Harvest amongst the Unreached

Begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga sehingga semua suku yang terabaikan Dia selamatkan supaya tidak ada satu orangpun yang binasa melainkan beroleh hidup kekal. Kasih Allah yang luar biasa ini yang telah selamatkan bermilyaran manusia, di tahun 2011 ini kembali dinyatakan kepada suku yang terabaikan di negri terkasih Indonesia ini. Bentangan laut luas tidak membatasi kasih Allah untuk menjangkau mereka yang dalam kegelapan.

Saya baru saja pulang dari melayani suku Bajau tgl 13 Feb-17 Feb 20011. Perjalanan menuju suku ini dimulai dengan naik pesawat 3 jam dari Jakarta ke Balikpapan, kemudian lanjut ke Tarakan dan disambung naik Speed Boat Hampir 2 jam menuju Tanjung Selor kemudian mengendarai mobil kurang lebih 5 jam menuju Batu Putih dan dari dusun inilah kami melanjutkan dengan perahu milik suku Bajau untuk bertemu dengan warga suku Bajau lainnya. Perjalanan menuju sebuah pulau yang tidak dihuni ditengah laut Makasar ditempuh sekitar 4 jam, dan kemudian satu demi satu perahu tiba di pulau itu, hingga sekitar 100 orang perahu berkumpul.

Kumpulan manusia perahu tersebut berasal dari  suku yang terabaikan di Indonesia, yaitu  satu suku yang hidup ditengah laut lepas, mereka adalah suku Bajau yang tidak mengenal Juruselamat dan penebus dunia, mereka berabad abad sejak zaman nenek moyang mereka memeluk berbagai kepercayaan animisme yang berawal dari Kepulauan Sulu , Filipina. Dan dari sana mereka berlayar dan terus berlayar dan beranak cucu memenuhi lautan. Suku Bajau ini hanya mendarat untuk keperluan menjual ikan, belanja bahan dapur dan bahan bakar. Lebih dari itu mereka hidup di atas perahu kayu mereka, sehingga suku ini disebut juga sebagai manusia perahu, mereka bekerja, tidur, bermain dan bersosialisasi diatas perahu di tengah laut.

Karena seluruh waktu mereka hidup diatas perahu, mereka tidak mengenal dunia sekolah formal dan segala institusi formal lainnya  Bukan saja mereka buta huruf, tidak berpendidikan, melainkan mereka juga tidak berkewarganegaraan, mereka tidak memiliki akte lahir, akte kawin atau kartu tanda penduduk.  Suku ini juga tidak berbahasa Indonesia , mereka berbahasa Sama Bajau. Karena keterbatasan dalam berkomunikasi mereka sering dirugikan orang bahkan disalahartikan. Bahkan perjumpaan pertama pelayan GSJA dengan suku Bajau ini adalah di kantor polisi air karena ditangkap dan dicurigai sebagai bajak laut. Karena mereka tidak dapat menunjukan bukti identitas maka mereka ditahan dan disanalah mereka membuka hati untuk kabar baik dan mengundang Tuhan Yesus masuk kedalam hati mereka.

Melalui beberapa orang yang ditangkap ini mereka kemudian memperkenalkan keluarga dan kerabat mereka kepada hamba Tuhan GSJA  dan merekapun diselamatkan. Setelah pengalaman keselamatan mereka alami, pemulihan jiwa dan hubunganpun terjadi, dan jumlah mereka yang diselamatkanpun setiap hari bertambah, sehingga dalam waktu kurang dari satu tahun ini sudah 127 orang dewasa dilahirkan baru dan dibaptis selam serta ratusan anak kecil diserahkan, dan sekitar 30 perkawinan diteguhkan  Dalam kunjungan pengurus misi nasional ke laut  Makasar  di perairan kalimantan timur dan utara, ada 8 jiwa baru yang juga menerima Tuhan Yesus dan pengurus misi mendapat kehormatan melakukan baptisan bersama evangelis nasional.

Menurut seorang sesepuh dari suku Bajau ini, diperkirakan ada 3000 jiwa yang sedang menantikan sang Juruselamat. Tuhan sedang membukakan pintu penginjilan dan mengunpulkan gandum gandum yang masak di lumbungNya. GSJA perlu segera menambah jumlah pekerja untuk menuai lebih banyak lagi jiwa jiwa yang haus. Penterjemahan bahasa Bajau ke Bahasa Indonesia perlu segera dilaksanakan untuk dapat mempercepat penyampaian kabar baik dan pencetakan Alkitab bahasa Bajau.  Disamping itu perlu alat transportasi laut yang memadai untuk menjangkau jiwa jiwa Suku Bajau di laut lepas.

Pelayan GSJA yg dilapangan beserta dengan pengurus daerah dan misi nasional  sedang mengusahakan untuk GSJA mendapat sebuah pulau di kabupaten Berau, Kalimantan Timur, untuk kemudian dikembangkan menjadi perkampungan Suku Bajau dimana akan didirikan tempat ibadah, sekolah, balai latihan kerja , pasar, klinik dan segala infrastruktur sederhana seperti air dan listrik serta jalan. Mari bekerjasama menjadi mitra Tuhan meresponi tuaian besar yang Tuhan kerjakan diantara suku terabaikan ini dan membangun Kerajaan Allah di Indonesia.

Pdt. Thomas Agung

Direktur Misi Indonesia Barat

Artikel oleh: February 23, 2011  Tags:   Kategori : Artikel  Sebarkan 

Satu komentar

  1. Emor Mingkid - September 4, 2011

    wow…this is awesome
    thanks p.Thomas for sharing this awesome experience…
    how can we contribute to help them more civilized & know Jesus..? plz let me know

Tulis Komentar Anda