Pelayanan atau Kejar Tayang

by Ita Utomo

Banyak dari saudara mungkin membaca artikel ini karena judulnya yang “amat menyindir”, dan memang saya menulis artikel ini karena saya merasa sedih, geram dan ‘mengurut dada’ mendengar dan melihat bagaimana beberapa hamba Tuhan dari berbagai denominasi yang saya kenal telah berubah hatinya menjadi ‘hamba uang’. Saya sendiri harus selalu mengawasi diri saya agar tidak jatuh pada masalah yang sama, karena semakin hari semakin kelihatan betapa berkuasanya uang atas kita, termasuk atas hamba-hamba Tuhan. Tetapi segala usaha saya itu tidak memadamkan keinginan saya untuk menunjukkan kepada anda betapa runyamnya gambaran pelayanan sebagian hamba Tuhan. Ini terutama terjadi di perkotaan!

Mungkin kita ingat kisah bagaimana Gehazi dilatih dengan luar biasa oleh Elisa, dipersiapkan untuk menjadi nabi yang mungkin bisa melebihi Elisa yang telah memiliki pengurapan 2 kali lipat Elia, tapi kemudian silau oleh uangnya Naaman, ia mengejarnya, membohongi Naaman dan mengambil sesuatu yang telah ditolak oleh Elisa. Akhirnya kita tahu bahwa ia terkena kusta. Ibrani 13:5 mengatakan agar kita jangan menjadi hamba uang. Kita tidak usah dikuasai uang karena Tuhan sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita. kita harus percaya dengan berita yang kita kotbahkan bahwa Tuhan berkuasa, Tuhan memelihara, Tuhan menyediakan, dsb. Bagaimana bisa kita meragu-ragukan kotbah kita sendiri. Kita ditugaskan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pelayanan yang direstui Tuhan pasti akan ditolongnya. Kita tidak bergantung kepada uang semata-mata, atau dikuasai oleh uang, terutama karena apa yang kita lakukan adalah sebuah pelayanan.

Banyak dari kita ketika mulai melayani, kita yakin bahwa Tuhan pasti akan mencukupi kebutuhan kita. Tetapi seiring dengan waktu yang berjalan dan pengalaman yang kita lalui kita mengalami sendiri tantangan dan kekurangan. Akhirnya kita mengeluh dan bertanya-tanya mengapa semua ini tidak semudah yang dibayangkan? Mengapa hamba Tuhan dapat kekurangan, sakit, kesusahan, dsb. Perlahan-lahan kita mulai memasukkan pikiran dalam hati kita untuk meninggalkan pelayanan. Saya tahu ada cukup banyak Pelayan Injil yang ketika disupport karena perintisan akan terus melayani tapi ketika support berhenti (setelah 3 tahun biasanya) mereka berhenti melayani di tempat tersebut atau pindah daerah supaya di daerah yg baru mereka bisa mendapat support baru lagi. Bahkan saya kenal beberapa hamba Tuhan (lebih dari satu ya) yang suka berpindah-pindah organisasi karena alasan support atau dana.

Saya teringat dengan sebuah pengalaman menarik. Seorang hamba Tuhan yg kami undang digereja kami bercerita bahwa isterinya mengatur schedule kotbahnya di gereja-gereja seperti kejar tayang atau kejar setoran supaya bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Sampai-sampai sang suami kelelahan harus kesana kemari.

Saya bersyukur bahwa kami tidak harus seperti itu. Kami tidak mau semata-mata bergantung dari pelayanan kami untuk kehidupan keluarga. Bahkan sebaliknya kami pribadi yang harus banyak menopang pelayanan yang dipercayakan kepada kami.  Pelayanan itu adalah pengorbanan. Pelayanan bukanlah kesempatan untuk ambil untung.  Ini saya bicara tentang hamba-hamba Tuhan yang mengalami kekurangan uang dari pelayanan mereka.

Lain lagi cerita tentang hamba Tuhan yang mengalami kelimpahan dalam pelayanan mereka. Ketika gerejanya menjadi semakin besar, uang bertambah banyak, fasilitas makin bagus – godaan mulai datang. Mungkin anda berpikir bahwa kalau semua menjadi milik gereja ya sayang juga. Timbul pikiran, bukankah karena saya maka gereja ini menjadi besar? Atau bukankah karena saya orang maka orang itu memberi tanahnya untuk gereja? Bukankah seharusnya perpuluhan jadi milik pendeta ya? Dan sebagainya! Akhirnya sang hamba Tuhana berubah hatinya. Ia silau mata rohaninya seperti Gehazi dan mengingkan yang bukan miliknya.  Akhirnya terjadilah keributan dalam gereja dan mendatangkan persoalan yang rumit.

Memang kita sebagai hamba Tuhan harus terus memeriksa hati kita. Saya ingat ada teman kami yang memberikan sejumlah  5 juta rupiah dan bilang “untuk gereja ya!”. Kalau kami mau uang 5 juta itu bisa saja masuk kantong kami. Karena toh orang itu tidak minta kuitansi dari gereja kami,  tetapi di sinilah integritas kita sebagai hamba Tuhan diuji.

Pernah juga saya dengar ada hamba Tuhan yang hanya mau mendoakan atau bernubuat kalau orang yang didoakan atau dinubuatkan itu akan menabur (kata rohaninya) uang kepadanya. Alasannya adalah karena orang harus bisa menghargai pengurapan yang dimiliki sang hamba Tuhan. Teman kami sesama hamba Tuhan pernah ditawari seorang hamba Tuhan besar untuk berkotbah di gerejanya asalkan ia diberi persembahan kasih sekian juta. Ini semua amat menyedihkan dan memprihatinkan, saya kebayang Tuhan menangis melihat kita.

Mari kita ingat salah satu syarat menjadi penilik jemaat di 1 Tim 3:3 … bukan hamba uang. Jangan setelah kita melayani bertahun-tahun akhirnya Tuhan menolak kita karena kita telah menjadi orang yang mencari keuntungan dari Firman Tuhan (2 Kor 2:17).  Biarlah apa yang telah kita mulai didalam roh kita akan selesaikan juga dalam roh, bukan dalam daging. Tuhan memberkati!

Ita Utomo

Artikel oleh: November 22, 2010   Kategori : Artikel, Artikel KKA  Sebarkan 

12 Komentar

  1. Hendra Mulyana - November 22, 2010

    Amin!
    Doa saya, biarlah dengan semakin banyaknya hamba Tuhan yang terbebas dari ikatan cinta akan uang, maka perluasan Kerajaan Allah di dunia ini semakin dipercepat.

  2. andreas - November 23, 2010

    saya yakin, bahwa apa yang diprihatinkan oleh orang-orang yang “benar-benar seorang abdi Allah” tidak menjangkiti semua abdi Allah.
    Kita harus selalu prihatin sebab sekarang ini banyak abdi Allah tidak memperhatikan jiwa-jiwa yang ada dalam pelayanannya. Mereka lebih suka mengambil uang dan digunakan untuk “studi banding” ke laur negeri sama seperti yang dilakukan beberapa anggota DPR kita.
    Jemaat semakin diperas untuk membiayai “studi banding” pendetanya.
    Dan ini hanya TUHAN saja yang dpat menghentikan mereka, dengan mematikan mereka.

  3. man - November 23, 2010

    Saya sangat sependapat dgn apa yang diungkapkan Sdr Ida Utomo dalam
    artikel ini. Sebagai seorang awam, saya juga mengamati sekarang ini
    banyak oknum hamba Tuhan yang perlahan tapi pasti sadar atau
    tidak sadar akhirnya murtad menjadi hamba uang. Mereka mengajar jemaat utk
    tidak mencintai harta dunia, tetapi mereka sendiri yang ternyata dlm
    pelayanan motivasi utamanya adalah penghasilan. Pelayanan dimanage
    dengan gaya bisnis lalu jemaat dijadikan ATM dengan menggunakan PIN
    Maleaki 3: 10. Akhirnya yang menjadi korban adalah jemaat yang kehidupan
    rohaninya dibongsai oleh gembala mereka sendiri,yang tidak memberikan
    keteladan sesuai apa yg mereka ajarkan kepada jemaat.
    Gejala ini semoga dapat cepat diantisipasi oleh pimpinan organisasi
    gereja dengan tindakan yang sesuai FT. Para calon hamba Tuhan
    harus diseleksi dengan cermat bagaimana latar belakang keterpanggilan
    mereka untuk menjadi hamba Tuhan. Apakah punya motivasi pelayanan karena
    terbeban dan karena cinta Tuhan, atau hanya sekedar mencari lapangan kerja,
    mengingat sulitnya lapangan kerja dewasa ini.

  4. lan - November 24, 2010

    Sangat memprihatinkan juga banyak hamba Tuhan yg selalu meninggalkan jemaat dan sering tdk bersama dgn jemaatnya/domba2x, sehingga banyak domba yg akhirnya pergi mencari makan diladang org lain, krn merasakan lebih enak dan selalu membangun pertumbuhan kerohaniannya. Saya tertarik dgn artikel diatas (pelayanan atau kejar tayang) dan banyak pdt berkata pada perintis spy harus hidup beriman sedangkan sebenarnya Perintis mengalami kelaparan dan hrs berjuang dgn I-M-A-N, tetapi hai teman-teman perintis: Tuhan sangat mengasihimu dan apapun yg anda lakukan percayakan pd Tuhan baik kekurangan, kelaparan, kesakitan, kebohongan pemimpin,kurang perhatian lembaga, dsbnya yakin Tuhan tdk pernah tinggalkan kita. Tuhan Yesus memberkati lembaga gereja kita.

  5. abraham - November 26, 2010

    ternyata bukan hanya didunia sekuler yg punya rekening gendut,tetapi di pelayanan Rohani(ht) juga banyak terjadi ya, melihat dgn adanya
    artikel diatas cobalah kita intropeksi diri utk membenahi panggilan Tuhan
    apakah benar kita adalah salah satu seperti yg ditulis oleh Penulis,kalau
    ada berikan waktu untuk bertobat dan berbuat nyatalah utk pelayanan pekerjaan Tuhan,berikan uangmu seperti ungkapan sdr ian; banyak dr teman sekerja Allah diperintisan mengalami derita,ada yg mengalami kelaparan,sakit,kekurangan uang untuk beli beras,kurang pehatian lembaga dsb,tdk usahlah dgn dalih atau alasan yg hanya menyakiti teman kita yg diladang perintisan.
    Teman2x sekerja Allah yg sukses,serta pemimpin gsja dan bapa2x rohani tolong lihatlah teman2 perintis yg harus berjuang untuk membesarkan pelayanan pek.Tuhan yg ada dilembaga yg kita cintai,mrk butuh perhatian.Tuhan Yesus memberkati.

  6. yohana p - November 27, 2010

    Betul sekali saya juga merasa prihatin melihat kenyataan seperti itu, kemurnian hati untuk melayani Tuhan sudah menjadi barang yang langka. MAri rekan-rekan hamba Tuhan kembali kepada panggilan utama kita memberi hidup bagi Tuhan, Dia pasti akan cukupkan setiap kebutuhan kita, jika kita melayani _nya dengan sepenuh hati.

  7. frans kansil - November 29, 2010

    tulisan yang bagus dan menyentak mereka yang sudah terlanjur membisniskan firman Tuhan. hati-hati tejangkit kusta gehazi.

  8. Adi P.Nugroho - December 1, 2010

    Saya rasa ini masalah kompetensi HT ybs belum maksimal. Ketika kita dipenuhi RK, tidak serta merta kita dapat menjadi orang yang maksimal dalam hal rohani, kebenaran yang kita ketahui masih belum utuh. Namun walaupun demikian, sudah mengetahui bahwa ada hal2 yang jauh lebih mulia drpd hal2 di dunia ini. Kedua pengalaman hidup ini bersinergi setiap hari, dan supaya lebih dapat maksimal tentu harus ada yang mengarahkannya. Sekali lagi ini ujung2nya masalah pemuridan.

    HT yang lulus STT sekalipun tetap memerlukan suatu pengajaran dari “senior” nya. Ini memang masalah gelombang ke-tiga, tidak mampu mengimpartasi semangat Pentakosta mula2, bahkan nyaris rumusan Teologianya tidak ada bukan ?!

    Kita punya pemimpin yang sederhana dan berkharisma, tapi coba kalau pemimpin kita sudah dalam era pergeseran kehambaan dimana HT sah bekerja, sah mengelola perpuluhannya sendiri walaupun sudah sidang madya,dlsb….

    Harap hati2, karena banyak hal2 dari doktrin kita yang juga mulai bergeser dari kemurnian mula2nya.Kita masih punya leader yang memberi teladan, tapi sampai kapan kita punya teladan tapi tak pernah mau menjadi teladan itu sendri.

    Salah satu hal yang membuat alasan kejar tayang adalah target program kerja dalam bentuk angka. Kiranya dapat menjadi periksa.

  9. abdi putra - December 3, 2010

    artlkel yang sangat luar biasa,saya di berkati

  10. bram - December 9, 2010

    adakan pertobatan masal,konggres sebentar lagi dan ini adalah momentum bersama utk kita proklamasikan kerinduan kita. ini juga bisa terjadi terhadap kita sbg ht.Ada baiknya semua PI lakukan intropeksi diri kepada Tuhan.

  11. Udin Timothy Sinaga - December 15, 2010

    Sebagai Hamba Tuhan kita bukan Hamba uang, tapi kita perlu uang. Hampir seluruh aktivitas kita digerakkan oleh uang. Mungkin kita perlu baca Artikel berikut ini, dan ini adalah kutipan :

    ALKITAB DAN UANG

    Terdapat dua sistem ekonomi yang beroperasi di dunia: perekonomian Allah dan sistem-sistem perekonomian yang manusia. Firman Tuhan mewahyukan sejumlah besar perekonomian Allah secara detail. Banyak orang yang cara menangani keuangannya bertentangan dengan prinsip-prinsip keuangan Allah. Di dalam ekonomi Allah, Tuhan yang hidup memainkan peranan utama. Sedangkan, bagi sejumlah orang, sulit untuk memikirkan bahwa Allah terlibat dalam keuangan kita. Hal ini dikarenakan Allah telah memilih untuk menjadi Pribadi yang tidak kasat mata dan bergerak dalam alam adikodrati yang tidak terlihat. Dalam Alkitab, ada lebih dari 2.350 ayat mengenai cara menangani uang dan benda. Yesus Kristus berbicara tentang topik uang lebih banyak dari pada lainnya.

    Tuhan kita menyampaikan masalah uang ini secara konsisten dengan 3 alasan.

    1. Cara kita menangani uang mempengaruhi persekutuan kita dengan Tuhan.

    Yesus membuat perbandingan antara cara kita menangani uang kita dengan kualitas kehidupan rohani kita. Dalam Lukas 16:11 (BIS), Ia berkata, “Jadi, kalau mengenai kekayaan dunia ini kalian sudah tidak dapat dipercayai, siapa mau mempercayakan kepadamu kekayaan rohani?” Bila kita menangani uang kita dengan tepat sesuai dengan prinsip-prinsip firman Tuhan, kita akan bertumbuh semakin intim dengan Kristus. Akan tetapi, jika kita tidak setia dengan hal itu, persekutuan kita dengan Dia akan berantakan. Hal ini diilustrasikan lewat perumpamaan tentang talenta. Sang tuan memberikan selamat kepada hamba yang telah mengatur keuangan dengan setia: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.” (Mat. 25:21) Pada saat kita menangani uang dengan cara Allah, kita memperoleh kesempatan untuk masuk dalam sukacita yang lebih lagi dari suatu keintiman hubungan dengan Tuhan kita. Yang menyedihkan, ini adalah suatu kebenaran yang gagal ditangkap oleh banyak orang.

    2. Harta benda bersaing dengan Tuhan untuk menduduki tempat pertama dalam hidup kita.

    Uang adalah kompetitor utama Kristus, dalam hal siapakah yang akan menjadi tuan dalam kehidupan kita. Yesus mengatakan bahwa kita harus memilih hanya melayani satu dari tuan ini. “Tidak seorang pun dapat bekerja untuk dua majikan. Sebab ia akan lebih mengasihi yang satu daripada yang lain. Atau ia akan lebih setia kepada majikan yang satu daripada kepada yang lain. Begitulah juga dengan kalian. Kalian tidak dapat bekerja untuk Allah dan untuk harta benda juga.” (Matius 6:24, BIS) Mustahil bagi kita untuk melayani uang — bahkan walaupun itu dalam jumlah kecil –dan masih tetap melayani Tuhan. Waktu tentara salib diserang pada sekitar abad ke-12, tentara-tentara salib ini menyewa tentara bayaran untuk berperang bagi mereka. Karena itu adalah perang agama, para tentara bayaran tersebut dibaptis sebelum berperang. Pada saat mereka dibaptis, mereka akan mengacungkan pedang mereka dan mengangkatnya di atas air sebagai lambang bahwa Yesus Kristus tidak memiliki kendali atas pedang mereka. Mereka memiliki kebebasan untuk menggunakan senjata mereka sebagaimana yang mereka kehendaki.

    Walaupun tidak segamblang apa yang terjadi dengan para tentara itu, banyak orang hari-hari ini yang menangani uang mereka dengan gaya yang serupa. Sejumlah orang mengacungkan dompet mereka “di atas air”, yang maksudnya adalah berkata, “Tuhan, Engkau boleh menjadi Tuhan atas seluruh kehidupanku, kecuali dalam area uang — saya sepenuhnya sanggup menanganinya sendiri.”

    3. Sebagian besar kehidupan berkisar tentang penggunaan uang.

    Tuhan begitu banyak berbicara tentang uang karena Ia tahu bahwa sebagian besar kehidupan kita berkisar tentang penggunaannya. Sepanjang minggu normal yang Anda jalani, seberapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk menghasilkan uang lewat pekerjaan Anda, membuat keputusan-keputusan bagaimana Anda akan menggunakan uang, memikirkan tentang di manakah Anda akan menabung dan menginvestasi uang, atau berdoa tentang persembahan/pemberian? Syukurlah, Allah telah menyiapkan kita dengan memberikan Alkitab kepada kita sebagai peta jalan bagi kehidupan.

    Pembagian Tanggung Jawab

    Seorang sahabat, Jim Seneff, meminta saya untuk bergabung bersamanya dalam pelajaran Alkitab untuk menemukan apa saja yang Tuhan katakan tentang penanganan uang. Kami membaca seluruh Alkitab, mengidentifikasi 2.350 ayat, kemudian mengaturnya sesuai dengan topik. Ada 4 alasan rohani utama mengapa Alkitab berbicara begitu banyak tentang uang: bagaimana cara kita menangani uang akan berdampak pada persekutuan kita dengan Tuhan, yang adalah kompetitor utama dengan Kristus dalam hal ketuhanan dalam kehidupan kita dan uang membentuk karakter-karakter kita. Alasan lainnya adalah karena Tuhan menghendaki kita untuk memiliki cetak biru, sebuah peta jalan, dan untuk menangani uang, sehingga kita secara keuangan dapat menjadi setia dengan cara-cara yang sangat sederhana.
    Kami tidak hanya tercengang dengan kenyataan betapa mudah diterapkannya firman Tuhan dalam area ini, tapi juga menemukan pembagian tanggung jawab dalam menangani uang kita. Secara sederhana dapat dikatakan, Allah memilki bagian-Nya, dan kita memiliki bagian kita. Allah memiliki tanggung jawab tertentu dan telah memberi tanggung jawab-Nya yang lainnya kepada kita. Kita sering kali mengalami frustrasi ketika menangani uang karena tidak menyadari manakah tanggung jawab kita dan manakah yang bukan tanggung jawab kita.

    Delapan Area Tanggung Jawab Kita
    1. Hutang : hindari hutang
    2. Nasihat : carilah nasihat
    3. Kejujuran : praktikkan kejujuran
    4. Memberi : memberi dengan murah hati
    5. Pekerjaan : kerja keras
    6. Investasi : menabung secara konsisten
    7. Perspektif : membelanjakan dengan bijaksana
    8. Kekekalan : hidup untuk kekekalan

    Kesetiaan Adalah Sebuah Perjalanan

    Kesetiaan dalam perkara-perkara kecil adalah hal yang mendasar. Sejumlah orang merasa frustasi dengan ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah-masalah keuangan mereka dengan cepat. Ingat, setialah saja dengan apa yang telah Anda miliki — baik itu sedikit maupun banyak. Sejumlah orang menyingkirkan tujuan untuk bebas dari hutang atau meningkatkan tabungan mereka atau memberi, karena tugas-tugas itu nampaknya tidak mungkin. Dan itu mungkin saja –tanpa pertolongan Tuhan. Tugas Anda adalah untuk berusaha dengan setulusnya, tidak peduli seberapa kecilnya itu terlihat dan kemudian membiarkan hasil-hasilnya di tangan Allah. Saya suka sekali dengan apa yang Tuhan katakan kepada nabi Zakharia, “Sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa kecil?” (Zakharia 4:10) Jangan patah semangat. Tetaplah rajin. Tetaplah tekun. Tetaplah setia bahkan dalam perkara-perkara yang paling kecil. Berulang kali kami telah melihat bahwa Tuhan memberkati mereka yang mencoba untuk setia.

    Memulai Perjalanan

    Anda akan menemukan bahwa mempelajari dan mengaplikasikan prinsip-prinsip keuangan Allah adalah sebuah perjalanan yang memakan waktu. Mudah sekali untuk menjadi patah semangat saat keuangan Anda pada akhir pelajaran ini tidak sepenuhnya berada di bawah kendali. Ketika kita mempelajari tanggung jawab-tanggung jawab Allah dan melakukan tanggung jawab kita dengan setia, kita dapat mengalami rasa puas, pengharapan, dan kepercayaan diri akan masa depan keuangan kita.

  12. pap@Zeik - February 14, 2011

    Dear LASKAR KRISTUS,

    sebenarnya gampang menghalangi pertumbuhan orang Kristen,
    atau yang mengaku Hamba TUHAN,
    caranya,
    bikin dia kaya atau bikin dia sibuk,
    pasti dia akan jadi hamba uang
    dan lupa akan cinta mula-mulanya.
    yaitu, menyenangkan Hatinya TUHAN.

    Roma 12:11

    GBU full.

Tulis Komentar Anda