KOMUNITAS GEREJA ATAU KOMUNITAS GEDUNG GEREJA?

Teks : Matius 25 : 31 – 46   Matius 4 : 18 – 22   Lukas 19 : 1 – 10

Bila mendengar kata Gereja tentunya kita  membayangkan suatu tempat gedung ibadah yang diperuntukan untuk orang orang penganut agama Kristen.  Bila tiba hari minggu, kalau kenalan anda  bertanya :  Anda mau ke gereja  mana? Maka dengan lancarnya anda akan  menjawab dan memberitahukan nama gereja dan denominasinya  bahkan lengkap dengan nama pendetanya.

Secara phisik tentunya sebuah gedung gereja mempunyai ciri ciri tertentu. Bila anda ingin ke gereja tentunya tidak mungkin anda memasuki sebuah gedung vihara/ klenteng atau mesjid, karena gedung ibadah tiap tiap agama berbeda. Ciri  utama gedung gereja ada lambang salibnya disertai logo dari denominasi  gereja tersebut. Ada sebagian gereja yang menggunakan symbol  ayam yang menggambarkan tentang penyangkalan Peterus terhadap Tuhan Yesus.

Banyak orang Kristen tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang arti gereja. Mereka memahami gereja hanyalah sebatas  tempat/ gedung ibadah yang lengkap dengan symbol salib dan logo denominasinya. Apakah pengertian gereja  seperti itu saudara?  Sama sekali bukan!

Dewasa ini karena minimnya pengetahuan yang benar tentang arti Gereja, maka tanpa disadari oleh mereka Gereja telah  beralih fungsi menjadi panggung hiburan semata. Orang akan membanjiri  gereja/ tempat ibadah yang bisa  menampilkan para celebrities di berbagai bidang, para pakar/ pembicara ternama, artis penyanyi Kristen idola diperjual belikan tanda kutip. Alih fungsi gereja lainnya adalah gereja menjadi  perusahaan agama dengan menjual produk ritual dimana para rohaniwan dengan berbagai sebutan sebagai presiden direkturnya dan umat menjadi  customernya. Mungkin anda akan memprotes keras  uraian penulis tentang topik ini. Selaku hamba Kristus saya harus berani memaparkan hal ini secara  jujur terbuka, dan bila ada protes merupakan hal yang positip! Mengapa? Karena dengan demikian penulis berhasil membangunkan anda sekalian dari tidur rohani yang berkepanjangan. Memberikan informasi yang berupa himbauan seperti ini sangatlah penting, ditengah membanjirnya informasi yang  menenggelamkan anda dengan berbagai buaian kesuksesan/ kekayaan materi yang diajarkan para rohaniwan/pemimpin agama tersebut. Kembali pada judul renungan di atas KOMUNITAS GEREJA ATAU KOMUNITAS GEDUNG GEREJA? Dengan menampilkan judul ini penulis ingin memperlihatkan perbedaannya kepada anda sekalian, apakah anda berada di komunitas Gereja atau sebaliknya anda berada di komunitas Gedung Gereja? Secara teoritis orang mengatakan  bahwa gereja adalah rumahnya Tuhan atau di dalam Perjanjian Lama disebut dengan sebutan Bait Allah. Pertanyaannya sekarang apakah  Rumah Tuhan itu sama dengan Rumah/ tempat kediaman manusia yang berbentuk  bangunan gedung? Umumnya  setiap orang Kristen sudah diajarkan oleh pemimpin agama mereka bahwa yang dimaksud dengan gereja adalah orangnya bukan gedungnya. Tapi sayangnya dalam tataran realitasnya antara yang diajarkan dengan yang dilaksanakan tidak nyambung alias berbeda. Dalam prakteknya gedung gerejalah yang tetap menjadi rujukan. Para rohaniwan sibuk merenovasi gedung gereja semewah dan senyaman mungkin, seolah-olah gedung gereja itu adalah tempat kediaman Tuhan. Para Pemimpin Agama  dengan piawai menyajikan program program ritual seprofesional mungkin, dengan mengundang para pakar pembicara dibidangnya sehingga menyedot banyak pengunjung/ customer. Dengan demikian ibarat perusahaan, gerejanya menghasilkan profit yang besar  sehingga bisa memberikan pelayanan yang maksimal, untuk membangun gedung gereja, gedung yayasan, gedung sekolah dengan dalih akan disumbangkan kepada orang orang miskin. Para donatur kaya sangat mudah terkecoh sehingga  mensupport kegiatan ritual semacam itu.Karena orang orang kaya tersebut terpenuhi aspirasinya oleh suguhan ritual semacam itu.  Melalui tulisan ini saya akan meluruskan pemahaman yang keliru mengenai makna gereja yang sesungguhnya.

Tadi sudah dijelaskan bahwa Gereja itu adalah orangnya? Bila demikian, Pertanyaannya bukanlah apakah Gereja itu? Tetapi pertanyaannya adalah : Siapakah Gereja itu? ( Berarti bukan mengacu pada gedung tetapi  mengacu pada  suatu pribadi/ orang ).

Pada waktu Tuhan Yesus menjungkir balikan orang yang berjual beli di Bait Allah, dengan tegas Tuhan Yesus memproklamirkan bahwa dirinya adalah gereja. Percayakah saudara, bahwa Yesus adalah Gereja? Jawaban atas pertanyaan ini merupakan sikap saudara memaknai  apa itu gereja? Jelaslah  di sini bahwa wujud Yesus bukanlah bangunan gedung, meskipun di gedung itu berlambangkan salib sekalipun! Apakah saudara setuju dengan pemaparan ini? Bila demikian berarti saudara berada dalam komunitas yang sama dengan penulis. Dan sebaliknya bila saudara tidak setuju, berarti saudara berada di komunitas yang berbeda yakni komunitas gedung gereja bukan komunitas gereja. Mungkin saudara kembali akan mengkritik keras dan berkata : Kalau begitu gedung gedung gereja yang sudah ada  tidak boleh difungsikan lagi, apa begitu maksud penulis? Apakah untuk beribadah bertemu Tuhan, harus dilakukan di  lapangan terbuka? Baiklah untuk tidak membuat saudara galau, saya akan menjelaskannya.

Seperti telah dipaparkan di atas bahwa Gereja adalah Orang berwujud suatu pribadi, yakni pribadi Tuhan Yesus Kristus. Kalau kita mempelajari  mengapa ada Bait Allah dalam zaman Perjanjian Lama? Setelah manusia pertama Adam berdosa, maka hubungan manusia dengan Allah terputus. Manusia tidak bisa bertemu Allah, hubungannya menjadi sangat jauh.  Untuk berkomunikasi dengan manusia, biasanya  Allah mengutus malaikatnya dan memilih orang orang tertentu yang kemudian sebutan untuk orang pilihannya waktu itu adalah seorang nabi.  Dan untuk memfasilitasi pertemuan antara manusia dengan Allah dibangunlah sebuah Bait Allah yang dibangun sejak zaman raja Daud dan diselesaikan oleh puteranya  bernama Salomo. Maka mulailah terbentuk hirarki pembagian tugas di Bait Allah. Ada Imam dan ada Imam Besar yang menyampaikan korban penebusan dosa berupa domba sembelihan di ruang Maha Kudus. Namun semua ritual itu adalah bersifat simbolik untuk menggambarkan akan kedatangan Tuhan Yesus sebagai Sang Gereja di mana di dalam dia merupakan kepenuhan dari hadirat Allah/ tempat kediaman Allah. Setelah kedatangan Yesus, maka  hal hal yang tadinya bersifat simbolik itu telah menjadi nyata dan digenapi. Kedatangan Tuhan Yesus menjungkir balikan tradisi ritual di perjanjian lama. Dan dengan tegas Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan atas Bait Allah yang telah dinubuatkan ribuan tahun sebelumnya. Tapi sayangnya Tuhan Yesus ditolak oleh para pemimpin agama beserta pengikutnya. Mereka tetap melanggengkan tradisi ritual  tersebut, bahkan kalau kita perhatikan kondisi zaman sekarangpun tidak jauh berbeda Cuma beda dalam bentuk korban, Kalau dulu berupa domba sekarang bentuknya berupa uang. Nah dari latar belakang yang sudah diuraikan, marilah kita kembali pada pertanyaan kritis tadi, tentang  gedung gedung gereja, apakah tidak boleh difungsikan kembali? Untuk menjawabnya marilah kita tetap berpegang pada makna gereja itu, yaitu pribadi Yesus. Berarti di mana ada pribadi Yesus, di situlah Gereja. Dalam perjalanan hidupnya Tuhan Yesus, berjalan berkeliling, kadang  Ia ada di rumah Peterus seorang nelayan, rumah Peterus bukanlah sebuah gedung mewah, tetapi  kehadiran  Tuhan Yesus suatu pribadi kepenuhan Allah/kediaman Allah, adalah menjadi tempat atau sarana bertemu  Allah, Tuhan atas Bait Allah. Kadang  Sang Gereja berkunjung ke rumah Zacheus, seorang kaya pemungut cukai dalam rumahnya yang mewah, tapi patut diingat kunjungan Yesus bukanlah untuk melakukan ibadah ritual, kepada Peterus Sang Gereja (Tuhan Yesus ) sendiri yang menjumpainya. Sedangkan kepada Zacheus , justru sebaliknya, Zacheuslah yang mencari Yesus sebagai bentuk pertobatan Zacheus. Dan beberapa contoh lainnya juga Sang Gereja lakukan bukan di tempat ibadah formal yang dipimpin oleh pemimpin agama, tetapi dilakukan secara  langsung di tempat di mana pertemuan itu berlangsung, bisa di lapangan terbuka, bisa di rumah mewah, bisa di atas pohon tempat dimana pertemuan pertama antara Tuhan Yesus dengan Zacheus, bisa di mana saja, yang terpenting bukan tempatnya , tetapi kehadiran dan perjumpaan dengan Sang Gereja itulah yang menjadi substansi utama  dari makna gereja itu sendiri. Lalu di manakah kita bisa membedakan di komunitas mana Sang Gereja berada? Apakah di tempat/ gedung megah bersimbolkan salib? Apakah tempat tempat ibadah yang dipimpin oleh pemimpin agama? Dari pemaparan di atas sudah dijelaskan bahwa ada 2 ciri ciri tempat di mana kehadiran Sang Gereja itu. Ciri ciri pertama  Sang Gereja berdiam/hadir di tempat orang orang paling hina ( Matius 25 : 35-36 ). Sedangkan ciri ciri yang kedua adalah dimana ada seorang bertobat di manapun ia berada, maka Sang Gereja itu akan datang menjumpainya, seperti halnya dengan pertobatan Zacheus. Tuhan Yesus adalah Sang Gereja Yang Maha Hadir, Ia tidak bisa di batasi oleh tembok tembok ritual yang membelenggu manusia.

Kiranya  kita diberikan hikmat untuk bisa membedakan komunitas Gereja  atau komunitas Gedung Gereja. Amin.

 

Artikel oleh: March 15, 2011  Tags:   Kategori : Artikel, Artikel KKA  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda