WORLD AG MISSION CONFERENCE – MANILA 2011

oleh Ongkie Hananto (Ketua Dep. Mis. Luar Negeri) – berita dan foto

 

Berkumpul bersama lebih dari 600 anak anak Tuhan dari 27 negara didunia dalam konvensi misi, terpikir, apakah World Missions Congress di Manila 24 – 26 Mei 2011 , seolah sedikit memberikan gambaran dari Perjamuan Anak Domba di Surga kelak? Semua menikmati aneka ragam makanan lezat yang menyehatkan yang namanya Misi. Terkadang bicara serius, sesekali tertawa lepas, sangat akrab, di ikat oleh Roh yang sama.

Phil Bogosian, orang Armenia yang hidungnya bengkok selalu membawa traktat tentang 41 juta orang Pashtun yang selama puluhan tahun tidak pernah menceritakan berita pertobatan, tapi tiba tiba, kabar menggembirakan datang silih berganti- banyak yang terima Juruselamat,  duduk bersebelahan dengan Fidel Monson. Nah, Fidel ini misionaris Filipina kepala batu yang nekad masuk Yemen, sekalipun ia tahu, daerah itu amat berat! David Leatherberry dan isterinya Julie, puluhan tahun melanglang buana di seputar Kandahar, Kabul, bahkan sering menyelusup pegunungan Afghanistan yang dingin dan seram. Warren Arragona, fisiknya mirip sekali dengan pemuda Indonesia biasa. Hamba Tuhan Filipina ini keliling Laos, Kamboja , Vietnam dan selalu bergumam “ Hanya orang Asia mengerti sesama Asia”…. Nora Catipong, seorang lulusan APTS yang kini melayani di Kamboja juga memberikan kesaksian yang indah mengenai Tuhan buka jalan sehingga ia dapat menmbangun sebuah gereja di sana.

Sekitar 23 an utusan dari Indonesia bergabung disana. Ikut menikmati macam macam sukacita prihal Misi! Banyak yang terpesona! Betapa tidak, Amerika, negara adidaya memiliki 5000 – 9000 Misionaris terlatih yang didukung penuh Gereja lokal. Kita mengangguk angguk bersyukur. Bukankah Amerika negara maju? Amat pantas punya “Armada Misi’ nya kokoh.  Tapi kisah Filipina membuat kami tersentak. Mereka memiliki  4.000 Gereja. Ukurannya tidak besar ( 60 – 80 jemaat rata rata ) , tapi saat ini terdaftar resmi hampir 30 Misionaris aktif yang ada di segenap penjuru dunia. Dengan program perekrutan dan pelatihan yang serius dan terarah, mereka mencanangkan 200 Misionaris Filipina di masa depan !

Kita percaya bahwa Hamba Tuhan GSJA , memiliki macam macam karunia. Semua adalah utusan Injil ! Ditempatkan di pelbagai posisi dan lokasi. Bisa Gereja lokal, bisa perintisan di Kalimantan sana, atau melayani Kebaktian Keluarga di pegunungan Jayawijaya. Sebagian berkiprah di kota, kecamatan, desa…tapi pasti ada yang dikaruniai potensi untuk menjangkau penduduk di Suriname yang berbahasa Jawa, atau melayani TKW di KaoShiung Taiwan, Siapa tahu dipanggil untuk melayani di Timur Tengah, Afrika barat Daya, Estonia, atau sebut daerah daerah yang selama ini tidak pernah dipikirkan…

Kaki yang elok beritakan Firman Tuhan. –  Lutut yang berdoa. – Tangan yang memberi.” Inilah tema sentral di pertemuan Filipina kemarin. Tapi berita ini juga harus didengungkan, bukan saja di wacana konvensi dunia, tapi juga di hati kita semua di Indonesia.

Berikut adalah beberapa fotonya:

Bersama Sekum Filipina dan Delegasi Korea

Bersama Ketua Umum Korea (tengah)

Bersama Phil Bogosian dan Ketua Umum Pakistan

Bersama Sekum dan Rush Turnney dan Bendum Filipina

Sebagan delegasi Indonesia bersama Ketua Misi GSJA Dunia

Acara pembukaan

Komitmen

Ketua Umum GSJA Filipina, Rev. Ray Calusay

Ketua Misi Dunia GSJA Brad Walz mendoakan delegasi Jepang

Brad menerjemahkan Ketua Dep Misi Argentina

Pdt. Samuel (GSJA CWS Pluit dan bpk. Amin bendahara misi GSJA Batutulis)

Di monumen di mana 3 hamba Tuhan dibunuh oleh tentara Spanyol

Sebagian kewcil delegasi Indonesia sedang makan siang

 

 

Artikel oleh: May 30, 2011  Tags:   Kategori : Berita Organisasi  Sebarkan 

3 Komentar

  1. Yusuf Eko Widiarto - May 30, 2011

    Liputan yang bagus. Kiranya hal ini bisa diteruskan kembali di Indonesia.
    Terimakasih sudah memberkati dengan liputannya.Tuhan memberkati

  2. Adi - June 2, 2011

    Sip sip sip…tapi bagaimana dengan cerita perintis2 di Indonesia? tidak perlu melihat jumlah jemaat baru bisa dinilai sukses…. siapa tahu, ada model pendekatan lainnya yang tidak bisa diterapkan di konteks orang2 luar Indonesia….^^

    Salam

  3. Samuel H - June 4, 2011

    Suatu penyajian yang singkat, lugas, berbobot dan mendarat di hati. Luar biasa Pak Ongkie Hananto. Jbu

Tulis Komentar Anda