Seorang Gembala Sidang (6)

a-18

Problem keserakahan tak dapat diatasi hanya dengan sikap “tak memiliki aspirasi atau cita-cita”. Anda harus punya cita-cita! “Taruh cita-cita anda setinggi langit” kata orang. Tetapi ingat bahwa cita-cita anda mesti didasari pada kebergantungan kepada Tuhan. Beda tipis antara ambisi manusia dengan dorongan yang berasal dari Tuhan adalah soal kepolosan anda. Lihat contoh Daud. Ia tak pernah merancang untuk menjadi raja. Ia hanya melaksanakan sebuah dorongan untuk membunuh raksasa yang banyak bicara itu, sang Goliat. Tak terlintas dalam pikirannya bahwa ternyata apa yang dilakukannya adalah jalan menuju kebesaran.

Ia hanya seorang anak remaja yang bangun pada pagi itu dan melakukan tugasnya, itu saja. Ia melakukannya atas dasar kepolosan. Ia tak punya rencana apa yang akan diraihnya setelah melakukan tugasnya. Orang yang memiliki cita-cita adalah mereka yang menceritakan impian-impian mereka tanpa mengetahui apa implikasinya bagi dirinya sendiri. Sedangkan seorang yang ambisius ia telah mengetahui dengan jelas segala keuntungan bagi dirinya sendiri jika ia ‘berhasil.’  Nah begitulah beda tipis antara ambisi dan dorongan yang berasal dari Tuhan.

Lalu, dengan apa seorang Gembala Sidang dapat mengendalikan sifat serakah dalam dirinya? Problem keserakahan dalam diri seorang Gembala Sidang hanya bisa disadarkan secara reguler dengan selalu berpaling kepada kaum miskin dalam gereja. Seorang Gembala Sidang yang masih tetap bisa berurusan dengan kaum miskin dalam gerejanya adalah seperti seorang yang mengantongi penawar racun di kantongnya. Ia mengoreksi kebuasan kedagingan dirinya dengan selalu bercermin kepada kaum papa yang tak memiliki harta, hidup menderita dan tertimpa kesusahan jangka panjang. Mengapa begitu?

Mungkin anda pernah sesak nafas melihat orang yang makan saja sangat susah, yang pasti jauh lebih susah dari anda? Atau anda melihat seorang jemaat anda yang benar-benar butuh perhatian, hati anda terusik dan merasa bersalah karena belum melakukan sesuatu yang berarti untuk mengubahkan keadaannya. Orang-orang seperti mereka dipakai oleh Tuhan dan alam untuk menahan anda dari ambisi dunia yang bisa membutakan diri seorang Gembala Sidang. Nah, rasanya seperti ditampar oleh suatu kuasa yang hebat, lalu anda tersadar kembali. Itulah salah satu kegunaan orang miskin di dalam sebuah gereja. Kaum miskin dan papa dalam gereja anda diberikan oleh Tuhan untuk menolong anda menstabilkan langkah anda menuju ke atas.

Tak ada jalan lain yang lebih baik dari jalan yang saya sebut di atas. Maka, jika anda ingin terpelihara dari kejahatan hati yang penuh keserakahan, jangan pernah melupakan kaum miskin dalam gereja anda. Ambilah waktu untuk menjumpai mereka di gubuk mereka, makanlah bersama mereka. Duduklah di bangku reyot dan sederhana di rumah mereka. Rasakan penderitaan mereka dan pahami kesulitan mereka. Maka anda akan mulai menyadari bahwa semua kemewahan yang anda cari hanyalah angin kosong saja. Kehebatan yang anda cari tak berarti apa-apa bagi mereka yang miskin. Ternyata, yang kita sebut ‘kita’ dalam keberhasilan, adalah ‘saya’ atau sebenarnya itu adalah kepentingan anda sendiri.

(Bersambung …)

Artikel oleh: August 26, 2009  Tags:   Kategori : Artikel, Artikel Gembala Sidang  Sebarkan 

Satu komentar

  1. Someone - August 26, 2009

    If you can’t feed a hundred people, then feed just one (Mother Teresa)

Tulis Komentar Anda