Seorang Gembala Sidang (31)

Deksripsi & Preskripsi

Dua istilah ini yaitu – deskripsi & preskripsi – menggambarkan harapan orang sewaktu membaca firman Tuhan atau sewaktu mendengarkan kotbah. Reading the Word and Hearing the sermon with great expectation to get some spiritual prescriptions. Deskripsi adalah istilah yang untuk “uraian” sedangkan preskripsi adalah istilah yang untuk “resep” atau saran, anjuran atau petunjuk. Setiap pengkotbah memulai dengan deskripsi dan mengakhiri dengan preskripsi. Tanpa preskripsi maka sebuah kotbah hanya menjadi ajang intellectual-game dari pengkotbah, yang tidak membawa pesan Allah dan kuasa Allah. Padahal kita tahu bahwa secara tradisi kita memahami bahwa “iman datang dari pendengaran, pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17). Jemaat mendengarkan uraian dengan tujuan mendapatkan petunjuk untuk dijalani. Mereka akan meninggalkan ruang kebaktian gereja kita dengan petunjuk Allah bagi hidup mereka.

Alkitab adalah pegangan penuntun bagi iman dan perilaku kita. Alkitab kita cukup untuk menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan iman dan perilaku orang (anda mungkin mau menambahkan bahwa Alkitab juga dapat memberikan beberapa petunjuk keilmuan sekalipun Alkitab bukan catatan ilmu). Seorang pengkotbah harus tetap rutin membaca Alkitab, mengenali urutan peristiwa, mengenali pesan-pesan yang ada baik di Perjanjian Lama, mengenal progresivitas wahyu Allah kepada para nabi dan rasul serta penulis kitab dalam Alkitab, mengenali masa dan waktu penulisan, membaca secara kontekstual sebelum ia mencari relevansinya bagi jaman ini, juga mengenali bagaimana Yesus dan para Murid atau murid dari Para Murid dan Bapa-Bapa gereja menafsirkan bagian-bagian firman Tuhan … supaya pekerjaan eksegetikal kita tidak hilang ditelan jaman dan ditelan keengganan kita. Seorang jebolan Sekolah Alkitab atau Sekolah Teologi jangan terlalu gampang membuang warisannya ilmu yang pernah ia dapatkan. Sekitar kita akan menggoda kita untuk membuangnya, tapi kita harus mempertahankannya karena tidak mungkin warisan ilmu tersebut tidak berguna apa-apa, kecuali jika kita tidak sadar cara penggunaannya.

Deksripsi tentang firman Allah yang disampaikan dari mimbar-mimbar gereja kita haruslah baik dan bertanggung jawab. Jangan terpancing untuk mengabaikan disiplin homiletik dan hermeneutik yang anda pelajari di Sekolah Teologi. Kita hanya butuh penguasaan metode penyampaian yang lebih up-to-date dan penambahan unsur ‘ke-Asia-an’ pada homiletik kita saja untuk membuat kotbah-kotbah menjadi lebih menarik dan cocok untuk situasi kita. Jadi jangan berhenti membaca Alkitab, membaca buku-buku berbicara di depan umum, buku-buku yang membantu anda mengerti firman lebih baik, dan terutama jangan berhenti berdoa.

Dulu orang mengenal istilah ‘deisme’, pandangan bahwa Allah menciptakan semesta, memberikan hukum alam untuk menjalankannya, lalu meninggalkannya sehingga Ia tidak lagi terlibat dalam urusan-urusan dunia ini. Bukankah ini juga mirip dengan kecenderungan kita untuk mengkotbahkan sesuatu tanpa didasari doa dan pergumulan di hadapan Tuhan? Sejenis neo-deisme dalam pelayanan. Lama-lama kita bisa saja jadi ragu sendiri, apakah yang kita kotbahkan ini benar-benar firman-Nya ataukah pikiran kita? Tentu kita ingat dengan ayat yang berkat dalam Yehezkiel 36:26-27 yang mengatakan “Kamu akan Kuberikan hati yang baru … Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melaukannya.” Ayat ini sebenarnya merujuk kepada orang Israel sebagai sebuah bangsa. Tetapi ayat ini dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa pertobatan adalah pekerjaan Roh Kudus. Akan sia-sia jika kita mem-fabrikasinya. Jadi, sebuah deskripsi atau kotbah yang baik akan mengandung kuasa jika itu muncul dari pergumulan dan doa seorang hamba Tuhan.

Preskripsi yang dihasilkan seorang hamba Tuhan bagi jemaatnya juga harus berdasarkan pengamatan terbaik dan pertimbangan yang melalui pergumulan dan doa. Preskripsi itu berupa petunjuk untuk perubahan perilaku, sikap, pikiran terhadap diri sendiri, orang lain, Allah, dosa, dan hidup itu sendiri. Di tengah kotbah, atau di akhir kotbah adalah mutlak bagi kita menyampaikan apa yang diinginkan Allah dari umat-Nya melalui firman yang diuraikan tersebut. Allah ingin membaharui umat-Nya. Itulah tugas pengkotbah yang diberikan Allah kepada kita, menyampaikan pesan Allah bagi umat Tuhan. Ketika anda berkotbah anda adalah seorang nabi di masa kini. Pada saat yang sama anda mengayomi mereka seperti seorang gembala. Jemaat harus mendapatkan preskripsi yang jelas dan bagaimana memulai perubahan. Usahakanlah sebisa kita untuk mengakhiri kotbah dengan tantangan yang jelas. Sekalipun orang tidak selalu ditantang untuk maju, tetapi pastikan bahwa tantangan yang kita berikan usai kotbah adalah serius, sungguh-sungguh dan Allah akan membantu mereka untuk menjalankannya.

Apa yang menjadikan tugas seorang pendeta penting? Saya sering ditanya orang, apakah yang dilakuan seorang pendeta di hari-hari biasa? Sebab yang kelihatan adalah hari Minggu. Apakah seorang pendeta benar-benar tidak melakukan apa-apa pada hari biasa? Apa yang membuat seorang pendeta menjadi penting bagi umat Tuhan? Tentu saja melalui doa-nya setiap hari membawa jemaat kepada Tuhan, mempersiapkan pelayanan-pelayanan yang ada supaya mencapai performance maksimum, dsb. Tetapi jika bisa saya sarankan, jika kita ditanya apa yang membuat pekerjaan seorang pendeta itu penting, maka ia harus menjawab:

1. Tugas kita adalah memperkenalkan Allah yang benar kepada orang-orang

2. Tugas kita lainnya adalah memanusiakan manusia (mengembalikan imago-dei dalam diri orang supaya citra Allah benar-benar kembali pada manusia)

Untuk kedua pekerjaan itulah seorang pendeta layak mendapatkan penghasilan melalui pelayanannya. Inilah juga yang saya sampaikan kepada jemaat yang saya layani, bahwa saya bekerja dalam gereja ini karena kedua hal tersebut. Saya diberikan upah atas kedua pekerjaan tersebut. Demikianlah kita semua, bukan? Bagaimana cara melaksanakan kedua hal tersebut? Anda dapat mulai dengan menjaga sungguh-sungguh soal deskripsi dan preskripsi. Kita adalah seperti dokter rohani. Jika kita tidak lagi mempertajam pekerjaan kita, maka kita kehilangan kewibawaan untuk memberikan deskripsi, apa lagi memberikan preskripsi.

1 Yohanes 2:27 bahwa pengurapan yang kita terima dari Yesus Kristus akan menolong kita mengerti dan memahami. Allah tidak membiarkan firman-Nya menjadi sia-sia, Ia menyuruh Roh Kudus-nya untuk mengurapi kita sehingga kita memahami apa yang diajarkan Yesus. Firman Allah punya banyak manfaatnya jika dibaca dan dilakukan, 2 Timotius 3:16. Firman Allah menjadi rhema bagi umat Tuhan dalam bentuk preskripsi. Allah ada di tengah-tengah kita dan berbicara kepada umat-Nya melalui preskripsi yang kita sampaikan. Haleluya!

Tuhan memberkati!

Artikel oleh: August 25, 2011   Kategori : Artikel Gembala Sidang  Sebarkan 

Satu komentar

  1. Yohanes Saji - August 25, 2011

    shalom, pak Budi kamsia ya artikelnya secara pribadi saya sangat diberkati …. maju terus. Tuhan memberkati !

Tulis Komentar Anda