Stay Calm (Tetaplah Tenang)

Bacaan Alkitab: Amsal 19:11

 

Seorang pedagang batik naik kereta api senja jurusan Jakarta- Surabaya. Ia adalah sorang yang suka tidur, dan ia perlu bangun untuk turun di stasiun Solo pada jam 5 pagi. Ia bertemu dengan seorang portir dan meminta tolong kepadanya, “Mas, Aku minta sampean untuk membangunkan aku jam 5 besok pagi supaya aku bisa turun di stasiun Solo Balapan. Aku adalah orang yang susah bangun,” katanya. “Jangan pedulikan kalau aku ngomel, rewel, atau cerewet ketika dibangunkan, jangan pedulikan apapun yang aku lakukan – aku harus turun di Solo. Kalau perlu, sampean jangan ragu, angkat saja badanku,” katanya, “turunkan dan tinggalkan aku di stasiun Solo Balapan.”

Besok paginya, pedagang batik itu terbangun pada pukul 9 pagi, setelah tertidur semalaman. Stasiun Solo sudah lewat dan kereta saat ini sedang memasuki kota Surabaya. Ia bertemu dengan portir yang diberi pesan tadi malam untuk membangunkannya dan tentu saja ia sangat marah dan menghujani portir itu dengan makian, umpatan dan semua kata-kata kotor yang dapat ia ucapkan, bahkan ia hampir memukul si portir.

Sesudah pedagang batik itu pergi, seorang ibu yang melihat kejadian itu berkata kepada si portir, “Wah! Benar-benar sudah gila! Orang yang paling gila yang pernah saya lihat!” Portir itu menjawab, “Itu, sih belum apa-apa! Ibu melihat Bapak tadi marah? Lebih-lebih lagi tadi pagi. Coba kalau Ibu melihat bagaimana saya kena marah oleh orang yang saya turunkan di stasiun Solo Balapan pada jam 5!”

Saudara tertawa mendengar kisah tadi. Tetapi pada kejadian-kejadian lainnya, kemarahan membawa dampak yang fatal. Begitu sering kita membaca dalam surat kabar peristiwa pembunuhan terhadap keluarga-keluarga. Ada pembunuhan yang dilakukan oleh sopirnya yang marah karena di PHK. Ada pembunuhan yang dilakukan oleh karyawannya yang membalas dendam karena dimarahi oleh boss-nya. Kisah-kisah serupa banyak terjadi di negeri kita ini.

Tentu saja kita tidak akan melakukan hal-hal seperti itu. Tetapi apakah Sdr pernah naik darah? Apakah Sdr pernah melakukan hal-hal yang Sdr harap tidak pernah Sdr lakukan, atau Sdr mengatakan sesuatu yang Sdr harap tidak pernah diucapkan? Saudara menyesal? Karena itu Stay Calm! Tetaplah tenang. Minggu yang lalu Gembala mengakhiri kotbahnya dengan kisah hidup Steve Jobs, CEO Apple yang baru saja meninggal dunia. Masih ingat dua buah motto yang mengantarkan Steve Jobs ke puncak karirnya? Stay Hungry! (Tetaplah merasa lapar) dan Stay Foolish! (Tetaplah merasa bodoh). Hari ini saya ingin menambahkan satu motto yang tidak kalah penting, STAY CALM! (Tetaplah TENANG!).

Sdr, salah satu buah Roh menurut Galatia 5 adalah penguasaan diri atau pengendalian diri. Dan salah satu aspek dari pengendalian diri adalah pengendalian kemarahan. Untuk menanggapi himbauan Gembala untuk semakin bertumbuh dan berbuah lebat Sdr harus dapat mengendalikan kemarahan.

Alkitab mengatakan sesuatu tentang pengendalian kemarahan. Amsal 19:11 mengatakan, “Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.”

Disitulah rahasianya, bukan? Jika seseorang bersalah kepadamu, dan jika Sdr adalah orang yang berhikmat maka Sdr dapat memaafkannya, Sdr tidak akan membiarkan situasi berkembang menjadi suatu kejadian besar yang menguasai diri Sdr.

Jika kita mempelajari topik kemarahan di dalam Alkitab, maka kita akan menemukan adanya 4 jenis kemarahan.

  • Pertama adalah “kemarahan seketika”, Alkitab mengatakan bahwa kemarahan seketika harus dikendalikan.
  • Kedua, “kemarahan yang mendatangkan dosa”. Alkitab mengatakan bahwa kemarahan yang mendatangkan dosa harus diruntuhkan.
  • Ketiga adalah “kemarahan yang berkelanjutan”. Kemarahan yang berkelanjutan harus dikalahkan.
  • Akhirnya, yang ke empat “kemarahan kudus”. Kemarahan kudus harus disalurkan.

Marilah kita teliti setiap jenis kemarahan tersebut.

1. Kemarahan Seketika Harus Dikendalikan

Pertama-tama ada kemarahan seketika. Alkitab mengatakan kemarahan seketika harus dikendalikan.

a. Amsal 14:17 mengatakan: “Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.”

Kemarahan seketika sering dialami oleh orang yang lekas naik darah. Sdr yang lekas naik darah mungkin akan menyalahkan garis keturunan Sdr atau menyalahkan suku Sdr. Ada stigma yang melekat pada suku atau bangsa tertentu bahwa orang-orang dari suku atau dari bangsa tertentu lekas naik darah. Tetapi pada dasarnya, jika Sdr lekas naik darah, Sdr akan banyak melakukan hal-hal yang bodoh karena Sdr lepas kendali. Ketika Sdr marah, Sdr akan mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya Sdr katakan, atau Sdr melakukan hal-hal yang akan Sdr sesali sesudahnya.

b. Amsal 15:18 mengatakan, “Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.”

Jika Sdr lekas marah, jika Sdr selalu hilang kesabaran, jika Sdr selalu memancing pertengkaran, jika Sdr selalu memandang orang lain dari sudut pandang yang negatif, maka Sdr akan meninggalkan jejak berupa perasaan yang terluka dan ketidakbahagiaan di belakang Sdr.

Ada ilustrasi yang bagus mengenai hal ini. Seorang Opa memberi nasehat kepada cucunya supaya jangan selalu bertengkar dengan temannya. Sang cucu mengatakan, “Tapi, Opa, Si Polan yang selalu mulai mengejek saya lebih dahulu.” Opa memberi jalan keluar. “Setiap kali kamu marah kepada si Polan, coba kamu pukul sebuah paku dengan palu ke dalam tiang di depan rumah.” Setelah beberapa waktu kemudian, Opa mengajak cucunya melihat berapa banyak paku yang sudah tertanam di dalam tiang. Opa kemudian mengeluarkan semua paku itu dari tiang, tetapi semua paku itu meninggalkan bekas-bekas lubang. Opa menjelaskan kepada cucu bahwa seperti lubang-lubang bekas paku di tiang, demikian juga jejak beka-bekas luka di hati orang yang pernah kena omelan kita.”

c. Amsal 19:19 mengatakan: “Orang yang sangat cepat marah akan kena denda, karena jika engkau hendak menolongnya engkau hanya menambah marahnya.”

Dokter selalu mengatakan bahwa ketika kita marah; darah naik ke kepala, jantung berdetak keras, berkeringat, tangan dikepal dan napas tersengal-sengal. Kondisi demikian bahkan dapat mengakibatkan kematian yang lebih cepat. Sifat pemarah dapat juga mengakibatkan kehilangan keluarga dan teman. Denda atau harga yang harus dibayar oleh si pemarah adalah besar.

Ada suatu kisah nyata dimana seorang pendeta pada suatu sore didatangi oleh seorang laki-laki ganteng yang berusia emas. Laki-laki itu meminta pendeta untuk mengadakan upacara pemberkatan nikah untuk dirinya dan pasangannya. Ia berkata, “Bapak pendeta, saya dan calon isteri saya pernah menikah sebelumnya …… satu sama lain.” Ia melanjutkan penjelasannya, bahwa ia dan istrinya pernah mengalami suatu argumentasi dan ia naik darah dan ia tidak dapat menerimanya. Ia melakukan suatu hal yang bodoh yaitu bercerai karena alasan itu! “Selama 30 tahun kami hidup sendiri-sendiri. Kepahitan merampas sukacita dalam hidup kami selama 30 tahun! Kami baru sadar dan memohon kepada Tuhan untuk memberikan kebahagiaan kepada kami beberapa tahun lagi dalam kebersamaan sebelum Tuhan memanggil kami pulang.”

Saudara, itu adalah contoh dari kemarahan seketika. Satu peristiwa argumentasi saja membuat suami-isteri itu bercerai selama 30 tahun. Betapa besar harga yang harus dibayar!

Karena itu Alkitab mengatakan, “Jika Sdr memiliki kemarahan seketika, maka Sdr harus mengendalikannya.” Tetapi bagaimana kita dapat mengendalikannya?

I. Membuat pengakuan.

Sdr perlu mengakui bahwa Sdr mempunyai masalah dalam tabiat Sdr. Jika Sdr menyangkalnya, dan jika Sdr selalu menyalahkan keturunan atau mencari kambing hitam lainnya, Sdr tidak akan pernah berubah.

Sdr perlu mengakui masalah Sdr kepada Tuhan dan mintalah pertolongan-Nya. “Tuhan, Aku mulai kehilangan kesabaran-ku, dan aku sudah seringkali mengalaminnya. Tolonglah aku untuk melihat apa yang menjadi penyebabnya, lalu tolonglah aku untuk mengatasinya.”

II. Membuat analisa.

Ams 14:29 “Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.”

Apabila Sdr marah , maka pada saat yang sama hendaklah Sdr sabar. Tanyakan dalam diri Sdr sendiri, “Kenapa aku jadi marah?” Ams 29:11 “Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya tetapi orang yang bijak meredakannya.”

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Roh Kudus memimpin hidup kita untuk menghasilkan buah, dan salah satu buah Roh adalah pengendalian diri. Karena itu, Jika Sdr mengalami kemarahan seketika, Sdr perlu mengendalikannya.

2. Kemarahan Yang Mendatangkan Dosa Harus Dihancurkan

Jenis kemarahan yang kedua yang dibahas dalam Alkitab adalah kemarahan yang mendatangkan dosa. Tidak semua kemarahan membuat kita jatuh dalam dosa dan kita akan segera membahas mengenai hal itu beberapa saat nanti. Tetapi beberapa kemarahan memang mengakibatkan dosa. Izinkan saya pagi ini memberikan cara untuk menguji apakah kemarahan Sdr mendatangkan dosa atau tidak.

Dalam Mat 5:21-22, Yesus berkata, “(21) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. (22) tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya” Kafir! Harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”

Ayat-ayat itu mengatakan kepada kita mengenai kemarahan sehingga dapat membantu kita untuk menyadari apakah kemarahan kita membuat kita jatuh dalam dosa atau tidak.

a. Perhatikan, pertama-tama ayat itu mengatakan, “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya.” Jika Sdr bersaudara dengan seseorang maka hal itu mengindikasikan bahwa Sdr adalah anggota dari keluarga yang sama, apakah keluarga jasmani atau keluarga Allah.

Jika kita bersaudara, kita harus saling menghibur, saling mendukung dan saling membantu satu sama lain. Kita tidak boleh menghabiskan waktu untuk saling bermarahan satu sama lain.

Alkitab versi NKJV memberi kalimat yang lebih lengkap “whoever is angry with his brother without a cause (marah tanpa alasan) shall be in danger of the judgment“. Jika kita marah dan tidak memiliki alasan yang benar untuk menjadi marah, maka dikatakan disini kemarahan kita adalah dosa. Benyamin Franklin, seorang politikus Amerika pada masa perjuangan kemerdekaan mereka mempunyai pepatah: “Anger is never without Reason, but seldom with a good One.” Artinya: “Kemarahan tidaklah pernah tanpa alasan, tetapi jarang sekali ada alasan yang baik.”

b. Mat 5:21: “Setiap orang yang marah kepada saudaranya….”, maka hal ini mengindikasikan bahwa Sdr mengarahkan kemarahan Sdr pada seseorang. Sdr tidak boleh mengarahkan kemarahan kepada orang. Kemarahan seharusnya diarahkan kepada dosa yang diperbuat mereka.

Yesus tidak pernah marah kepada manusia, tetapi Ia marah pada dosa mereka. Karena itu kita harus melihat keluar dari diri pribadi orang itu. Kita harus mengasihi orang itu, tetapi kita membenci dosanya.

Maka jika Sdr marah kepada Saudaramu, jika Sdr berfokus pada orang, maka artinya kemarahan Sdr membuat Sdr jatuh ke dalam dosa.

c. Dalam Roma 12:19, Paulus berkata, “Saudara-saudariku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah; sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”

Jadi ujian ketiga terhadap kemarahan Sdr adalah: Apakah kemarahan Sdr menuntut pembalasan? Apakah Sdr selalu berupaya untuk seri atau seimbang, mencapai skor 1:1? Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan adalah pihak yang memiliki hak pembalasan. Bukan kita. “Pembalasan adalan bagian-Ku,” kata Tuhan. Kita tidak memiliki hak untuk menagih pembayaran kembali kepada siapapun. Tetapi serahkanlah hak itu kembali kepada Tuhan.

Maka jika kemarahanmu ditujukan untuk membalas dendam, sudah pasti kemarahan itu adalah kemarahan yang mendatangkan dosa.

d. Jika kemarahan Sdr menimbulkan dendam, maka kemungkinan besar kemarahan itu adalah juga kemarahan yang dipertahankan.

Apakah Sdr ingat akan apa yang dikatakan oleh Yesus kepada orang di pinggir kolam, yang menunggu untuk disembuhkan namun orang itu tidak segera datang ke air? Yesus bertanya kepadanya, “Apakah engkau mau disembuhkan?” Pertanyaan yang penting!

Banyak orang yang menikmati sakitnya (mempertahankan kondisinya yang sakit) karena mereka mendapat perhatian dan belas kasihan dari banyak orang. Demikian juga banyak orang yang mempertahankan kemarahannya. Mereka sudah memiliki kemarahan selama bertahun-tahun. Di dalam hatinya ada kemarahan yang mendidih.

Jadi kalau suatu kemarahan ingin dipertahankan, maka pastilah itu adalah kemarahan yang mendatangkan dosa.

e. Jika kemarahan itu adalah kemarahan yang dipertahankan, maka kemarahan itu sudah pasti disertai dengan roh yang tidak mengampuni. Rahasia untuk menghilangkan kemarahan itu adalah kemampuan untuk mengampuni. Tetapi jika Sdr tidak dapat mengampuni, jika Sdr tidak dapat melepaskannya, maka kemarahan itu adalah kemarahan yang mendatangkan dosa.

Kesimpulan: Ada 5 cara untuk menguji apakah suatu kemarahan termasuk dalam golongan kemarahan yang mendatangkan dosa atau kemarahan yang mendatangkan dosa:

  1. Apakah kemarahan itu ditujukan kepada seseorang?
  2. Apakah kemarahan itu timbul tanpa alasan yang benar?
  3. Apakah kemarahan itu menuntut pembalasan?
  4. Apakah kemarahan itu dipertahankan?
  5. Apakah kemarahan itu disertai oleh roh yang tidak mengampuni?

Jika salah satu jawaban dari lima pertanyaan tersebut adalah “YA”, maka kemarahan Sdr adalah kemarahan yang mendatangkan dosa . Alkitab mengatakan bahwa kemarahan itu harus dihancurkan.

Karena itu, jika Sdr mempunyai kemarahan yang mendatangkan dosa, maka Sdr perlu bertobat, berpaling dari kemarahan itu, dan izinkanlah Tuhan untuk mengampuni Sdr agar Sdr dapat mengampuni orang lain juga.

3. Kemarahan Yang Berkelanjutan Harus Dikalahkan

Jenis kemarahan yang ketiga adalah kemarahan yang berkelanjutan. Kemarahan Ini adalah kemarahan yang tetap ada, terus menerus, dari hari ke hari.

Salah satu ayat klasik yang terkait dengan kemarahan ini adalah Ef 4:26-27: ” (26) Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. (27) dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.”

Umpamanya pada suatu hari Sdr pulang ke rumah dan Sdr dalam keadaan marah karena bertengkar dengan kolega di kantor pada siang harinya.

Lalu isterimu mengatakan sesuatu yang Sdr tidak suka, dan kata-kata yang panas mulai keluar dari kedua belah pihak. Sebetulnya masalahnya tidaklah besar, tetapi Sdr memutuskan untuk bersikukuh, demikian juga isteri Sdr. Maka argumentasi berlanjut.

Matahari terbenam dan malam hari tiba. Di tempat tidur isterimu menghadap ke kiri dan Sdr menghadap ke kanan dan Sdr berdua memastikan tidak akan saling bersentuhan.

Apakah Sdr sadar apa yang terjadi? Alkitab mengatakan bahwa Sdr sudah membuka pintu, dan berkata, “Tuan Iblis, mari silahkan masuk sekarang. Kami akan menyambut anda di sini.”

Kemudian dalam ayat 31 Paulus menyebutkan apa yang terjadi ketika Iblis memulai pekerjaan kotornya. “(31) Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.”

Jadi ada 6 langkah yang dapat dimanfaatkan oleh Iblis dalam kemarahan yang berkelanjutan (stubborn anger)

