Seorang Gembala Sidang (11)

a-11

Lidah Yang Suka Menyerang Orang Lain

Inilah penjahat tersembunyi yang sangat berbahaya, dorongan untuk menggunakan mimbar sebagai alat menyerang orang lain. Mimbar adalah tempat ter’aman’ bagi seorang pendeta di hadapan umatnya. Tetapi itulah tempat yang paling tidak fair bagi jemaat yang merasa disindir melalui kotbah.

Mengapa mimbar menjadi tempat ter’aman’? Karena pengajaran tentang kekudusan mimbar telah menanamkan pandangan bahwa mereka yang berada di balik mimbar terlindung dari berbagai ‘gugatan’ balik jemaat. Sehingga seorang hamba Tuhan praktis bebas untuk menyatakan pikirannya melalui kotbah termasuk menyampaikan segala hal yang dipikir dan dirasanya harus disampaikan. Tetapi akibatnyapun tidaklah ringan. Godaan untuk menyalah gunakan mimbar untuk menyerang orang atau sekelompok orang yang tidak sepaham sangatlah tinggi.

Saya juga tergoda untuk melakukan yang sama, tetapi ini yang semakin hari saya sadari. Sungguh tidak fair jika kita mengungkapkan sesuatu yang dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda oleh orang lain. Amat tidak terhormat sebagai Gembala Sidang untuk ‘menyerang’ orang lain yang hadir atau tidak hadir dengan sindiran atau ilustrasi yang berkaitan dengan peristiwa tertentu. Hindarilah godaan tersebut kecuali jika anda memang menginginkan orang atau kelompok orang yang anda tidak sukai tidak akan ada lagi di gereja atau jika anda ingin membahayakan diri anda. Berbicara di mimbar tanpa memberikan kesempatan orang menjelaskan dengan sudut pandang lain adalah perbuatan yang tidak adil.

Jangan pernah berpikir bahwa orang tidak mengetahui apa yang anda maksudkan melalui ilustrasi atau ungkapan anda. Orang dapat merasakan ke mana arah yang anda maksud. Jangankan jika anda sedang menghadapi masalah dengan seseorang, tanpa adanya masalah saja sering orang berpikir apakah anda sebenarnya telah mengetahui apa yang terjadi di antara mereka. Mereka berpikir anda menyindir mereka walaupun anda benar-benar tidak tahu apa-apa.

Suatu kali kami didatangi seorang ibu yang dengan senyum bersalaman di muka gereja sebelum pulang, ia berkata, “Nyindir ni yee!”. Saya kaget tapi tertawa. Hubungan kami dengan kebanyakan orang tidak menghadapi masalah yang berarti. Tetapi pagi itu ada suatu ucapan dalam kotbah saya yang rupanya serupa dengan apa yang menimpanya. Padahal kami sama sekali tidak tahu apa-apa. Kami tertawa bersama setelah saya jelaskan duduk perkaranya. Nah, anda bisa bayangkan betapa berbahayanya jika anda ‘menyerang’ orang secara terselubung. Mereka kemungkinan besar mengetahui siapa target anda.

Ada yang akan terkesan kurang baik, yaitu anda menggunakan mimbar yang sifatnya searah untuk menjelaskan dan membela kedudukan anda. Ini yang tercipta dalam pikiran orang. Jangan heran bahwa sindiran seorang hamba Tuhan yang jelas disengaja sudah cukup menjadi alasan bagi seseorang untuk meninggalkan gereja tersebut karena akan mulai perlawanan balik dari orang-orang yang tidak menyukai kebiasaan tersebut.

Jangan menggunakan mimbar gereja anda untuk menyindir atau menyerang orang lain. Hanya para politisi yang melakukan tindakan demikian untuk menghasut masa dan mendapatkan dukungan. Mimbar adalah tempat kudus dimana Firman Allah disampaikan. Jika anda ingin menegur seseorang, datanglah kepadanya dan sampaikan pendapat anda. Itu akan lebih elegan daripada menyerang orang tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk menjawab.

Jangan menggunakan ilustrasi yang bisa menimbulkan salah tafsir dari orang ketika suatu masalah sedang berlangsung. Anda membahayakan diri sendiri. Jangan menggunakan persoalan rumah tangga jemaat anda sebagai ilustrasi dalam kotbah anda di gereja dimana orang mengenal siapa yang anda maksudkan. Tidak ada yang bisa menerima kebiasaan seorang hamba Tuhan yang membeberkan persoalan orang lain di muka umum.

Lalu bagaimana kita bisa mengungkap kekesalan kita dalam hal sikap atau perkataan orang yang kurang adil terhadap kita. Begini, sejak kita memutuskan untuk menjadi seorang hamba Tuhan, kita menjadi pemimpin yang siap untuk disalah-tanggapi. Jadi, jika orang menyalah-tanggapi anda karena keputusan anda demi kepentingan orang banyak, itu hal umum dan biasa. Anda harus siap dengan itu. Anggaplah itu pencobaan biasa yang tidak akan melebihi kekuatanmu. Anda dapat mencari teman dalam gereja, seorang pemimpin rohani yang mungkin adalah diaken atau majelis gereja, atau mereka yang dituakan dalam gereja anda, mulailah untuk share secara baik apa yang anda ‘rasakan’.

Saran saya dalam hal ini adalah jika anda tulus mengungkap ‘perasaan’ anda, biasanya orang akan menghargai dan memahami. Tetapi jika anda berjalan ‘berputar’ bahkan memakai cara-cara yang samar atau ‘politis’ untuk mengungkap kekesalan anda, anda seperti menabur angin menuai badai. Jika anda tulus, maka orang akan membantu anda. Dalam pengalaman saya sampai hari ini, tanpa pretensi bahwa saya pasti akan selalu lolos, sharing saya adalah bahwa ketulusan sering menyelamatkan kita dari berbagai jebakan orang terhadap kita. Alkitab berkata bahwa “orang benar mendapatkan perlindungan karena ketulusannya.” Amsal 14:32.

(bersambung …)

Artikel oleh: September 4, 2009  Tags:   Kategori : Artikel, Artikel Gembala Sidang  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda