Be A HOPE MAKER

(Jadilah Pembawa Harapan!)

by Pdt. A. Mulyanto

Luk 2:8-11 ; 9:49-56

Ucapan selamat Natal dan tahun baru hampir selalu diawali dengan “We wish you “ – “Kami berdoa dengan penuh harap.”  Setelah itu ada daftar yang panjang tentang berbagai harapan, antara lain:

  • Kesembuhan dari berbagai penyakit,
  • Pemulihan hubungan keluarga,
  • Berbagai kebutuhan terpenuhi,
  • Mimpi-mimpi jadi kenyataan,
  • Tahun baru yang lebih menjanjikan,

dan yang paling sering diungkapkan “Kelimpahan damai dan sukacita”.

Sama seperti DAMAI & SUKACITA, demikian juga HARAPAN ,

secara essensi bersifat vertikal karena sumber aslinya memang dari Tuhan,

tetapi secara aplikasi bersifat horizontal karena harus dapat dinikmati oleh sesama.

Bill Cosby mengingatkan , “To love is to risk not being loved in return. To hope is to risk pain. To try is to risk failure, but risk must be taken because the greatest hazard in life is to risk nothing” (Mengasihi mengandung resiko tidak mendapatkan balasan kasih.  Berharap menadung resiko dikecewakan.  Mencoba mengandung resiko kegagagalan, tetapi resiko tetap harus diambil karena bahaya terbesar dalam kehidupan adalah ketidakmaun menanggung resiko apa pun.).

Samuel Smiles menyaksikan, “Hope is the companion of power, and mother of success; for who so hopes strongly has within him the gift of miracles.”  (Harapan adalah sahabat dari kekuatan dan ibu dari keberhasilan karena siapa pun yang memiliki harapan sangat kuat, maka dii dalam dirinya  ada karunia mujizat).

Dale Carnegie menggarisbawahi,

“Most of the important things in the world have been accomplished by people who have kept on trying when there seemed to be no hope at all.”

(Sebagian besar perkara-perkara penting di dalam dunia diwujudkan oleh orang-orang yang tetap berusaha sekalipun nampaknya tidak ada pengharapan sama sekali).

Napoleon Bonaparte dengan gambalang meyakini bahwa , “A leader is a dealer in hope” (Seorang pemimpin adalah adalah penyalur harapan).

Kata-kata hikmat mereka merujuk kepada satu kebenaran

HANYA MEREKA YANG BERHATI BESAR YANG DAPAT MENJADI PEMBAWA HARAPAN.

Itulah sebabnya, Tuhan Yesus berulang kali mengajar murid-murid-Nya agar hatimereka semakin besar, salah satu nya tercatat dalam peristiwa-peristiwa sederhana tapi edukatif sebagaimana tercatat di Luk 9:49-56.

Sekalippun diperhadapkan kepada suatu peristiwa yang sama, tetapi orang yang berhati sempit memiliki tanggapan yang bertolak belakang dengan orang yang berhati besar.

KOMPETISI VS KOLABORASI
(Luk 9:49-50)

Orang yang Berhati Sempit Cenderung Berkompetisi.

Yohanes berkata, “Guru, kamilihat seorang mengusir setan demi namama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita”  (Luk 9:49).  Yohanes adalah murid Tuhan Yesus yang paling dekat tapi ternyata hatinya saat itu masih sangat sempit.

Orang yg Berhati Besar Suka Berkolaborasi

Tuhan Yesus menegur Yohanes dengan harapan agar Yohanes memiliki hati yang semakin besar, “Jangan kamu cegah, sebab barang siapa tidak melwan kamu, ia ada di pihak kamu” (Luk 9:50).

Untuk mengingatkan rekan-rekan-rekannya agar tidak berhati sempit, John Wesley mengatakan  “Saya tidak memiliki hak untuk menentang orang lain yg memiliki pendapat berbeda dari saya sebagaimana saya tidak memiliki alasan untuk menentang orang lain pakai wig sementara saya memakai rambut asli.  Hanya jika dia mencopot wignya dan mengebaskan debunya di depan muka saya, maka barulah saya memiliki hak penuh untuk meninggalkan dia sesegera mungkin . . . . “

Untuk mengetuk hati orang percaya agar memiliki hati yang lebih lapang, William Barclay mengingatkan, “Keyakinan berlebihan bahwa hanya pendapat dan cara yang selaras dengan pemikiran pribadi seseorang saja yg benar telah mengakibatkan banyak sekali konfliks bahkan pertengkaran yg tidak perlu.  Sesungguhnya Allah memiliki banyak cara untuk menyatakan kemuliaan-Nya.  Dia memiliki tangga rahasia sendiri untuk memasuki setiap hati manusia.  Dia berkarya dalam cara yang sangat unik dalam kehidupan setiap orang.

Camkanlah baik-baik:

  • Orang yang BERHATI BESAR Tidak memandang pihak lain yang berbeda pendapat atau cara kerjanya sebagai kompetitor  yg harus dihentikan.
  • Orang yg berhati besar dapat menerima dan menghargai perbedaan, sehingga mereka dapat membangun KOLABORASI yang saling MEMPERLENGKAPI (Complimentary Collaboration) dengan banyak pihak.

Walaupun diperhadapkan kepada suatu peristiwa yang sama, tetapi orang yang berhati sempit memiliki tanggapan yang bertolak belakang dengan orang yang berhati besar.

PERMUSUHAN VS PERSAHABATAN (Mat 9:51-56)

Orang yang Berhati Sempit Suka Menambah  Musuh

Ketika ututsan-utusan Kristus datang, seakan belum cukup perseteruan yang selama ini telah terbentuk, “Orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem” (Luk 9:53).

Dua murid Kristus yang sebenarnya cukup terpandang, ternyata juga masih memiliki hati yang sempit, sehingga menannggapi penolakan orang Samaria dengan arogan, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Luk 9:54).

Orang yg berhati besar suka menambah sahabat (Ay 51-52 ; 55-56)

Sambil mengarahkan pandangannya ke Yerusalem,  “Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia . . . masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagti-Nya” (Luk 9:51-52).  Apakah Tuhan Yesus tidak tahu ketegangan hubungan di antara orang Israel dan orang Samaria?  Tentunya, Dia tahu!  Justru, Kristus sengaja mengajaki murid-murid-Nya mampir di Samaria untuk memupuk kembali hubungan baik dengan mereka.  Itulah cirri orang yang berhati besar: suka menambah sahabat.

Ketika Yakobus dan Yohanes mengajukan usulan yang aroghan dan penuh permusuhan, Yesus “berpaling dan menegur mereka.  Lalu mereka pergi ke desa yang lain”  (Luk 9:55-56).  Dengan sabar, Tuhan Yesus mengajar murid-muridnya terus menerus agar dapat mengembangkan hati yang semakin besar.

Ketika Abraham Lincoln dikritik karena terlalu santun kepada lawan politik yang seharusnya dihancurkan, dia memberikan jawaban yang sangat bijak, “Bukankah saya mengurangi banyak musuh dengan menjadikan mereka sahabat-sahabat saya?  Seandainya pun ada yang melakukan banyak kesalahan yang fatal, kita tidak seharusnya memandang mereka sebagai musuh tetapi sebagai sahabat yg sedang tersesat untuk dibawa kembali ke jalan yg benar dengan kasih”.

Jika kita rindu memiliki hati yang besar seperti Tuhan Yesus dan Abraham Limncoln, kita perlu mewaspadai 8 Kecenderungan Penghambat Persahabatan sebagaimana dilansir dalam majalah Times, India:

1.  Bangga   mengumbar   rahasia

2.  Memelihara masa lalu

3.  Mengasihani diri sendiri

4.  Sang Komentator

5.  Paling sempurna .

6.  Selalu las an

7.  Munafik

8.  Frustasi

Sebaliknya, mari kita pupuk 10 Kriteria Penunjang Persahabatan:

1.  Melihat masalah sebagai tantangan
2.  Menikmati hidupnya
3.  Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
4.  Mengenyahkan pikiran las an segera  setelah  pikiran itu terlintas di benak
5.   Mensyukuri apa yang dimilikinya
6.  Tidak mau mendengarkan atau menyebarkan  las a
7.  Tidak bikin las an, tapi giat bikin tindakan.
8.   Menggunakan bahasa positif.
9.  Menggunakan bahasa tubuh yang positif.
10. Mengutamakan kerja sama tim.

Salomo, Raja yang sangat bijaksana, menegaskan bahwa “More Friends = More Hope” (Lebih banyak sahabat lebih banyak harapan” yang kita dapat pancarkan kepada sesama.

“ Berdua lebih baik daripada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.  Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunmyai orang lain untuk mengangakatnya.  Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas?  Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan.  Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” (Pengkh 4:9-12)

Di suatu masa warna-warna dunia mulai bertengkar.  Semua menganggap dirinyalah yang terbaik, yang paling penting, yang paling bermanfaat, yang paling disukai

HIJAU berkata:”Jelas akulah yang terpenting.   Aku adalah   pertanda kehidupan dan harapan.  Aku dipilih untuk mewarnai rerumputan, pepohonan dan dedaunan. Tanpa aku, semua hewan akan mati. Lihatlah ke pedesaan, aku adalah warna mayoritas ….”

BIRU menginterupsi :  “Kamu hanya berpikir tentang bumi,
pertimbangkanlah langit dan samudra luas.  Airlah yang menjadi

dasar kehidupan dan awan mengambil kekuatan dari kedalaman

lautan.  Langit memberikan ruang dan kedamaian dan ketenangan.

Tanpa kedamaian, kamu semua tidak akan menjadi apa-apa”

KUNING cekikikan :
“Kalian semua serius amat sih?
Aku membawa tawa, kesenangan dan

kehangatan bagi dunia.  Matahari berwarna kuning, dan bintang-bintang berwarna kuning.  Setiap kali kau melihat bunga matahari, seluruh dunia mulai tersenyum.
Tanpa aku, dunia tidak ada kesenangan.”

ORANYE menyusul dengan meniupkan trompetnya :
“Aku adalah warna kesehatan dan kekuatan.  Aku jarang, tetapi

aku berharga karena aku mengisi kebutuhan kehidupan manusia.
Aku membawa vitamin-vitamin terpenting.  Pikirkanlah wortel,

labu, jeruk, mangga dan pepaya.   Aku tidak ada dimana-mana

setiap saat,  tetapi aku mengisi lazuardi saat fajar atau saat

matahari terbenam.  Keindahanku begitu menakjubkan hingga

tak seorangpun dari kalian akan terbetik di pikiran orang.”

MERAH tidak bisa diam lebih lama dan berteriak :
“Aku adalah Pemimpin kalian. Aku adalah darah – darah kehidupan!  Aku adalah warna bahaya dan keberanian.

Aku berani untuk bertempur demi suatu kuasa.  Aku membawa api ke dalam darah.  Tanpa aku, bumi akan kosong laksana bulan.   Aku adalah warna hasrat dan cinta, mawar merah, poinsentia dan bunga poppy.”

UNGU bangkit dan berdiri setinggi-tingginya ia mampu :
Ia memang tinggi dan berbicara dengan keangkuhan.
“Aku adalah warna kerajaan dan kekuasaan.  Raja, Pemimpin

memilih aku sebagai pertanda otoritas dan kebijaksanaan.

Tidak seorangpun menentangku. Mereka mendengarkan dan

menuruti kehendakku.”

Akhirnya NILA berbicara lebih pelan dari yang lainnya, namun

dengan kekuatan niat yang sama :
“Pikirkanlah tentang aku. Aku warna diam.  Kalian jarang      memperhatikan ada aku, namun tanpaku kalian semua menjadi dangkal.
Aku merepresentasikan pemikiran dan refleksi, matahari terbenam dan kedalaman laut.
Kalian membutuhkan aku untuk keseimbangan dan kontras, untuk doa dan ketentraman batin.”

Jadi, semua warna terus menyombongkan diri,  masing-masing yakin akan superioritas dirinya.
Perdebatan mereka menjadi semakin keras.  Tiba-tiba, sinar halilitar melintas membutakan.
Guruh menggelegar.  Hujan mulai turun tanpa ampun.  Warna-warna bersedeku
bersama ketakutan, berdekatan satu sama lain mencari ketenangan.

Di tengah suara gemuruh, Tuhan berbicara :
“WARNA-WARNA SOMBONG, kalian bertengkar satu sama lain,
masing-masing ingin mendominasi yang lain. Tidakkah kalian  tahu bahwa kalian masing-masing diciptakan untuk tujuan khusus, unik dan berbeda? Berpegangan tanganlah dan mendekatlah kepadaku!”   Menuruti perintah, warna-warna berpegangan tangan mendekati
hujan, yang kemudian berkata :

“Mulai sekarang, setiap kali hujan mengguyur, masing-masing dari kalian akan membusurkan diri sepanjang langit bagai busur warna sebagai pengingat bahwa kalian semua dapat hidup bersama  dalam kedamaian.  Pelangi adalah pertanda Harapan hari esok.”

Jadi, setiap kali HUJAN deras menotok membasahi dunia, dan saat  Pelangi memunculkan diri di angkasa marilah kita  MENGINGAT untuk selalu MENGHARGAI satu sama lain.
MASING-MASING KITA MEMPUNYAI SESUATU YANG UNIK

KITA SEMUA DIBERIKAN KELEBIHAN UNTUK MEMBUAT PERUBAHAN DI DUNIA
DAN SAAT KITA MENYADARI PEMBERIAN ITU, LEWAT KEKUATAN VISI KITA,
KITA MEMPEROLEH KEMAMPUAN UNTUK MEMBANGKITKAN HARAPAN BAGI MASA DEPAN ….

Persahabatan itu bagaikan pelangi :
Merah bagaikan buah apel, terasa manis di dalamnya.
Jingga bagaikan kobaran api yang tak akan pernah padam.
Kuning bagaikan mentari yang menyinari hari-hari kita.
Hijau bagaikan tanaman yang tumbuh subur.
Biru bagaikan air jernih alami.
Ungu bagaikan kuntum bunga yang merekah.
Nila-lembayung bagaikan mimpi-mimpi yang mengisi kalbu.

Natal selalu membangkitkan harapan bagi semua orang.

  • Harapan bagi orang sederhana maupun kaya seperti para gembala dan orang Majus.
  • Harapan bagi keluarga muda maupun lanjut usia yg mengalami krisis seperti Yusuf –Maria yg sempat memikirkanperceraian dan Zakhjaria-Elisabeth yang lama bergumul dengan kemandulan.
  • Harapan bagi keluarga yang mengalami musibah seperti keluarga-keluarga di Betlehem.
  • Harapan bagi pria dan wanita saleh seperti Simeon dan Hana.

Bagi siapa pun yang mau menyambut Kristus Yesus  dengan sikap hati yang benar, apa pun pergumulannya, Natal selalu mebangkitkan harapan baru untuk pemulihan dan masa depan yang lebih baik.   Harapan baru tersebut dapat kita terus kobarkan dan pancarkan bukan hanya pada masa raya Natal tetapi di sepanjang masa jika dengan hati besar kita giat membangun kolaborasi dan persahabatan.    Akhir kata, Be a hope maker, Jadilah pembawa harapan!

Artikel oleh: December 16, 2010  Tags:   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Satu komentar

  1. yusuf nifu - December 24, 2010

    A M I N, semoga TUHAN memberkati kita semua

Tulis Komentar Anda