  1. Pertama adalah “kepahitan”. Sdr mulai berpikir tentang semua hal buruk yang dilakukan orang atau dikatakan orang kepadamu, semua penghinaan, dan semua ejekan yang Sdr terima.
  2. Lalu Paulus berkata, “Setelah kepahitan datang kegeraman dan kemarahan”. Kegeraman adalah kepahitan yang mendidih dan menggelembung di dalam diri Sdr.
  3. “Kemarahan” adalah kegeraman yang diekspresikan atau dinyatakan. Tidak lagi hanya di dalam hati. Sekarang Sdr mulai menendang kucing sampai terbang ke dinding. Sekarang Sdr mulai mengatakan segala hal, sampai akhirnya menjadi “gaduh”, artinya “berteriak dengan kencang,” dan “mengumpat” atau “menghina” sampai menjadi pertikaian.
  4. Pertikaian “Lihat rumah ini. Seperti kandang babi. Aku pulang ke rumah setiap hari melihat anak-anak dalam keadaan kotor. Kamu tidak becus mengurus mereka. Apa kamu pikir kamu adalah seorang ibu rumah tangga?” Demikian seterusnya dan seterusnya.
  5. Fitnah, Perkembangannya sampai pada tahap menghancurkan reputasi orang yang dibencinya dengan menyebarkan fitnah kepada orang lain.
  6. Dan sebagai hasil akhir dari semuanya itu, Paulus mengatakan, “kejahatan”. Dan ?kejahatan? artinya Sdr benar-benar ingin menyakiti atau mencelakakan orang tersebut. Itulah sebabnya kita sering membaca berita seseorang membunuh istrinya dan lalu membunuh dirinya sendiri. Hasil akhir dan kemarahan yang berkelanjutan adalah kejahatan.

Sdr dapat melihat mengapa kita sebagai orang percaya harus belajar mengendalikan kemarahan kita atau tabiat kita sebelum meningkat ke tahap yang destruktif. Menjadi kesaksian yang buruk dari orang Kristen.

Paulus berkata, “Begini caranya menaklukkan kemarahan yang berkelanjutan. (Ay 26b) Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” Ayat 32 mengatakan, “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Jadi pertama-tama ada kemarahan seketika. Kemarahan seketika harus dikendalikan.

Kemudian ada kemarahan yang mendatangkan dosa. Dan itu harus dihancurkan.

Selanjutnya ada kemarahan yang berkelanjutan. Dan kemarahan yang berkelanjutan harus dikalahkan.

4. Kemarahan Yang Kudus Harus Disalurkan Dalam Arah Yang Benar Bagi TUHAN

Pada akhirnya, ada kemarahan yang kudus. Dan kemarahan ini harus disalurkan dalam arah yang tepat bagi Tuhan. Ef 4:26 mengatakan, “Apabila kamu menjadi marah ???..” Jadi boleh menjadi marah, tetapi janganlah berbuat dosa.

Saya akan bacakan dari Markus 3:1-5. Perikop ini terkait dengan suatu situasi dalam kehidupan Yesus yang membuka pikiran kita. Demikian firman Tuhan:

(1)Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. (2) Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. (3) Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!” (4) Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. (5) Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.

Alkitab mengatakan bahwa Yesus dicobai dalam segala hal, bahkan seperti kita juga dicobai, tetapi Ia tidak pernah berbuat dosa. Perikop ini mengajarkan kepada kita bahwa Yesus menjadi marah tetapi bukanlah kemarahan yang mendatangkan dosa. Kemarahan itu adalah kemarahan kudus, kemarahan yang disalurkan, kemarahan yang memiliki fokus yang benar, dan kemarahan yang memiliki obyek yang benar.

Barangkali suatu suntikan kemarahan dari jenis ini adalah hal yang paling diperlukan oleh gereja. Menjadi marah pada korupsi di negri ini. Menjadi marah pada pornografi yang menyebar ke segala lapisan masyarakat. Menjadi marah pada jutaan aborsi yang terjadi. Menjadi marah pada peningkatan kejahatan, pembunuhan dan perkosaan. Menjadi marah pada penyalahgunaan minuman keras dan narkoba di dalam masyarakat kita. Menjadi marah karena ada jutaan orang yang sedang menuju pada kematian tanpa mengenal Kristus.

Inilah saatnya gereja harus marah, dengan kemarahan kudus yang disalurkan pada tempat yang benar.

 

Penutup.

Kita sudah belajar pagi ini; ada banyak jenis kemarahan.

Jika sdr bergumul dengan kemarahan, Tuhan berjanji untuk memberi kemenangan bagi Sdr, apabila Sdr mengijinkannya.

Sdr boleh marah, tetapi jangan berbuat dosa.

Jangan biarkan matahari terbenam di atas kemarahanmu.

Jangan memberi celah kepada Iblis untuk masuk ke dalam hidupmu dan menjejakkan kakinya di dalam hidupmu.

Tetapi salurkanlah kemarahanmu agar dapat mencapai kemenangan demi kemenangan bagi Yesus.

 

 

Kotbah tanggal 16 Oktober 2011 di Rajawali oleh Rudy Suwardi.

Artikel oleh: October 19, 2011   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda