalu Yakub melarikan diri dari rumah dan dari kakaknya. Yakub sudah hidup bersama pamannya Laban selama 20 tahun. Yakub berupaya untuk tidak memikirkan Laban, tetapi ia juga tidak dapat berhenti memikirkan kakaknya Esau dan janggutnya yang merah, rambutnya yang merah dan ketetapan hatinya yang membuat ia takut. Apakah Esau masih berusaha untuk membunuhnya?

Sekarang Yakub sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Ia sudah menjadi seorang yang kaya…. dua istri ……. sebelas putra …… para pelayan …… kawanan ternak. Dahulu ia pergi dengan tangan kosong, sekarang ia memimpin suatu suku nomad yang besar menuju Tanah Perjanjian. Yakub meninggalkan seorang paman yang marah, ia sedang menuju kepada seorang kakak yang marah.

“Apakah Esau akan membunuh aku?”

Yakub sudah menipu kakaknya Esau mengenai hak kesulungan, artinya Yakub menjadi kepala keluarga …….. juru bicara keluarga ……….. Imam keluarga. Kemudian Yakub sudah menipu Esau dalam hal berkat. Ayah YAkub sudah menjanjikan kepadanya warisan sebanyak dua kali lipat dari bagian kakaknya, tetapi ia belum mendapatkannya sedikitpun karena ia lari karena takut akan nyawanya.

“Aku masih tetap takut Esau akan membunuhku,” Yakub bergumam ketika ia berjalan menuju kampung halamannya. Pulang kampung bukanlah pengalaman yang menyenangkan.

Keesokan paginya, Yakub mengirimkan utusannya menemui Esau. Ia memberikan pengarahan bagaimana menemui Esau, “Beginilah kamu katakan kepada tuanku, kepada Esau ……. .katakan kepadanya aku pulang …….. katakan kepadanya betapa kayanya aku ……. katakan kepadanya aku ingin mendapat kasihnya.”

Yakub menunggu dua hari sampai mereka kembali. Ia lebih banyak duduk di dalam kemahnya. Ia berdoa kepada Tuhan memohon kasih karunia. Tuhan menampakkan diri kepadanya 20 tahun yang lalu dan memberikan janji tentang banyak hal. Yakub ingat suara Tuhan.

“Akulah TUHAN, Allah Abraham nenekmu dan Allah Ishak ….. tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu …… Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya ……. Aku akan membuat engkau menjadi kaya ……. Aku akan melindungi engkau.”

Bagian terakhir yang mengenai perlindungan itulah yang diingat oleh Yakub. Ia ingin Tuhan melindunginya. Ia berdoa agar Tuhan melindungnya dari Esau kakaknya, sama seperti Tuhan sudah melindunginya dari pamannya Laban. Ketika Yakub berdoa, pikirannya terganggu oleh seruan dari luar kemah.

“Para utusan sudah pulang”, demikianlah seruan ke seluruh kemah.

Dua orang utusan yang sudah menghadap Esau langsung menuju ke kemah Yakub. Yakub sudah berdoa untuk memperoleh kabar baik. Ia berharap bahwa waktu akan mengobati luka lama, tentu saja 20 tahun akan membuat Esau melupakannya. Tetapi berita yang didengar Yakub dari utusan-utusannya adalah lebih buruk daripada ketakutannya yang paling dalam.

“Esau akan datang menemui Tuan dengan 400 orang bersenjata.”

“Cukup untuk membunuh kita semua, ” demikianlah reaksi Yakub yang pertama.

Tidak ada tempat untuk berlari …… tidak ada tempat untuk bersembunyi …… ia tidak dapat pulang kembali ke tempat Laban, batu Mizpa masih berdiri di tengah jalan. Yakub terserang panik, sulit untuk berpikir dengan kepala dingin, tetapi perlahan-lahan sebuah rencana di buat di dalam pikirannya.

“Aku akan memberikan segalanya kepada Esau ……” pikir Yakub. “Aku akan memberikan kepadanya semuanya, mungkin ia tidak akan membunuhku.”

Yakub adalah seorang yang cerdas, ia selalu dapat mencari jalan keluar dalam setiap masalah. Ia adalah Yakub si Pengganti, Yakub si Penipu. Ia membuat strategi untuk memberikan segalanya kepada Esau, suatu rencana yang rinci. Bukan sekedar mengalihkan semua kekayaannya kepada Esau, tetapi suatu rencana yang akan memerlukan satu hari penuh untuk dilaksanakan. Suatu rencana untuk membingungkan Esau.

Yakub memisahkan ternaknya ke dalam beberapa bagian, ia menempatkan pelayan-pelayannya pada setiap kawanan ternak, menjaga agar kumpulan ternak itu terpisah dengan jarak dari kumpulan lainnya. Yakub mulai berjalan membawa kawanan ternaknya menuju Esau, satu persatu, setiap kawanan dibawa setelah kawanan sebelumnya lenyap dari pandangan. Pertama,

200 kambing betina dan

20 ekor kambing jantan ……, lalu

200 domba betina dan

20 ekor domba jantan ……, lalu

30 unta yang sedang menyusui beserta anak-anaknya…, lalu

40 lembu betina dan

10 lembu jantan ….., lalu

20 keledai betina dan

10 keledai jantan.

Yakub memberi perintah kepada orang-orang yang menjaga kumpulan ternak itu agar mengatakan hal yang sama kepada Esau, mereka akan mengenali Esau karena janggutnya yang merah. Yakub memerintahkan mereka untuk membungkuk sampai ke tanah sambil berkata,

“Inilah persembahan yang dikirim kepada tuanku Esau.” Ia memberi perintah kepada budaknya untuk berkata kepada Esau, bahwa “Yakub sendiripun ada di belakang kami.”

Sembilan kali hari itu hal yang sama terjadi. Esau akan melihat sekumpulan awan debu datang menghampiri. Setiap kali Esau berpikir bahwa debu itu mungkin saja tentara yang sedang menghampiri, setiap kali pula, ia akan bersiap untuk bertempur. Setiap kali Esau menarik pedangnya ……. dan setiap kali orang-orangnya bersiap untuk berperang.

Setiap kali Yakub menipu dia.

Setiap kali ada hadiah ternak yang lain untuk Esau. Setiap kali budaknya melakukan hal yang sama ……. Mengatakan hal yang sama. Budak itu membungkuk sampai ke tanah di hadapan Esau, mempersembahkan hadiah ternak.

“Ternak ini adalah hadiah untuk Esau dari hambamu Yakub, (Yakub tidak menyebut dirinya adik). Hadiah ini dari hambamu.”

“Jika Yakub memberi kepadaku sedemikian banyak ……..” Esau berpikir, “Ia pasti sangat, sangat, sangatlah kaya.”

Ternak dari Yakub seperti layaknya ular raksasa yang melata menuju Esau, yang jauhnya beberapa km, dan setiap kawanan ternak terpisah satu dari yang lain. Tidaklah mungkin untuk melihat sejak awan debu yang pertama sampai pada yang terakhir. Semua kawanan ternak itu tidak selesai dipersembahkan kepada di Esau sebelum malam tiba. Esau berkemah malam itu, dikelilingi oleh lenguhan ternak ? ternak Yakub ? ternaknya ada dimana-mana.

“Besok akau akan menemui adikku Yakub ……” Esau yang berkepala merah mencoba untuk tidur. “Besok adalah puncak dari penderitaan selama 20 tahun!”

Yakub berkemah malam itu di dekat sungai Yabok yang kecil. Ia masih melakukan tipuan lagi. Yakub mendirikan kemahnya yang besar di pinggir sungai dan masuk ke dalamnya bersama dua istri dan anak-anaknya ke dalam kemah yang terbentang luas, kemah yang putih dan datar yang membentang di atas permadani Persia yang lembut, ia menikmati kemewahan meskipun berada di padang gurun. Para pelayannya tidur tersebar di atas tanah di sekeliling kemahnya. Api dinyalakan sepanjang malam. Jika Esau menyerang malam itu, ia tidak akan menangkap Yakub.

Si penipu masih mempunyai satu tipuan terakhir.

Segera setelah kegelapan meliputi kemah yang besar, Yakub keluar dari kemahnya. Tidak ada seorangpun yang melihatnya, pelayan tidak, keluarganya juga tidak. Malam yang tidak berbulan mendatangkan bayang-bayang hitam, mudah baginya untuk keluar dari kemah tanpa kelihatan. Yakub menyelinap kearah yang berlawanan, menjauh dari kakaknya Esau. Sungai yang dangkal ada di depannya, ia dengan mudah meloncati sungai Yabok, dan di dalam semak, ia menemukan kemah kecil yang sudah disembunyikannya.

“Tidak ada seorangpun yang akan menemukan aku disini ……..” Yakub berbisik kepada dirinya sendiri.

Di dalam, ia langsung berlutut. Pikiran negatif memenuhi kepalanya. Ia ingin berdoa kepada Tuhan, lebih cepat lebih baik. Pintu kemah yang dingin menerpa punggungnya.

“Apakah paman Laban akan kembali untuk membunuh aku?” Pikirannya tidak dapat melupakan perjumpaannya yang keras dengan pamannya beberapa hari yang lalu, “Atau apakah kakakku Esau akan membunuhku besok……?”

Yakub berlutut di hadapan Tuhan, menundukkan wajahnya sampai ke tanah. Tidak ada karpet yang lembut di dalam kemah kecil itu. Kemah itu disembunyikan di dalam semak bukan untuk kenyamanan atau kemewahan, kemah itu ada di sana untuk keamanan. Ia tahu kemarahan Laban, apakah ia akan kembali? Apakah pamannya ada di dalam bayangan yang gelap? Yakub bertanya-tanya apakah Esau menerima persembahannya kemarin? Ia bertanya-tanya apakah Esau menyelinap ke dalam kemahnya yang besar dan menyerang keluarganya? Memang sangat menakutkan jika tidak tahu apakah Sdr tidur dalam bahaya atau dalam keadaan aman!

“O Allah nenekku Abraham …… O Allah ayahku Ishak …..” Yakub mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. “Aku pulang kembali ke negriku karena Engkau mengirimkan aku pulang,” Yakub mengingatkan Tuhan bahwa ia taat pada visi yang diberikan Tuhan untuk pulang ke negrinya.

“Aku tidak layak menerima belas kasihan-Mu,” Yakub mengakui dosa-dosanya. Yakub tahu ia sudah menipu berkali-kali dalam kehidupan mudanya. Yakub mengangkat tongkatnya kepada Tuhan. “Aku hanya memiliki tongkat ini yang aku terima ketika aku menyeberangi sungai Yordan 20 tahun yang lalu.”

Air mata menggenang di mata Yakub ketika ia mengingat, “Engkau sudah memberkati aku denagn sebuah keluarga ?? dengan anak-anak …. dengan ternak …. dengan pelayan-pelayan …… Malam ini aku terpisah dari keluargaku,” Yakub tidak tahu apa yang terjadi dengan ternak yang dikirimkannya kepada Esau. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan istri-istri serta anak-anaknya yang ditinggalkannya di kemah besar.

Kesepian ….. 20 tahun yang lalu Yakub meninggalkan ayah dan ibunya karena ia sudah menipu keluarganya. Kesepian …..? malam ini ia bersiap-siap untuk memasuki kembali Tanah perjanjian …… kesepian …… Karena ia menipu lagi keluarganya.

“Lepaskan aku dari kakakku Esau, karena aku takut ia akan membunuhku, dan anak-anak, dan ibu-ibu mereka.” Yakub tidak kuasa membayangkan tidak adanya putra …… tidak ada benih untuk janji Abraham …….. Janji Tuhan putus.

Tuhan, Engkau berjanji untuk berbuat kebaikan kepadaku, Yakub mengingatkan Tuhan, “Engkau berjanji aku akan memiliki lebih banyak lagi anak-anak seperti pasir di laut.”

Tidak ada angin malam itu, pohon-pohon yang diam terlalu takut untuk bicara. Tidak ada bulan, bayangan gelap menambah teror pada malam itu. Awan kelabu bahkan menutupi bintang-bintang di langit. Keheningan yang sangat menakutkan. Lalu Yakub mendengar bunyi jejak kaki di pasir di luar kemah.

“Apakah itu?” ia berpikir, tetapi tidak dapat bicara. Ia mendengarkan bunyi langkah-langkah itu terhenti. Hening! Lalu langkah-langkah kaki itu mulai lagi.

Matanya membesar, jantungnya berdetak dua kali lebih kencang. Ia berseru, “Siapa disana?”

Pikiran Yakub yang pertama adalah mungkin Esau, ia mengedipkan matanya untuk melihat Esau yang berjanggut merah, mungkin juga bukan; ia mengedipkan matanya untuk melihat janggut kelabu Laban.

Tidak ada seorangpun yang menjawab!

Tetapi Yakub tahu seseorang ada disana, ia dapat merasakan kehadiran seseorang di luar kemahnya. Pintu kemah bergerak. Berikutnya Yakub melihat sebuah tangan menarik kembali pintu kemah itu, orang itu memasuki kemah,

“TIDAK !!!!” teriak Yakub, ia meloncat, memegangi tubuh orang itu, “Aku menangkap engkau!” seru Yakub,

Kedua orang itu bergumul ke tanah, Yakub memegang tangan orang itu, memeganginya kalau-kalau ia mempunyai senjata. Mereka bergumul, keduanya mencoba untuk saling memegang satu sama lain, sama-sama tidak akan membebaskan lawannya.

“Lepaskan aku ……….” Orang itu meminta.

“TIDAK!” Yakub menjawab.

Yakub langsung menyadari bahwa orang itu tidak memiliki senjata, kekuatan melawan kekuatan …….. kemauan melawan kemauan …….. stamina melawan stamina. Orang itu sangat ulet, tetapi Yakub tahu dirinya adalah keras kepala.

“Aku datang untuk menjawab doamu,” orang itu berkata supaya didengar oleh Yakub, tetapi penipu lebih tahu. Yakub sudah seringkali bergulat, dan ia selalu berbicara kepada lawannya untuk mengalihkan perhatiannya, agar lawannya melepaskan pegangannya. Ia sudah memenangkan banyak pertandingan gulat dengan menggunakan tipuan seperti ini.

“Bagaimana aku tahu bahwa engkau adalah utusan Allah?” Yakub bergumam ketika ia bergulat.

“Engkau takut dibunuh!” lawannya menjawab kepada Yakub.

“Itu mudah dilihat,” jawab Yakub. “Aku sedang bersembunyi di dalam kemah ini karena aku takut.”

“Engkau sudah minta Tuhan untuk melindungimu,” lawannya tahu apa yang sedang didoakan oleh Yakub.

“Semua pelayanku sudah mendengar bahwa aku berdoa untuk itu,” kata Yakub.

Yakub tidak akan percaya lawannya berasal dari Tuhan, tetapi ia juga tidak dapat menyangkalnya.

Apa yang dapat dilakukannya adalah berpegang pada apapun …… pada tangan …… pada kaki……. pada bagian tubuh manapun. Yakub berpegangan, karena begitulah caranya ia hidup dan berjuang. Yakub tahu jika ia membiarkannya pergi, ia akan kalah. Jika ia tidak dapat berbuat apa-apa maka ia akan bergantung.

“Jika engkau berasal dari Tuhan ……” Yakub menolak untuk melepaskan orang itu, “Jika Tuhan mengirimkan engkau, maka berkatilah aku.”

Ketika Yakub dengan putus asa bergantung pada lawannya, ia meminta ….. berdoa ……. bahkan berkata, “Jika engkau berasal dari Tuhan …… lindungilah aku dari Esau …… selamatkanlah hidupku ….. selamatkanlah keluargaku …… selamatkanlah anak-anakku ……. tolonglah aku.?

Mereka bergulat selama berjam-jam. Dari dalam kemah terdengar rintihan dan erangan, tetapi tidak ada seorangpun yang mendengar suara itu. Bulan tidak pernah keluar sehingga Yakub tidak dapat melihat wajah lawannya, melalui kegelapan malam ia bergulat dengan sesuatu yang tidak kelihatan, sesuatu yang lebih kuat daripadanya. Yakub pada akhirnya bertemu dengan seseorang yang tidak dapat dikalahkannya dan tidak dapat ditipunya. Yang dapat dilakukan oleh Yakub hanyalah bergantung.

“Jika engkau dari Allah ….” Yakub mengulangi permintaannya, yang sudah diucapkannya berkali-kali malam itu “Berkatilah aku jika engkau berasal dari Allah.”

“Lepaskan aku …….” sosok itu terus meminta kepada Yakub.

“Aku tidak akan melepaskan engkau kecuali engkau menjawab doaku,” Yakub yang keras kepala menjawab.

Lalu sinar pertama dari hari yang baru mulai muncul dari balik bukit di sebelah timur. Cahaya fajar jatuh ke atas pepohonan, dan dengan datangnya sinar pagi yang redup seekor merpati mulai bernyanyi di atas pohon. Di sambung oleh burung lainnya. Malam yang sunyi sedang dibangunkan juga oleh cengkrik.

Bahkan Sungai Yabok yang melintasi perkemahan dengan sunyi pada malam hari, mulai menimbulkan suara gemercik di atas batu-batu yang basah dan berlumut.

“Lepaskan aku …..” sosok itu meminta, “fajar sudah merekah.”

“TIDAK!” Yakub mengulangi jawabannya yang sudah diucapkannya sepanjang malam, “Aku tidak akan melepaskan engkau kecuali engkau memberkati aku.”

“Siapa namamu?” sosok itu bertanya.

“Yakub.” Ketika Yakub menyebutkan namanya, ia tahu namanya berarti si Pengganti, atau si Penipu.

“Kamu akan mempunyai nama baru,” orang itu memberitahukan kepada Yakub. “Tuhan akan memberkati engkau ……. namamu akan menjadi Israel ……Namamu yang baru artinya, “Seorang Pangeran bersama Tuhan …….. engkau akan menjadi istimewa bagi Tuhan untuk sepanjang sisa hidupmu ……. dan Tuhan akan memberkati anak-anakmu yang akan berlangsung selama-lamanya.”

“Israel ………” pikir Yakub. “Namaku yang baru berarti gaya hidupku yang baru.”

“Engkau akan dipanggil Israel selama-lamanya,” suara itu menjawab Yakub, “karena engkau sudah bergulat dengan Tuhan dan tidak mau melepaskannya …. karena engkau selalu mencari Tuhan, terlepas dari engkau menipu …….. Karena engkau sudah menang.”

Sosok itu menjamah paha Yakub, suatu gerakan gulat yang tidak pernah dialami oleh Yakub dalam semua pertandingannya dengan gembala-gembala yang lain. Ketika sosok itu menjamah paha Yakub, rasa sakit menembus hingga ke mata kakinya, lalu ke sistem syarafnya ke dalam otaknya ……… ia meraskan sakit yang luar biasa.

“Yeeeeiiii,” Yakub berteriak. Suatu teriakan yang tidak pernah lagi disuarakan setelah ia meninggalkan masa remaja. Sebuah tangisan kesakitan yang tidak tertahankan oleh manusia.

“Engkau akan pincang selama sisa hidupmu,” Yakub mendengar suara itu berbicara. “Kemanapun engkau berjalan …… engkau akan berjalan dalam kesakitan …… engkau akan mengingat malam ini ……. engkau akan mengingat bahwa engkau sudah bergulat dengan Tuhan dan tidak mau melepaskannya.”

Sakit itu begitu tajam sehingga Yakub melepaskan lawannya seketika tanpa berpikir lagi. Ia menutup matanya untuk menahan sakitnya. Sekarang mulutnya terbuka, namun tidak mengeluarkan bunyi. Itu adalah jeritan yang sunyi.

“Engkau akan pincang sepanjang sisa hidupmu,” sosok itu memberitahukan Yakub, “karena engkau sudah menang dengan Tuhan, karena engkau memiliki kuasa dengan Tuhan.”

“Beritahukan namamu kepadaku ……..” sakit Yakub dikalahkan. Pikirannya yang pertama berpusat pada seseorang yang sudah membuatnya cacat. Ia harus tahu siapa orang ini.

“Siapa namamu?” Yakub bertanya

“Mengapa engkau ingin tahu namaku?” ia menjawab yakub. “Engkau tidak perlu tahu namaku!” tetapi aku akan memberkati engkau, sosok itu menjawab. “Engkau sudah berdoa kepada Tuhan untuk memohon berkat-Nya …… Aku akan memberkati engkau.”

Yakub menyadari orang ini telah mendengar doa-doanya, dan hanya Tuhan yang dapat mendengar doa manusia. Orang ini mengetahui hatinya, dan hanya Tuhan yang mengetahui hati manusia. Orang ini akan memberkati dia, dan hanya Tuhan dapat memberkati seseorang.

Yakub berlutut di hadapan sosok ini, rasa sakit yang dialami pada pahanya digantikan oleh rasa kagum akan hadirat Tuhan. Yakub menundukkan kepalanya, takut untuk melihat ke atas. Meskipun ia dapat melihat wajah orang itu dengan samar-samar dalam cahaya pagi, Yakub takut untuk melihat. Ia malu dengan ketidakpercayaannya sepanjang malam sebelumnya.

Tangan itu menjamah Yakub dengan berkat Tuhan. Sedangkan jamahan sebelumnya oleh sosok itu ke atas paha Yakub adalah untuk melepaskan pegangan gulatnya, jamahan sebelumnya akan membuat Yakub pincang seumur hidupnya, tetapi jamahan tersebut adalah jamahan kesembuhan rohani dan kesehatan rohani. Yakub tidak akan sama lagi, ia sudah menjamah Tuhan dan ia sudah dijamah oleh Tuhan.

Yakub akan berjalan bersama Tuhan, tidak lagi bergantung pada pelariannya sendiri sebagai manusia. Yakub akan menjadi Israel, seorang pangeran bersama Tuhan.

Yakub beranjak dari kemah kecilnya. Ia mengedipkan matanya, menggosoknya dengan punggung tangannya untuk menyesuaikan diri dengan pagi yang terang.

“Aku sudah berjumpa dengan Tuhan,” Yakub mengatakannya dengan lantang, meskipun tidak seorangpun hadir untuk mendengarkan dia. “Aku sudah berjumpa dengan Tuhan berhadapan tetapi tidak mati.”

Yakub tahu bahwa melihat Tuhan adalah hal yang mustahi, karena Tuhan adalah roh. Yakub kemudian juga tahu bahwa alangkah mustahil melihat Tuhan dan tetap hidup. Dengan sukacita ia bertepuk tangan, merasakan pukulan daging dengan daging.

“Aku hidup” Yakub melemparkan kepalanya kebelakang dan tertawa dengan suka cita kudus. “Aku sudah berjumpa dengan Tuhan berhadapan muka, aku hidup.”

Yakub tahu Tuhan adalah roh, ia tidak memiliki tangan dan kaki. Ia tidak yakin dengan siapa ia sudah bergulat sepanjang malam, lalu ia menyimpulkan, “Tetapi aku sudah bergulat dengan Tuhan …….. aku merasakan Tuhan …… Aku memegang Tuhan …..? Aku menjamah Tuhan dan Ia menjamah aku.”

Yakub melangkah menuju sungai Yabok, sakit terasa di pinggulnya, itu menghentikan langkahnya. Ia kembali ke tenda mengambil tongkat untuk berjalan, satu-satunya benda yang ia miliki ketika ia meninggalkan tanah perjanjian 20 tahun yang lalu. Sekarang ia semakin membutuhkan tongkat itu. Ia turun ke Sungai Yabok untuk mencuci mukanya, dan mencucui badannya yang kotor karena bergulat sepanjang malam di lantai kemah. Sebuah tegukan air dingin menyegarkan kembali rohnya.

“Aku akan menamakan tempat ini Peniel,” Yakub menyatakan. “Disinilah akau melihat Tuhan.” Pniel artinya adalah wajah Tuhan.

Yakub meminta perlindungan dari Tuhan, tetapi ia melihat wajah Tuhan.

 

SETELAH PERJUMPAAN

Yakub, orang yang menipu dan berbohong, menjadi Israel, yaitu Pangeran bersama Tuhan.

Ia menjadi seorang tokoh iman dan memberi pengarahan kepada 12 orang putranya …… yang menjadi cikal bakal 12 suku Israel ……. dalam penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan. Ia pincang sepanjang sisa hidupnya, yang mengingatkan kepadanya tentang perjumpaannya dengan Tuhan

 

10 PELAJARAN DARI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN

1. Motivasi yang berbeda-beda mendorong kita untuk mencari Tuhan

Yakub sedang berlari? berlari dalam ketakutan — lari dari seorang paman yang marah dan lari menuju seorang kakak yang marah. Karena ketakutannya, Yakub mencari Tuhan seorang diri di dalam sebuah kemah. Tetapi sesuatu terjadi di dalam kemah yang mengubah hidupnya. Ketika ia berjumpa dengan Tuhan, Yakub tidak mau melepaskannya. Hal yang tetap dilakukan dalam hidup Yakub sampai ia mengalami peristiwa ini adalah bergantung. Karena itu apa yang menjadi kebiasaan Yakub pada masa yang lalu menjadi sumber yang mengubah hidupnya.

Apapun motivasi Sdr? ketakutan, kebangkrutan, pemeriksaan pajak, penyakit kanker, perceraian? apapun yang memotivasi Sdr untuk mencari Tuhan, bergantunglah kepada Tuhan. Ketika Sdr masuk ke dalam hadirat Tuhan, bergantunglah kepada-nya. Ketika Sdr masuk ke dalam hadirat Tuhan, keintiman-Nya akan mengubah hidupmu.

“Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu” (Mzm 56:3)

2. Kekuatiran tentang keluarga mendorong kita ke dalam hadirat Tuhan

Yakub mempunyai dua istri dan anak-anak, ia selalu berdoa untuk keselamatan mereka. Meskipun hidupnya sendiri menjadi kekuatirannya yang paling besar, doanya untuk keluarga adalah yang terutama melalui bibirnya. Ketika Tuhan tidak mendapat perhatian kita dengan cara lain, Ia menjangkau kita melalui pasangan atau anak-anak.

Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku. (Mzm 27:10)

3. Perselisihan keluarga membuat kita mencari Tuhan

Yakub didorong oleh ketakutan terhadap seorang paman yang kejam, ia lari dari Laban. Apa yang tidak diketahui oleh Yakub adalah bahwa Tuhan memberi peringatan kepada Laban untuk tidak mencelakakan Yakub. Kemudian Yakub menghadapi seorang kakak yang sudah bersumpah untuk membalas dendam. Kadang-kadang kita termotivasi untuk mencari Tuhan karena kita kecewa dengan perkawinan atau anak-anak melawan kita. Kita bahkan mungkin diserang oleh keluarga kita, tetapi di dalam hadirat Tuhan ada damai sejahtera dan istirahat.

Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku; (Mzm 69:8)

4. Kita harus menyerahkan hal-hal yang berharga dalam hidup kita untuk berjumpa dengan hadirat Tuhan

Yakub menyerahkan segalanya, ia bersedia menyerahkan semua ternaknya kepada Esau, ia bersedia berkorban untuk keluarganya, ia mempersembahkan kepada Tuhan benda satu-satunya yang dibawanya keluar dari tanah perjanjian, benda satu-satunya yang dibawa bersamanya kemanapun ia pergi ? ia menyerahkan tongkatnya kepada Tuhan. Setelah itu Yakub mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Jika Sdr ingin berjumpa dalam keintiman dengan Tuhan, Sdr tidak boleh membiarkan ada sesuatu di antara Sdr dan Tuhan

(37) Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (38) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. (39) Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Mat 10:37-39)

5. Kita berjumpa dengan Tuhan di dalam pengalaman malam yang paling gelap

Kadang-kadang Tuhan tidak datang kepada kita ketika segala sesuatunya baik-baik saja. Ketika kita memiliki kesehatan yang baik, punya uang di bank, dan tidak ada ancaman, kita biasanya tidak banyak berpikir tentang Tuhan. Tetapi kegelapan malam membuat kita takut karena kita tidak dapat melihat kemana kita pergi. Kita tidak dapat melihat apa-apa, kita tidak dapat melihat diri kita sendiri; kita juga tidak dapat melihat Tuhan. Di dalam pengalaman pengalaman gelap seperti itulah, kita dapat mencari Tuhan dan Ia akan menyatakan diri-Nya kepada kita.

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya (Mzm 23:4)

6. Ketika segalanya kelihatan hilang, carilah wajah Tuhan

Yakub berpikir bahwa ia akan segera kehilangan segalanya. Ia bahkan berpikir bahwa langkah kaki di luar kemahnya adalah seseorang yang akan menuntut balas. Teror yang paling besar, adalah ketakutan di dalam hatinya sendiri. Ketika semuanya tampak hilang, Tuhan datang kepadanya. Dalam hidup kita, Tuhan mengijinkan kita mengalami hal-hal yang ekstrim di dalam hati kita, karena hal yang ekstrim bagi manusia, adalah kesempatan bagi Tuhan. Dalam pengalaman seperti itulah Tuhan menyatakan Diri-Nya kepada kita.

(2) Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir….. (23) Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku (24) Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. (25) Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. (Mzm 73:2, 23-25

7. Tuhan mengungkapkan Diri-Nya kepada mereka yang benar-benar mencari Dia

Yakub bukanlah manusia yang sempurna, ia menipu orang-orang yang paling dekat dengan dirinya – keluarganya. Ia menempatkan mereka ke dalam risiko demi untuk menyelamatkan persembunyiannya. Lalu mengapa Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Yakub? Karena diatas segala sesuatunya, Yakub mencari Tuhan. Ia mengerahkan semua kekuatan fisiknya untuk bergantung pada Tuhan. Pada saat itulah ketika Tuhan menjamah pinggulnya, Yakub melepaskan cengkeramannya pada Tuhan. Sdr akan menyadari hadirat Allah ketika Sdr mencari-Nya lebih dari kesenangan, makanan, jaminan keuangan, sex atau hal-hal lain dalam hidup. Kita dapat berjumpa dengan Tuhan ketika kita menyerahkan segalanya untuk mengalami Dia.

Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. (Mzm27:4)

8. Mencari Tuhan adalah sesuatu yang harus Sdr lakukan sendirian

Isteri Yakub, atau anak-anaknya tidak dapat membantunya mencari hadirat Tuhan. Laban dan Esau tidak dapat membantunya secara rohani. Yakub bergulat sendiri dengan Tuhan, dan ia menang. Ia berjumpa berhadapan muka dengan Tuhan. Sdr tidak dapat menunggu pasangan Sdr untuk pergi bersama-sama dalam perjalanan rohani menuju Tuhan, itu adalah perjalanan yang sepi, dan itu adalah perjalanan yang Sdr lakukan sendiri. Seperti Abraham yang bersyafaat sendiri bagi Sodom …. seperti Musa yang bersyafaat sendiri di atas Gunung Sinai …. seperti Elia yang berdiri sendirian melawan 450 nabi-nabi Baal di Gunung Karmel …. seperti George Washington yang berlutut sendirian di salju di Lembah Forge …. Sdr juga harus mencari wajah Tuhan sendirian.

Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN! (Mzm27:14)

9. Kita biasanya akan heran oleh perjumpaan dengan Tuhan

Yakub tidak menduga akan mengalami hadirat Tuhan di dalam kemah. Ia mundur untuk sembunyi. Yakub tidak menduga akan bergulat dengan Tuhan sepanjang malam. Apakah ia akan berpegang pada sosok itu kalau ia tahu bahwa itu adalah Tuhan? Apakah ia dapat melepaskan sosok itu kalau ia tahu bahwa itu adalah Tuhan? Yakub terkejut menemukan dirinya berada di hadirat Tuhan. Kadang-kadang kita pergi ke gereja, tidak pernah menduga akan berjumpa dengan Tuhan., tetapi di tempat yang tidak biasa dan tidak terduga, kita diberi kejutan oleh Tuhan.

Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu, karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku. (Mzm 61:2)

10. Setelah pengalaman yang paling gelap pada waktu yang paling rendah dalam hidup ini, fajar datang di tempat kita memahami perjumpaan kita dengan tuhan di lembah

Selama beberapa hari, Yakub hidup di dalam lembah yang gelap yang semakin lama semakin gelap. Semakin Yakub memanipulasi keadaan, semakin buruk jadinya. HAnya di dalam pengalaman yang paling gelap Yakub berjumpa dengan tuhan dan pada akhirnya diberkati oleh tuhan. Ketika kita sampai di jalan buntu, kita harus berbalik kepada Tuhan. Ia akan datang kepada kita. Selalu ada pagi yang bersinar cerah setelah badai yang terjadi pada malam hari.

(5) Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai….. (11) Aku yang meratap telah Kau ubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kau buka, pinggangku Kau ikat dengan sukacita (Mzm 30:5,11)

 

Pelajaran

  • Aku dapat mencari Tuhan untuk alasan-alasan yang berbeda
  • Aku dapat mencari Tuhan karena aku kuatir dengan keluargaku
  • Aku dapat mencari Tuhan karena perselisihan dalam keluargaku
  • Aku harus menyerahkan segala hal yang berharga untuk berjumpa dengan Tuhan
  • Aku akan berjumpa dengan Tuhan dalam kegelapan malam
  • Aku dapat mencari Tuhan ketika segalanya kelihatan hilang
  • Aku akan berjumpa dengan Tuhan ketika aku sungguh-sungguh mencari Dia
  • Aku akan berjumpa dengan Tuhan sendirian
  • Aku biasanya terkejut ketika Tuhan menjumpai aku
  • Aku dapat mengharapkan fajar setelah malam yang paling gelap

 

Sumber: ENCOUNTERING GOD FOR SPIRITUAL BREAKTHROUGH, oleh Elmer L Towns

Alih Bahasa: Inawaty Suwardi, Rajawali Family Ministry

 

Artikel oleh: October 23, 2011   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda