Kita Perlu Merenungkannya

(Seiring dengan kemudahan saudara-saudara kita yang muslim menjual buku-buku yang menceritakan beralihnya seorang Kristen menjadi pemeluk agama Islam maka ada baiknya anda melihat sejenak apa yang dituliskan dalam sebuah buku berjudul”Mengapa Saya Masuk Islam” tulisanВ  Dyayadi, M.T. tentang 100 pengalaman rohani mereka yang menjadi muallaf. Anda dapat menjumpai buku jenis buku seperti ini di toko buku Gramedia, tidak semudah anda menemukan buku kesaksian yang menceritakan sebaliknya. Bagaimanapun ambilah manfaat dengan merenungkan apa yang akan saya kutip langsung dari halaman 112-114 kisah tentang Gembala Gereja Menjadi Muallaf. Kita patut merenungkannya sekalipun kebenaran kisah tersebut masih harus diuji. Nama yang bersangkutan tidak disebut dalam buku tersebut!)

“Ini adalah kesaksian pribadi saya. Saya terlahir dari keluarga Nasrani (Kristen) yang paling taat ke gereja di Semarang, Jawa Tengah. Keluarga saya adalah campuran antara keturunan Tionghoa dan Manado. Keluarga besar kami, semuanya aktif di berbagai gereja besar. Ayah saya menjadi diaken di sebuah gereja Pantekosta, sedang paman saya menjadi Misdinar di gereja Adven, dan sepupu saya bertugas di gereja Betani.

Sejak kecil, saya selalu memikirkan mengenai iman kami, benarkah ajaran Trinitas itu? Apakah Isa Al-Masih (Yesus) itu memang anak Allah? Setiap kali saya tanyakan pada ayah saya saya, saya tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan, bahkan saya diancam hendak diusir dari rumah jika terus meragukan Injil (Alkitab). Saya juga pernah ditampar ayah saya waktu bertanya, “Kenapa Isa Al-Masih (Yesus) berambut gondrong?”

Tetapi karena saya sebagai anak tertua, sewaktu-waktu harus menggantikan posisi ayah saya, maka saya sesudah lulus SMA mengambil jurusan Theologia di sebuah Seminari di Ungaran. Saya adalah alumnus yang mendapat nilai paling tinggi dan paling cepat dalam menyelesaikan kuliah, walaupun sebenarnya saya mendalami Injil dengan keragu-raguan.

Selesai sarjana Theologia, saya mulai tugas kependetaan di gereja Pantekosta tempat ayah saya bertugas. Di ruang perpustakaan gereja, ternyata banyak sekali buku-buku mengenai moslemologi (ke-Islaman) disamping Al-Qur’an dan Hadits.

Di kala senggang, saya mempelajari buku-buku tersebut. Dan anehnya ketika saya membaca Al-Qur’an, hati saya merasa damai dan tenteram. Saya menyadari, bahwa apa yang saya lakukan itu jika ketahuan keluarga saya, saya bisa “dibuang” dan kekerabatan mereka. Tetapi saya putuskan untuk tetap mencari kebenaran hakiki dibanding nikmat lahiriah yang saya rasakan.

Diam-diam saya mencari tahu lebih lanjut mengenai Islam, yang ternyata dialah yang mampu memberikan kepada saya ketentraman dan keteduhan hati. Saya mendapatkan teman seorang dai muda yang membimbing saya mendalami Al-Qur’an. Dan menurut saya, memang Al-Qur’an adalah kitab suci yang benar dan tiada kepalsuan di dalamnya.

Barulah saya menyadari, bahwa selama ini saya menempuh jalan yang sesat. Lalu dai tersebut membimbing saya untuk melafalkan dua kalimat syahadat. Saat-saat itulah, hati saya terasa bergetar oleh Kemahabesaran Allah, hingga tak terasa saya meneteskan air mata haru.

Saat ini, saya bangga dan bersyukur telah menjadi mualaf, dan saya berkomitmen akan meneruskan perjalanan iman saya.

Saya tidak peduli diusir dari rumah, dikucilkan oleh cici, adik, paman, dan bahkan nama saya dicoret dari daftar penerima warisan, dan dinyatakan bukan sebagai bagian keluarga kami.

Bagi saya, semuanya tak berarti. Karena saya telah mendapatkan jalan kebenaran, yaitu jalan Islam.”

Artikel oleh: October 21, 2010  Tags:   Kategori : Artikel, Artikel KKA  Sebarkan 

4 Komentar

  1. samuel h - October 22, 2010

    Karna judulnya “kita perlu merenungkannya” maka saya merenungkannya. Sebab kebenaran dan nama ybs tidak dicantumkan, dan juga dari kesaksian itu dijelaskan bahwa ia mendalami Injil dengan keragu-raguan, yah sudah jelas sekali kedangkalan imannya. Jadi yang perlu dilakukan oleh para Gembala, pengajar adalah mengajarkan jemaat dalam kebenaran dan ketaatan akan Tuhan Yesus dan firmanNya. Bagi PI maka menjadi tugas BPD agar terus menstimulus kemantapan iman para PI nya agar tidak menempuh jalan seperti orang tsb (fiktif atau dengan tujuan propaganda dan meruntuhkan iman orang kristen yg lain melalui tulisannya itu), berdoa dan membangun jejaring antar sesama PI. Ths.

  2. Morasi Tumanggor - October 22, 2010

    Penyebab yang paling sederhana mengapa ia beralih menurut hemat dan pemandangan saya
    adalah dianya belum bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Kalau memang ia telah
    bertumbuh maka tidak akan terjadi demikian. Sebab sekolah teologia tidaklah menjamin
    seseorang bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhannya.

  3. abdi putra - October 22, 2010

    Firman Tuhan hanya sebatas LOGOS dalam pikiran dia , dia tidak megalami pengalaman rohani bersama Firman Tuhan.

  4. Irawan Sutiono - October 27, 2010

    Memang Firman Tuhan tidak menenangkan bahkan akan bikin kita gonjang ganjng terus .

    Kita terus dituntut untuk menumbuhkan iman kita, belajar dan belajar.

    Setelah kita lahir baru maka kita akan ditempa, digosok dan bukan diberi ketenteraman.

    Jadi tidak aneh kalau ketenteraman lebih mudah didapat dari agama lain.

Tulis Komentar Anda